Ini Profil Empat Staf Khusus Baru yang Diangkat Presiden Jokowi

Mereka mengurusi isu ekonomi hingga penyampaian pesan pemerintah di media sosial

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo memutuskan untuk mengangkat empat staf khusus dari kalangan profesional dalam membantu tugas-tugasnya. Mereka adalah Abdul Ghofarruzin (stafsus yang mendampingi Presiden di acara keagamaan domestik di pondok pesantren), Siti Dhzu Hayatin (stafsus bidang keagamaan internasional), Adita Irawati (stafsus pembenahan komunikasi kementerian dan lembaga), dan Ahmad Erani (stafus di bidang ekonomi). 

Sekretaris Kabinet Pramono Anung menjelaskan pengangkatan keempatnya dilakukan atas dasar kebutuhan. 

"Tugas yang banyak di lingkaran Presiden membutuhkan tambahan staf khusus," ujar Pramono yang ditemui di Istana Kepresidenan pada Selasa (15/5). 

Ia menjelaskan keempatnya sudah berhenti dari pekerjaan masing-masing sebelumnya. Mereka berempat sudah mulai bekerja sejak Senin (14/5) dan tidak melalui proses upcara pelantikan. 

"Mereka sudah mulai bekerja. Kemarin sudah berkoordinasi dengan Menteri Sekretariat Negara dan saya. Administrasi manajerialnya di bawah Sekretariat Kabinet," tutur dia. 

Dengan ditambahnya empat staf khusus, maka total stafsus yang dimiliki Jokowi saat ini mencapai sembilan orang.

Lalu, bagaimana profil dari empat staf khusus baru Jokowi itu? Dan mengapa Jokowi merasa perlu untuk mengangkat staf khusus yang bertugas memadukan penyampaian kebijakan Presiden di tingkat kementerian atau lembaga?

1. Abdul Ghofar Rozin 

Ini Profil Empat Staf Khusus Baru yang Diangkat Presiden Jokowiwww.youtube.com/jurnal sembilan tv sembilan

Ghofar merupakan putera ulama kharismatik asal Pati almarhum KH Mohammad Sahal Mahfudz. Ghofar melanjutkan jejak ayahnya mengelola pesantren Ma'had Aly Fi Ushul Al-fiqh. Pada hari santri tahun 2015 lalu, Ghofar pernah berpesan agar para santri mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dan perubahan-perubahan. 

Selain itu, santri juga harus berbenah dan melakukan penataan karakter yang lebih mendalam. 

"Sikap berbenah juga harus dilakukan oleh masing-masing pondok pesantren," kata Ghofar ketika itu. 

Ia merupakan ulama yang mampu memprioritaskan wawasan kebangsaan dan nusantara. 

Baca juga: Reshuffle Kabinet, Ini Wajah-Wajah Baru di Sekitar Presiden Jokowi

2. Siti Ruhaini Dzuhayatin 

Ini Profil Empat Staf Khusus Baru yang Diangkat Presiden Jokowiwww.oic.-ihprc.org

Siti sebelumnya merupakan salah satu Komisioner Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang menangani masalah hak-hak perempuan dan anak. Dalam wawancaranya dengan media, Siti sempat mengungkapkan situasi penegakan HAM di Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim lainnya. 

Memegang jabatan yang strategis, Siti sempat mengatakan akan menduniakan gagasan Kartini yang dinilai masih sangat relevan di negara-negara Islam anggota OKI. 

3. Ahmad Erani Yustika 

Ini Profil Empat Staf Khusus Baru yang Diangkat Presiden Jokowiwww.bsbi.go.id

Ahmad merupakan mantan Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Ia juga sempat menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang. 

Bahkan, ia juga pernah didapuk menjadi salah satu moderator debat calon presiden tahun 2014 lalu. Erani terpilih menjadi stafsus karena Jokowi membutuhkan bantuan terkait alokasi dana desa. 

"Beliau memahami masalah dana desa, selain berkaitan dengan isu ekonomi, yakni bagaimana dana desa meningkat. Saat ini kan nominalnya mencapai Rp 60 triliun," kata Menteri Sekretariat Kabinet, Pramono Anung. 

Baca juga: Dua Kali Tergeser, Menteri Ini Disebut Akan Kembali Jadi "Korban" Rombak Kabinet

4. Adita Irawati 

Ini Profil Empat Staf Khusus Baru yang Diangkat Presiden Jokowiwww.hi.fisipol.ugm.ac.id

Adita disebut-sebut merupakan salah satu talent terbaik yang dimiliki oleh Indonesia di bidang hubungan masyarakat. Sejak 2013 lalu, ia tercatat menjabat Vice President Corporate Communications PT Telkomsel. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan pelat merah itu berhasil mendapatkan penghargaan "Program and People of the Year 2013 dari Majalah SWA. 

Tugas Adita untuk mensinergikan penyampaian kebijakan pemerintah di kalangan internal kementerian bukan hal yang mudah. Apalagi berhadapan dengan birokrat yang sudah lebih dulu bekerja di masing-masing kementerian. 

Menurut Pramono, kehumasan di kementerian atau instansi pemerintah masih menggunakan pola lama. 

"Padahal di era seperti ini, dibutuhkan juga orang yang memahami media sosial. Bagaimana bisa membangun konten di ranah media sosial itu. Sementara, biasanya para birokrat di posisi tertentu dan usia yang sudah lanjut gak lagi mengikuti perkembangan," kata Pramono di Istana Kepresidenan. 

5. Komunikasi antar kementerian masih kacau sehingga harus ada sikronisasi

Ini Profil Empat Staf Khusus Baru yang Diangkat Presiden JokowiMarketingland.com

Sementara, menurut pengamat media sosial, Nukman Luthfie pengangkatan staf khusus yang bertugas untuk membuat komunikasi antar lembaga dan kementerian menjadi lebih harmonis dirasa sudah tepat. Sebab, ada beberapa kebijakan pemerintah kemudian disampaikan gak kompak oleh instansi kementerian yang bersangkutan. 

Sebagai contoh, ketika biaya pertemuan tahunan Badan Keuangan Moneter (IMF) di Bali yang menyedot hampir Rp 1 triliun. Beberapa kementerian justru memberikan keterangannya masing-masing ke publik. 

"Ada orang dari Kementerian Keuangan yang ngomong, Bappenas juga ngomong, Pak Luhut (Menko bidang kemaritiman) juga ngomong. Sementara, gak semua paham APBN kan," ujar Nukman yang dihubungi IDN Times melalui sambungan telepon pada Rabu (16/5). 

Contoh lain yang sempat membuat publik blunder yakni mengenai melemahnya nilai mata uang Rupiah terhadap dollar yang menyentuh Rp 14 ribu. Menurut Nukman, dalam hal ini diperlukan seseorang yang seolah bertindak sebagai "dirjen" agar informasi dari kementerian dan instansi pemerintah seragam. Pihak yang ditugaskan untuk berbicara ke publik bisa siapa saja. Sementara, saat ini penyampaian pesan itu ke publik masih kacau. 

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah pembicaraan di media sosial. Menurutnya, di ranah media sosial pun juga diperlukan "jubir" tujuannya agar memberikan edukasi ke publik. 

"Penyampaian informasi ke publik kan sudah selesai dilakukan saat jumpa pers, tapi harus ada orang dari kementerian yang memantau dan menjelaskan diskusi di media sosial," tutur dia. 

Menurut Nukman, itu pula tugas lainnya dari Adita yakni memunculkan para ahli dari instansi kementerian yang memberikan pendidikan ke publik di ranah media sosial. Lalu, apakah menurut Nukman, pemiliha Adita sebagai staf khusus sudah sesuai? 

Ia mengatakan sikap Jokowi mengambil stafsus dari kalangan profesional sudah tepat. Khusus di bidang komunikasi, Adita pun juga memiliki latar belakang ilmu komunikasi dan pernah bekerja di perusahaan pelat merah. 

"Sehingga nantinya gak akan terlalu frustasi lah dalam menghadapi para birokrat itu," katanya lagi. 

Baca juga: Ini Klarifikasi Kementerian BUMN soal Video 'Bagi-bagi fee" Rini Soemarno dengan Sofyan Basir

 

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya