Respons Sindiran Jokowi, Ini Kata Sarjana Pertanian yang Kerja di Bank

Dilema sarjana pertanian. Hmm...

Presiden Joko Widodo mengutarakan kegelisahan tentang masa depan dunia pertanian Indonesia saat menghadiri Sidang Terbuka Dies Natalis Institut Pertanian Bogor ke-54 pada hari Rabu (6/9) lalu. Menurutnya, saat ini sarjana pertanian di Indonesia justru banyak yang kerja di bank. Presiden khawatir sektor pertanian dalam negeri akan terbengkalai jika semua sarjana pertanian bekerja di sektor non-pertanian.

Jika memang demikian, lalu apa yang sebenarnya membuat para sarjana pertanian justru memilih kerja di bank alih-alih mengembangkan sektor pertanian? Berikut wawancara IDN Times dengan para sarjana pertanian yang akhirnya memilih kerja di bank.

Yang penting dapat kerja.

Respons Sindiran Jokowi, Ini Kata Sarjana Pertanian yang Kerja di BankSinar Harapan.co.id

Olia Girinda, sarjana pertanian yang saat ini menjadi karyawan di salah satu bank BUMN memberikan pendapatnya. Menurut dia, tak ada masalah jika sarjana pertanian bekerja di sektor perbankan. Sebab, beberapa kegiatan perbankan juga bertujuan menunjang sektor pertanian itu sendiri. "Contohnya aku, saat ini masih menangani nasabah perkebunan kelapa sawit, karet, dan gula. Jadi masih berkecimpung di dunia pertanian walaupun gak secara langsung sebagai petani," ujarnya melalui pesan singkatnya, Kamis (7/9).

Girindra mengaku tak memiliki keinginan khusus untuk bekerja di bank. Bahkan, dia juga sempat mendaftar ke beberapa perusahaan pertanian."Tapi yang nerima duluan justru bank," katanya. Meski begitu, dia tak menampik jika gengsi juga menjadi salah satu faktor utama seorang sarjana pertanian memilih bank sebagai tempat berkarya. "Beberapa orang memang masih menganggap imej pertanian itu panas, kotor, dan ribet. Padahal sektor pertanian prospeknya luas, bahkan sampai ekspor."

Nike, salah satu sarjana pertanian yang juga bekerja di bank BUMN tak ambil pusing soal hal itu. Menurutnya, walaupun bekerja di bank, dirinya masih bersinggungan dengan sektor pertanian mengingat posisinya sebagai marketing kredit usaha di sektor tersebut. "Kalau aku lihat profesiku sekarang sih gak masalah, soalnya aku ngerasa ilmu yang aku dapat di kuliah bisa aku terapin di sini walaupun gak 100% sih," ujarnya. 

Hal Senada juga diutarakan oleh Rahmaningtyas, sarjana pertanian yang juga menjadi bankir di Jakarta. "Kalo mau jujur sih, dulu karena perusahaan pertanian letaknya jauh, rata-rata di Sumatera atau Kalimantan. Sedangkan di bank bisa semua jurusan. Intinya sih supaya cepat dapat kerja aja" ujar wanita yang kerap disapa Tyas ini. 

Tyas juga menambahkan bahwa sampai saat ini preferensi gender untuk pekerja di perusahaan pertanian masih cukup tinggi. "Dulu seingatku jarang sekali ada lowongan S1 Pertanian, kalaupun ada kebanyakan hanya mencari laki-laki."

Perlunya dorongan pemerintah.

Respons Sindiran Jokowi, Ini Kata Sarjana Pertanian yang Kerja di Bankpinterest.com

Meski saat ini menjadi bankir, para sarjana pertanian mengaku masih berniat kembali ke dunia yang digelutinya selama di kampus. Tyas misalnya, dia masih punya angan besar untuk menjadi pengusaha di bidang pertanian."Makanya ini kerja, cari modal dulu," ujarnya. Rindra pun berniat demikian. Hanya, dia menilai dukungan dari pemerintah untuk pengusaha di bidang ini masih minim. "Mestinya sih ada kebijakan atau stimulus untuk pemuda jadi wirausaha di bidang pertanian," pungkasnya.

Baca juga: Hanya Kamu Para Cewek Jurusan Pertanian yang Memiliki Keistimewaan Ini!

Nyatanya, bekerja di bidang pertanian memang tak mudah.

Respons Sindiran Jokowi, Ini Kata Sarjana Pertanian yang Kerja di Bankagriculturelifestyle.com

Kesejahteraan nampaknya juga menjadi alasan utama para sarjana pertanian meninggalkan dunianya. Setidaknya, hal ini dikatakan oleh Anas Rizky Bahtiar, sarjana pertanian yang kini berprofesi sebagai penyuluh. Menurut dia, wajar jika generasi muda seperti sarjana pertanian enggan bergelut di sawah dan ladang. Sebab, cari makan di sektor ini memang tak mudah. "Yang saya tahu di lapangan, petani juga menghadapi banyak permasalahan, mulai budidaya hingga pemasaran."

Hal ini diamini oleh alumnus fakultas pertanian yang saat ini bekerja sebagai pegawai perusahan ritel, Ukap Brando Sidabutar. Dengan rata-rata kepemilikan lahan kurang dari 1 hektar, kata Brando, menjadi petani di Indonesia bukanlah pilihan utama kaum millennial. Walhasil, para sarjana pertanian memilih "kabur" dan menggeluti profesi yang jauh dari apa yang mereka pelajari.

Baca juga: 9 Derita Hidup yang Cuma Dirasakan Mahasiswa Jurusan Pertanian Semasa Kuliah

Topik:

Berita Terkini Lainnya