Rumah Cokro, Saksi Bisu Anak Kos Bernama Soekarno

Rumah kos para bapak bangsa

Surabaya, IDN Times - Bulan Agustus adalah bulan istimewa bagi bangsa Indonesia. Sebab, dalam bulan Agustus tahun ini, bangsa Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Salah satu cara untuk memperingati HUT Kemerdekaan antara lain adalah dengan berkunjung ke lokasi-lokasi bersejarah. 

Rumah Cokro, Saksi Bisu Anak Kos Bernama SoekarnoIDN Times/Rudy Bastam

Kali ini, IDN Times berkesempatan untuk mengunjungi Rumah Cokroaminoto, di daerah Genteng, Kota Surabaya. Dari luar, tak nampak ada yang istimewa dari rumah ini. Hanya ada papan pengenal bangunan cagar budaya dan bendera Merah Putih di ujung pagar.

Namun, siapa sangka bahwa rumah yang beralamat di Jalan Peneleh VII No. 29, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya ini ternyata menjadi saksi bisu sejarah perjuangan Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto atau yang biasa disebut dengan Cokroaminoto. 

1. Tak sekadar rumah kosan

Rumah Cokro, Saksi Bisu Anak Kos Bernama SoekarnoIDN Times/Rudy Bastam

Selain sebagai rumah tinggal, rumah ini juga berfungsi sebagai kantor Sarekat Islam (SI) serta kantor redaksi koran "Utusan Hindia". Cokro juga memanfaatkan rumahnya sebagai sebagai rumah indekost. Menurut petugas jaga Rumah Cokro, Fauzi, rumah tersebut juga menjadi rumah indekost oleh pemuda-pemuda pergerakan di antaranya adalah Soekarno, Kartosuwiryo, Semaun, Musso, dan Alimin, yang nantinya memerankan peran masing-masing dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Di dalamnya, kini tersimpan berbagai memorabilia berupa foto, barang-barang, perabot rumah, dan buku-buku milik HOS Cokroaminoto. "Barang-barang ini dikumpulkan baik dari arsip keluarga maupun arsip nasional Republik Indonesia, serta pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan Pak Cokro. Bangunan ini juga dijaga supaya tetap seperti aslinya, seperti lemari dan tangga ini," ujar Fauzi kepada IDN Times.

2. Bung Karno belajar berorasi hingga temukan cinta pertama di sini

Rumah Cokro, Saksi Bisu Anak Kos Bernama SoekarnoIDN Times/Rudy Bastam

Soekarno remaja dan rekan-rekannya disebut menempati bagian loteng dari bangunan ini. Di kamar loteng itulah Soekarno belajar, berdiskusi, dan mulai belajar berorasi menirukan Cokroaminoto. Di rumah ini pula lah, pria yang kemudian menjadi Presiden pertama Indonesia itu menemukan cinta pertamanya yaitu, Utari. Utari tak lain adalah anak pertama dari HOS Cokroaminoto sekaligus nenek buyut dari artis, Maia Estianti.

Sempat terbengkalai selama beberapa dekade, Pemerintah Kota Surabaya akhirnya memutuskan untuk mengambilalih dari pemilik lamanya pada tahun 1996. Pemkot Surabaya juga menetapkan bangunan tersebut sebagai Bangunan Cagar Budaya.

Baca Juga: Maulwi Saelan, Jaga Gawang Timnas Hingga Kawal Bung Karno

3. Soekarno sering menghabiskan waktu di toko buku depan kosan

Rumah Cokro, Saksi Bisu Anak Kos Bernama SoekarnoIDN Times/Rudy Bastam

Masih di gang sama, selemparan batu dari rumah Cokro terdapat bangunan toko buku "Peneleh" yang telah buka sejak tahun 1910an. Soekarno remaja gemar menghabiskan waktunya membaca buku di toko buku ini. Menurut penuturan Azhari, generasi keempat pemilik toko buku bahwa tak banyak warga sekitar yang mengetahui riwayat rumah Cokro sebelum diambil alih oleh Pemkot Surabaya.

Rumah Cokro, Saksi Bisu Anak Kos Bernama SoekarnoIDN Times/Rudy Bastam

"Saya sendiri tak pernah dapat cerita tentang Pak Cokro atau Bung Karno. Saya baru mengetahui setelah diambil-alih oleh Pemkot. Namun saya sempat menemukan sebuah foto kakek saya duduk dengan Bung Karno di ruang tamu sini," tutur Azhari. Usut punya usut, foto tersebut adalah foto Bung Karno yang mengunjungi rumah kostnya setelah meresmikan Tugu Pahlawan Surabaya pada tahun 1956. Untuk informasi, Cagar Budaya Rumah Cokro buka setiap hari Selasa-Sabtu pukul 09.00-16.00 WIB.

Baca Juga: Berkunjung ke Rumah WR Supratman, Saksi Akhir Hayat sang Maestro

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya