Solusi Banjir yang Ditawarkan Cagub-Cawagub untuk Menyelamatkan Jakarta!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banjir adalah salah satu permasalahan menahun di Jakarta. Setiap musim penghujan datang, masyarakat harus bertemu kembali dengan persoalan yang sama yang tak hanya menganggu jalannya rutinitas, tapi juga merenggut harta bahkan nyawa para korban.
Ada fakta baru yang harus dihadapi: ibu kota negara terancam tenggelam.
Masalah ini tak banyak dibicarakan oleh masyarakat awam. Padahal ini seperti monster yang selama ini bersembunyi di kolong tempat tidur tanpa diketahui dengan jelas kapan ia bangun dan menyerang sewaktu kita kira musuh utama kita adalah nyamuk. Setiap tahun secara gradual, ketinggian tanah di Jakarta turun sebanyak rata-rata 25 cm, sementara ketinggian laut di Teluk Jakarta terus meningkat 6 mm per tahun. Tanpa solusi cepat dan tepat, ibu kota negara bisa tenggelam.
Warga Jakarta Utara yang hidup di pemukiman kumuh di bantaran sungai mengalami sendiri bagaimana tiap tahun ketinggian air sungai semakin meningkat dan tanggul batu di sekitarnya tak mampu lagi menahan air dari Teluk Jakarta ketika sedang pasang. Akar persoalannya sangat kompleks, salah satunya karena keterbatasan air bersih dari PDAM, sehingga banyak warga yang membuat sumur tanah untuk memenuhi kebutuhan air mereka.
Baca Juga: Aksi 2 Desember Sepakat Akan Digelar di Monas, Apa Saja Rencananya?
Lalu, apa program kerja para pasangan cagub-cawagub DKI terkait persoalan ini?
Banjir adalah salah satu dampak dari penurunan level tanah Jakarta dan peningkatan ketinggian air laut di Teluk Jakarta. Oleh karena itu, menyelesaikan persoalan banjir juga perlu memperhatikan fakta tersebut. Lantas, apa saja program kerja para pasangan cagub-cawagub DKI berkaitan dengan persoalan banjir?
1. Pasangan Agus dan Sylviana
Dalam program visi dan misi yang diserahkan pasangan nomor urut 1 ini kepada KPU DKI Jakarta, keduanya menyebutkan bahwa menurunnya daya dukung lingkungan, misalnya banjir dan pengelolaan sampah, adalah salah satu isu yang mereka soroti. Agus dan Sylviana menyebut kurangnya komunikasi yang baik antara pemerintah kota dan warga menghambat kelancaran kerja sama untuk penyelesaian masalah ini.
Pasangan Agus dan Sylviana sendiri mengelompokkan penanganan banjir jadi satu dengan persoalan kriminalitas, narkotika dan terorisme ke dalam Program Aksi untuk Mewujudkan Jakarta yang Aman:
a. Meningkatkan kualitas dan fungsi saluran dan drainase perkotaan.
b. Meningkatkan kualitas normalisasi bantaran, saluran sungai, waduk, dan situ.
c. Mencegah dan memberantas kriminalitas perkotaan dan premanisme.
d. Meningkatkan kualitas taman dan ruang terbuka di wilayah-wilayah pemukiman.
e. Membantu peningkatan efektivitas keterpaduan aparatur wilayah untuk keamanan (kelurahan,
babinkamtibnas, babinsa).
f. Meningkatkan infrastruktur monitoring dan pengawasan keamanan wilayah.
g. Memberantas kejahatan penyalahgunaan narkoba.
h. Mencegah dan memberantas ancaman terorisme.
2. Pasangan Ahok dan Djarot
Editor’s picks
Sebagai gubernur dan wakil gubernur non-aktif, Ahok dan Djarot punya keuntungan lebih memahami langsung seperti apa peliknya persoalan banjir di Jakarta. Dalam visi dan misi cagub-cawagub, pasangan ini dengan rinci dalam menjabarkan kebijakan apa saja yang akan mereka ambil terkait banjir Jakarta. Menurut keduanya, bencana ini disebabkan oleh banjir kiriman, air pasang, dan distribusi aliran air hujan yang tidak merata:
a. Mendorong percepatan penyediaan Ruang Terbuka Biru (RTB) sebesar 5% dengan menyelesaikan pembangunan 17 waduk dan 9 embung untuk menambah tampungan air. Adapun waduk-waduk itu adalah Jagakarsa, Rawa Minyak, Pinang Ranti, Pondok Rangon 1, Kampung Rambutan, Cilangkap, Marunda, Lebak Bulus, Cilandak Marinir, Brigif, Kampung Rambutan 1, Cimanggis, Sunter Hulu, Pondok Rangon 2, Rawa Lindung, Kamal Longstorage, dan Pondok Rangon. Untuk embung sendiri adalah Cipedak, Lebak Bulus 3, Lapangan Merah, Kramat Jati, Haji Dogol, Sejuk Raya, Penganten Ali, Cendrawasih, Sunter Jaya.
b. Melanjutkan program pengembalian fungsi sungai dan kali yang sudah banyak ditempati hunian liar dan program relokasi warga ke rumah susun; mewajibkan lurah dan camat untuk memastikan tidak ada bangunan liar di atas seluruh saluran air di Jakarta, serta menyelesaikan normalisasi sungai melalui program JEDI (Jakarta Emergency Dredging Initiative).
c. Menambah kapasitas pompa air dua kali lipat dari kapasitas saat ini untuk mempercepat surutnya genangan dan tindakan preventif banjir, terutama di daerah-daerah yang rendah, dekat dengan aliran sungai, cekungan, dan kawasan Pantai Utara.
d. Melanjutkan pembangunan tanggul laut (NCICD A) di sepanjang pantai utara (Pantura) Jakarta untuk menyelesaikan banjir akibat air pasang.
e. Menghubungkan seluruh saluran air di Jakarta untuk mendistribusikan air hujan secara merata, serta membangun sistem pengawasan saluran air untuk mempercepat penanganan genangan dan banjir.
f. Otomatisasi pintu-pintu air dan pompa sesuai dengan ketinggian air, curah hujan, dan kondisi saluran air yang terkait.
g. Memperbanyak biopori dan sumur resapan melalui gerakan menabung air secara berkelanjutan.
h. Pembangunan waduk di hulu sungai melalui pemberian hibah untuk waduk kepada Pemda sekitar Jakarta untuk mengatur debit air yang masuk Jakarta.
3. Pasangan Anies-Sandiaga
Pasangan nomor urut 3 ini merangkum program penanggulangan masalah air dalam Pilar 2: Pembangunan Lingkungan Kota. Dalam program tersebut Anies dan Sandiaga menawarkan solusi seperti ini:
a. Revitalisasi tanggul dan pompa air.
b. Memberikan BLT untuk korban banjir.
c. Membangun sistem distribusi air dan lingkungan hijau.
d. Penerapan kebijakan zero run-off (Nol Limpahan) di bagian hilir, yang intinya adalah semua air dimaksimalkan untuk diserap lagi ke dalam tanah, bukan dialihkan ke saluran.
e. Komunikasi yang lebih efektif dalam urusan pembebasan lahan.
Pembangunan tanggul raksasa di Teluk Jakarta menjadi kontroversi tersendiri selama setahun belakangan ini.
Ancaman yang menghampiri Jakarta tak main-main. Maka, solusi yang komprehensif dan ambisius harus segera ditemukan dan dijalankan. Bagi Ahok dan Djarot --serta dukungan dari pemerintah pusat, salah satu jalan keluarnya adalah pembangunan mega-proyek tanggul raksasa di Teluk Jakarta yang dikenal dengan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau Tanggul Laut Garuda.