Soal Hak Asuh Anak Pelaku Bom, Ini Kata Polisi

Polisi tak akan memberikan hak asuh jika keluarga tak memiliki pemahaman yang waras

Surabaya, IDN Times - Tak hanya duka bagi korban, ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo juga menyisakan kisah pilu bagi para anak pelaku. Mereka harus kehilangan kedua orangtua yang jadi pelaku dalam aksi teror tersebut.

1. Fokus pulihkan kesehatan dahulu

Soal Hak Asuh Anak Pelaku Bom, Ini Kata Polisi IDN Times/Fitria Madia

Kapolda Jawa Timur, Irjen Machfud Arifin, mengatakan bahwa ada empat orang anak pelaku yang saat ini menjadi yatim piatu. Hak asuh mereka pun kini dipertanyakan. Namun, Machfud mengatakan bahwa prioritas pertama saat ini adalah pemulihan secara fisik. Apalagi, salah satu dari mereka baru selesai dioperasi pada Senin malam (14/5). Kemudian, bimbingan psikologis dan mental akan menjadi perhatian selanjutnya.

"Kalau sudah sehat, kita berikan pemahaman, pendampingan terhadap anak-anak ini. Dari polwan, psikolog, terus bisa dapat pemahaman alih-alih tentang radikalisasi, pemahaman yang benar supaya gak terngiang-ngiang terus kejadian ini," ucapnya.

2. Harus dipastikan keluarga yang mengasuh bukan kelompok radikal

Soal Hak Asuh Anak Pelaku Bom, Ini Kata Polisi IDN Times/Fitria Madia

Pemahaman yang jauh dari radikalisme juga menjadi persyaratan utama bagi keluarga dari empat anak tersebut untuk mendapatkan hak asuh, baik dari pihak nenek maupun paman mereka.

"Kita minta jaminan kepada keluarganya yang berhak atas pengasuhan anak ini. Kita harus jamin bahwa dia waras dalam merawat anak-anak ini. Kalau tidak ada jaminan pemikiran yang waras, tidak akan kami berikan," tambahnya.

3. Anak-anak tersebut sengaja tak disekolahkan

Soal Hak Asuh Anak Pelaku Bom, Ini Kata Polisi IDN Times/Rosa Folia

Seperti diketahui, ada empat anak pelaku bom yang selamat. Tiga dari pasangan pelaku di Sidoarjo, satu dari pelaku pengeboman Polrestabes Surabaya. Kedua keluarga ini, termasuk satu keluarga pelaku bom tiga gereja, saling terkait. Misalnya, mereka sama-sama berguru kepada Dita dalam forum pengajian.

Keluarga-keluarga ini sengaja tidak menyekolahkan anak-anak mereka. Kapolda menyebut mereka sengaja tidak dibolehkan berinteraksi dengan masyarakat dan hanya dicekoki dengan doktrin-doktrin khusus. Hanya satu anak, yaitu yang tertua dari Sidoarjo, yang disebut polisi memilih dekat dengan neneknya dan tetap bersekolah.

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya