Meski Menolak Reklamasi, Anies-Sandi Belum Tahu Solusi untuk Teluk Jakarta

"Kita pikirkan nanti"

Persoalan reklamasi Teluk Jakarta menjadi salah satu andalan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno ketika berkampanye. Pasangan nomor urut 3 tersebut sama-sama dengan tegas menolak proyek yang menurut mereka melawan rasa keadilan rakyat Jakarta tersebut. Semalam (25/1) dalam acara Mata Najwa, baik Anies dan Sandiaga dicecar pertanyaan mengenai penolakan terhadap reklamasi.

Anies: kita belum tahu jalannya.

Meski Menolak Reklamasi, Anies-Sandi Belum Tahu Solusi untuk Teluk Jakartatwitter.com/MataNajwa

Karena Anies dan Sandiaga adalah pasangan yang paling keras menolak reklamasi Teluk Jakarta, Najwa Shihab selaku pembaca acara Mata Najwa menanyakan kepada keduanya mengenai rencana mereka setelah pembatalan reklamasi. Pasalnya, tak hanya para pengembang kelas kakap yang telah berinvestasi di sana, tapi warga biasa juga.

Sandiaga sempat menyebut bahwa Bappenas masih meneliti berbagai dampak dari reklamasi Teluk Jakarta, oleh karenanya belum ada keputusan yang jelas apakah proyek tersebut akan dilanjutkan. Namun, ia meyakini bahwa bila ternyata reklamasi dihentikan, baik para investor dan pembeli akan bisa duduk bersama untuk mencari solusi. Bila tak puas, menurut Sandiaga, pihak yang merasa dirugikan bisa mengajukan gugatan perdata ke pengadilan.

Tak puas dengan jawaban tersebut, Najwa pun beralih bertanya pada Anies. Ketika sebelumnya ia menegaskan bahwa pemimpin harus bisa berkata-kata dan melakukan eksekusi pekerjaan dengan baik, kali ini justru dia memberi jawaban yang tak terduga. Setelah berulang kali ditanya apa peran pemerintah dalam penyelesaian sengketa yang nantinya pasti timbul bila reklamasi dihentikan, Anies justru merespon dengan berkata:

Kita akan hadapi semua konsekuensinya. Walaupun kita belum tentu tahu jalannya. Hari ini kita belum tentu tahu rute persisnya.

Anies lantas menganalogikan pencarian solusi setelah reklamasi berhenti dengan perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan:

Seperti ketika mengatakan 'kami akan melawan kolonialisme', bagaimana kami akan membangun negara sesudah merdeka, ya kita pikirkan nanti.

Sandiaga, yang berkali-kali menyebut pengalamannya sebagai pengusaha, lalu menambahi dengan berkata bahwa solusinya adalah kemauan untuk duduk bersama.

Baca Juga: Begini Cara Agus Menarik Hati Para Pemilih Pemula

Nasib proyek reklamasi Teluk Jakarta masih belum jelas.

Meski Menolak Reklamasi, Anies-Sandi Belum Tahu Solusi untuk Teluk JakartaKemal Jufri/The Guardian

Perencanaan proyek reklamasi Teluk Jakarta sebenarnya sudah ada sejak tahun 1997 melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Ketika itu, pengembang PT Manggala Krida Yudha (MKY) adalah pihak pertama yang memulai pelaksanaan reklamasi, bekerjasama dengan Badan Pelaksana Reklamasi Pantai Utara yang terdiri dari pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta.

Pada tahun 2016, presiden Joko Widodo sempat menyebutkan bahwa Jakarta bisa tenggelam bila Proyek Garuda tak segera dilaksanakan. Proyek tersebut meliputi reklamasi 17 pulau dan pembangunan tanggul raksasa. Kandidat petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok adalah yang pihak yang mendukung terlaksananya proyek ini. Dalam visi-misinya, ia dan Djarot berjanji melanjutkan pembangunan tanggul raksasa untuk mengatasi banjir di Jakarta.

Selain untuk banjir, ia menyebut reklamasi diperlukan karena pembangunan di Jakarta tak bisa terhenti, sementara ibu kota negara ini sedang mengalami penurunan permukaan tanah yang cukup kritis, yakni, 25 cm per tahun. Sayangnya, proyek tersebut membutuhkan dana yang tak sedikit, yakni, Rp 540 triliun. Pemerintah pun hanya bertanggungjawab sebanyak 8 km dari total panjang tanggul 32 km. Maka, salah satu jalan keluarnya adalah pengembang wajib berkontribusi dana pembangunan.

Saat ini penelitian dampak reklamasi sedang dilakukan oleh Bappenas. Hanya saja, pemerintah juga masih menunggu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menjelaskan bahwa KLHS adalah syarat bagi para pengembang untuk membuat Amdal baru. Ia juga menambahkan bahwa Amdal tersebut harus terintegrasi dengan proyek pembangunan tanggul raksasa di Pantai Utara Jakarta.

Baca Juga: Ini "Senjata" Para Cagub DKI dalam Debat Pilkada Kedua

Topik:

Berita Terkini Lainnya