"Klitih", Tradisi Cari Angin yang Jadi Ajang Adu Bacok

Harus segera dihentikan

Pada Minggu (12/3) nyawa seorang pelajar di Yogyakarta bernama Ilham Bayu Fajar melayang dengan sia-sia. Ilham menjadi korban aksi "klitih" oleh segerombolan remaja yang membacoknya kala berpapasan di tengah jalan. Ilham meninggal karena luka bacok yang dalam di bagian dada hingga tembus ke paru-paru dan tubuh bagian belakang.

Pembacokan disebabkan oleh perkara sepele.

Klitih, Tradisi Cari Angin yang Jadi Ajang Adu BacokSanto Ari/Tribun Jogja

Polresta Yogyakarta menggelar konferensi pers pada Selasa (14/3) berkaitan dengan kasus pembacokan yang menimpa Ilham. Kapolda Yogyakarta Brigjen Pol Ahmad Dofiri menginformasikan bahwa Ilham adalah pelajar berusia 17 tahun yang bersekolah di SMP Piri 1 Yogyakarta. Ahmad mengungkapkan bahwa nasib nahas yang menimpa Ilham berawal dari persoalan sepele.

Pada Minggu malam (12/3) Ilham dan kelompoknya mengendarai motor dan berpapasan dengan gerombolan remaja lain. Salah satu kelompok berteriak "bajingan" yang kemudian direspon dengan pembacokan terhadap Ilham. "Jadi kalau ketemu kelompok lain yang dianggap mengganggu, langsung mereka habisi," kata Ahmad.

Baca Juga: Ditembak Saat Penangkapan, Begal Sadis Menangis Karena Kesakitan!

Sebagian besar terduga pelaku adalah pelajar.

Klitih, Tradisi Cari Angin yang Jadi Ajang Adu BacokTribunnews

Dari konferensi pers tersebut juga diketahui bahwa ada tujuh orang yang diduga menjadi pelaku aksi "klitih" atau pembacokan yang merenggut nyawa Ilham. Sementara kepolisian juga mengaku ada dua pelaku lain yang masih menjadi buronan.

Tak hanya fakta bahwa seorang korban harus meregang nyawa hanya karena hal sepele, tapi bahwa para terduga pelaku masih berstatus pelajar juga merupakan sesuatu yang miris sekali. Kepolisian mengungkap inisial mereka seperti berikut ini:

Fai alias Suryo (16) pelajar kelas 1 SMU warga Tamanan Bantul, Tgr (14) pelajar kelas 2 SMP warga Gowok Caturtunggal Sleman, Jal (15) pelajar kelas 2 SMP warga Rejowinangun Kotagede, Kml (15) pelajar kelas 3 home schooling warga Ngampilan, Ald (17) warga Sewon yang juga home schooling, Rdh (18) warga Sewon dan Novian (20) warga Keparakan Mergangsan.

Pihak kepolisian juga menunjukkan barang bukti yang digunakan oleh para pelaku untuk membacok Ilham. Di antara barang bukti tersebut adalah celurit, pedang, pisau, serta gir. Senjata tajam yang paling mencolok adalah sebuah celurit karena ukurannya yang cukup besar.

Aksi "klitih" menunjukkan adu kekuatan di kalangan remaja Yogyakarta telah bergeser ke tindakan kriminal.

Klitih, Tradisi Cari Angin yang Jadi Ajang Adu Bacoktirto.id

Orang Yogyakarta menyebut aksi pembacokan hingga menewaskan korban ini sebagai "klitih". Seperti dikutip dari Tirto.id, awalnya, dalam Bahasa Jawa, "klitih" berarti aktivitas mencari angin di luar rumah atau keluyuran. Istilah itu pun kemudian bergeser dan digunakan untuk mendeskripsikan aksi kriminal remaja yang melibatkan senjata tajam.

Contohnya adalah pembacokan. Ini menunjukkan bahwa ajang kekerasan di antara remaja tak lagi sekadar adu mulut dan adu jotos, melainkan sudah meningkat ke level di mana rasa takut menghilangkan nyawa orang lain itu sudah sirna. Para remaja ini memamerkan kekuatan dengan melakukan tindakan kriminal hanya karena perkara kecil, sehingga terkesan sengaja mencari musuh atau korban untuk dihabisi.

Ilham bukan korban pertama dan tak diketahui apakah ia akan menjadi yang terakhir.

Klitih, Tradisi Cari Angin yang Jadi Ajang Adu BacokVictor Mahrizal/Tribun Jogja

Hanya beberapa bulan sebelum kematian Ilham, tepatnya pada 13 Desember 2016, seorang remaja lainnya bernama Adnan Wirawan Ardiyanta yang baru berusia 16 tahun juga harus menjadi korban aksi "klitih". Adnan adalah pelajar SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang meninggal karena mengalami pendarahan di organ dalam akibat luka tusuk yang menembus bagian ginjal.

Sama seperti Ilham, sebelum dibacok Adnan juga mengendarai sepeda motor bersama beberapa teman-temannya. Mereka kemudian berpapasan dengan rombongan remaja lain dan terjadilah adu geber mesin motor. Tak lama, rombongan itu mengejar rombongan Adnan sambil membawa celurit dan parang yang kemudian mengenai tubuhnya.

Keluarga Adnan pun ingin agar kepolisian tak hanya menangkap para pelaku, tapi juga mencegah tragedi serupa terulang kembali. Namun, faktanya, masih saja ada remaja yang berkeliaran dengan membawa senjata tajam dan melakukan tindakan kriminal terhadap sesamanya.

Baca Juga: Waspadalah! Selain Begal, 11 Koboi Jalanan Ini Juga Tak Kalah Membahayakan!

Topik:

Berita Terkini Lainnya