Kerjasama Trump dan Hary Tanoe Berpotensi Munculkan Konflik Kepentingan

Hary Tanoe berambisi jadi calon Presiden

Apa persamaan antara Donald Trump dan Hary Tanoesoedibjo? Keduanya sama-sama konglomerat dan punya ambisi politik. Bedanya, tanpa diduga Donald Trump berhasil mewujudkan impiannya dengan memenangkan Pilpres AS pada November 2015 lalu. Selain itu, keduanya juga merupakan rekan bisnis. Ini berpotensi melahirkan konflik kepentingan yang membahayakan.

Hary Tanoe sedang membangun dua properti mewah milik Donald Trump di Bali dan Jawa Barat.

Kerjasama Trump dan Hary Tanoe Berpotensi Munculkan Konflik Kepentinganokezone.com

Saat ini perusahaan Hary Tanoe bertanggungjawab atas pembangunan dan pengembangan dua properti mewah milik Donald Trump. Properti pertama adalah sebuah resor bintang enam yang dibangun di atas lahan seluas 100 hektar di Bali.

Sedangkan yang kedua adalah resor di kawasan Lido, Jawa Barat, yang dilengkapi dengan lapangan golf rancangan mantan pegolf nomor satu dunia, Ernie Els. Keduanya memiliki 300 vila dan sebuah taman bermain yang kabarnya akan seperti Disneyland.

Kedekatan keduanya tak bisa dipisahkan dari pertemuan Trump, Setya Novanto, dan Fadli Zon.

Kerjasama Trump dan Hary Tanoe Berpotensi Munculkan Konflik Kepentingantwitter.com/fadlizon

Tak hanya mengurus pembangunan dua properti mewah Trump, berkat Hary Tanoe juga Ketua DPR RI Setya Novanto dan politisi Gerindra Fadli Zon memiliki akses untuk bertemu Trump. Pada September 2015 lalu, keduanya hadir dalam kampanye Trump di Trump Tower, New York, padahal ini melanggar kode etik mereka sebagai pejabat negara.

Berdasarkan laporan The New York Times, Hary Tanoe adalah orang yang merancang pertemuan tersebut seusai menyelesaikan satu perjanjian dengan Trump. Setelah memperoleh protes dari dalam negeri, Fadli Zon memberi keterangan bahwa pertemuan mereka adalah untuk membicarakan investasi Trump di Bali dan Bogor. Salah satu investasi yang dibahas adalah tentang pembangunan resor mewah Trump di Indonesia.

Baca Juga: Survei: 90% Orang Indonesia Membenci Donald Trump, Ini Alasannya!

Staf ahli Trump yang merupakan pemilik saham terbesar PT Freeport mengingatkan kembali pada kasus "papa minta saham" yang menimpa Setya Novanto.

Kerjasama Trump dan Hary Tanoe Berpotensi Munculkan Konflik KepentinganAP via businessinsider.sg

Tak lama setelah kembali dari New York, Setya Novanto terlibat kasus "papa minta saham" di mana ada rekaman pembicaraannya dengan petinggi PT. Freeport Indonesia. Dalam rekaman tersebut, Setya Novanto meminta imbalan saham atas lobinya untuk mengamankan perpanjangan kontrak Freeport di Indonesia. Tak hanya itu, ia juga mencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.

Keruwetan kian terjadi setelah baru-baru ini Trump menunjuk investor Carl Icahn sebagai staf ahli untuk urusan kebijakan perekonomian. Carl rupanya adalah salah satu pemilik saham terbesar di Freeport-McMorRan. PT. Freeport Indonesia sendiri merupakan pembayar pajak terbesar di Indonesia dan sejak lama mencari perpanjangan kontrak.

Hal ini disebabkan oleh kontrak mereka akan habis pada 2021 mendatang. Dalam Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah baru bisa mengeluarkan putusan dua tahun sebelum masa kontrak habis, yakni pada 2019.

Hary Tanoe mengindikasikan bahwa dirinya akan mencalonkan diri menjadi presiden pada pemilu presiden 2019.

Kerjasama Trump dan Hary Tanoe Berpotensi Munculkan Konflik Kepentinganokezone.com

Kepada koresponden Australian Broadcasting Cooperation untuk Indonesia, Adam Harvey, Hary Tanoe mengungkapkan ambisi politiknya untuk maju ke pemilu presiden tahun 2019. Dalam wawancaranya, pemilik MNC Group tersebut berkata,"Bila tak ada orang yang ia yakini bisa membenahi persoalan di Indonesia, saya akan mencalonkan diri menjadi presiden."

Hary Tanoe sendiri sudah merintis jalan di bidang politik sejak mengikuti pilpres tahun 2014 lalu saat ia berpasangan dengan Ketua Umum Partai Hanura. Setelah kalah, ia kemudian memutuskan untuk mendukung Prabowo yang merupakan Ketua Umum Gerindra, partai yang menaungi Fadli Zon.

Perindo, partai yang kini ia pimpin, awalnya adalah ormas yang berdiri pada tahun 2013 dan dua tahun kemudian ia jadikan partai politik. Dengan semua usahanya tersebut, sangat besar kemungkinan dia akan benar-benar mencalonkan diri dalam pilpres mendatang.

Richard W. Painter, mantan pengacara etika Gedung Putih, mengatakan kepada The New York Times bahwa konflik kepentingan bisa dihindari bila perusahaan Trump tak terlibat dalam kontrak-kontrak properti di negara lain. Jika Hary Tanoe berhasil menjadi presiden, maka potensi konflik kepentingannya akan semakin signifikan. Memisahkan kepentingan bisnis dan politik adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Donald Trump adalah contoh nyatanya.

Baca Juga: Jusuf Kalla: Kemenangan Donald Trump Akan Susahkan Dunia

Topik:

Berita Terkini Lainnya