Menyedihkan, Kebun Sawit Bikin Nasib Orangutan Aceh Jadi Begini

Indonesia adalah penghasil kelapa sawit terbesar.

Dalam 20 tahun terakhir, industri kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan signifikan. Sebagian besar hasilnya diekspor ke negara seperti Tiongkok dan Belanda. Indonesia bahkan menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan jumlah produksi 36 juta metrik ton per tahun 2016.

Peningkatan produksi berakibat buruk pada orangutan.

Menyedihkan, Kebun Sawit Bikin Nasib Orangutan Aceh Jadi BeginiAssociated Press

Hutan gambut Rawa Tripa, Aceh seringkali disebut sebagai pusat orangutan dunia. Di sanalah para orangutan Sumatera berkumpul. Rawa Tripa menjadi bagian dari Ekosistem Leuser seluas 2,6 juta hektar. Kawasan ini adalah satu-satunya tempat di mana orangutan, harimau dan badak hidup berdampingan.

Saking pentingnya Raw Tripa, pada 2015 lalu Gubernur Aceh Zaini Abdullah menetapkan area ini sebagai kawasan lindung. Sayangnya, ekspansi kebun kelapa sawit justru mengakibatkan orangutan di dalam kawasan tersebut terancam.

Seperti dilaporkan Associated Press, pengelola kebun kelapa sawit memperbesar wilayahnya sebanyak puluhan hektar hingga mencaplok area yang berisi vegetasi alami. Ini dikarenakan permintaan terhadap minyak kelapa sawit semakin meningkat.

Produk ini digunakan untuk menghasilkan beragam makanan ringan, kosmetik, makanan hingga perlengkapan mandi. Ini melahirkan kesempatan ekonomi, tapi dengan mengorbankan satwa langka seperti orangutan.

Ekspansi tersebut memaksa orangutan menyingkir ke area gambut sempit. Pilihannya ada dua: kelaparan atau dibunuh oleh pekerja kebun sawit karena mereka dianggap mengganggu saat mencari makan. Induk orangutan seringkali harus mati demi melindungi anak-anak mereka, yang kemudian diambil dan dijual secara ilegal sebagai binatang peliharaan.

Baca Juga: ​[VIDEO] Dikurung 2 Tahun, Orang Utan Ini Diselamatkan dalam Kondisi Mengenaskan

Para aktivis lingkungan mencoba turun tangan.

Menyedihkan, Kebun Sawit Bikin Nasib Orangutan Aceh Jadi BeginiAssociated Press

Pada 10 Agustus lalu, sekelompok regu penyelamat yang merupakan aktivis dari Program Konservasi Orangutan Sumatra, ditemani Badan Konservasi Sumber Daya Alam Indonesia (BKSDA), mendaki menuju Rawa Tripa.

Mereka berusaha untuk mencari orangutan yang dilaporkan terancam punah karena keberadaan kebun kelapa sawit. Sebenarnya, tujuan mereka adalah untuk membius dan merelokasi orangutan ke tempat yang aman. Namun, yang mereka temui hanya satu orangutan jantan berusia 20 tahun dan ia sudah terlalu lemah.

Orangutan yang diberi nama Black tersebut akhirnya dibawa ke lokasi baru di Jantho, Aceh Besar. Di sana, ia dilepaskan di alam liar baru bersama dengan 100 primata lain yang sudah diselamatkan. Hanya ada 6.600 ekor orangutan Sumatra yang masih tersisa, dan kurang dari 200 di antaranya diyakini tinggal di Rawa Tripa.

"Menangkap orangutan liar bukan sesuatu yang kami suka. Ini sangat sulit, sangat melelahkan dan berisiko bagi semua yang terlibat. Tapi, ini satu-satunya jalan terakhir, dan merupakan cermin dari parahnya situasi yang dialami binatang-binatang ini sebagai akibat dari perusakan habitat mereka secara terus-menerus," tegas Ian Singleton yang memimpin kelompok penyelamat tersebut.

Baca Juga: Mengapa Indonesia Belum Bisa Melestarikan Orangutan Seperti Tiongkok Melestarikan Panda?

Topik:

Berita Terkini Lainnya