Dagingnya Dikonsumsi, Populasi Monyet "Tukang Selfie" Terancam

Aktivis mulai bersuara

Di dunia internasional jenisnya dikenal dengan sebutan 'selfie monkey' karena popularitas mereka meroket usai tak sengaja mengambil swafoto dengan kamera fotografer Inggris, David Slater, pada 2011 lalu ketika Slater mengunjungi Sulawesi.

Bahkan, karena foto-foto tersebut, pengadilan Amerika Serikat pun sampai turun tangan untuk menentukan apakah seekor monyet bisa mendapat hak cipta atas foto wajahnya. Kini, monyet yang tergolong spesies macaque tersebut kembali menarik perhatian karena populasi mereka terancam.

Masyarakat Sulawesi Utara memakan daging monyet macaque padahal termasuk satwa yang dilindungi.

Dagingnya Dikonsumsi, Populasi Monyet Tukang Selfie Terancamsbs.com.au

Seperti dilaporkan kantor berita France 24, Macaque menghadapi ancaman besar seiring dengan semakin meningkatnya perburuan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Populasi monyet macaque terancam karena warga di kawasan hutan yang menjadi habitat alaminya menangkap dan menjadikan dagingnya untuk konsumsi sehari-hari.

Macaque, atau yang oleh masyarakat Sulawesi Utara disebut dengan yaki, bukan jenis satwa yang boleh diburu dan dikonsumsi. Pemerintah sendiri telah mengaturnya dalam  UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999. Namun, itu tak menghentikan perburuan terhadap monyet macaque.

Baca Juga: Google Rayakan Ulang Tahun Taman Nasional Ujung Kulon

Aktivis lingkungan pun mulai bersuara atas kondisi ini.

Dagingnya Dikonsumsi, Populasi Monyet Tukang Selfie Terancambiodiversitywarriors.org

Hutan Lindung Tangkoko yang terletak di Sulawesi Utara menjadi tempat perlindungan bagi monyet macaque. Berdasarkan data peneliti dari Macaca Nigra Project, Antje Engelheardt, per 2013 ada 2.000 ekor macaque yang tinggal di Hutan Lindung Tangkoko. Sedangkan 3.000 lainnya hidup di kawasan hutan lain di Sulawesi Selatan. Jumlah tersebut terbilang sedikit dan terus menurun.

"Di lokasi-lokasi lain monyet macaque semakin langka karena persoalan habitat," ujar Yunita Siwi dari yayasan non-profit yang mengampanyekan perlindungan primata, Selamatkan Yaki. Ia pun menambahkan,"Tapi di sini habitat semakin menyempit -- dan warga memakan daging monyet."

Baik pemerintah maupun aktivis mulai berjuang untuk membujuk warga agar berhenti mengonsumsi spesies monyet yang sangat langka seperti macaque. Untuk yang tinggal di Hutan Lindung Tangkoko, hal tersebut cukup mudah dilakukan karena mereka dilindungi. Namun, kondisi yang berbeda untuk ribuan lainnya yang menempati lokasi-lokasi hutan lainnya di mana pengawasan sangat minimal.

Aktivis-aktivis lokal juga mendorong agar sekolah-sekolah di Sulawesi Utara mulai memasukkan edukasi tentang pentingnya menjaga populasi monyet macaque. Langkah lainnya yang mereka lakukan adalah dengan mendekati gereja-gereja agar para pastor mau memberikan ceramah terkait dengan langkanya macaque di wilayah mereka.

Daging macaque diperjual-belikan di pasar dan masyarakat sekitar menyukainya.

Dagingnya Dikonsumsi, Populasi Monyet Tukang Selfie TerancamDavid J Slater via BBC

Masyarakat dari etnis Minahasa di Sulawesi Utara sangat menyukai daging macaque. Salah seorang warga mengaku menggemari "rasa dagingnya yang pedas seperti daging beruang atau anjing liar". Daging macaque sendiri diperjual-belikan di pasar kota Tomohon. Bahkan, beberapa agen perjalanan wisata menawarkan tur ke lokasi itu kepada wisatawan asing.

Permintaan terhadap daging macaque sendiri tak menurun. Sebaliknya, justru semakin meningkat. Menyadari suplai yang semakin menurun, tapi tak bisa mengurangi konsumsi, warga pun rela untuk memburu sendiri hingga ke area-area pedalaman agar tetap bisa menikmati daging satwa yang dilindungi negara tersebut.

Baca Juga: Tanpa Banyak Gembar-gembor, Pria Ini Menyelamatkan Hutan di Pedalaman Kalimantan

 

 

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya