KPI dan MUI Siap "Hadang" Ustadz Kontroversial

Jangan ceramah sembarangan lagi ya...

Sejumlah penceramah yang kerap muncul di TV swasta Indonesia sempat menuai kritikan pedas terkait isi ceramah mereka. Misalnya, ketika pada 31 Juli lalu ustadzah terkenal bernama Mamah Dedeh yang menilai profesi dokter hewan itu tak sesuai dengan ajaran Islam karena bisa terkena najis saat bersentuhan dengan anjing. Sebelumnya publik juga dibuat heboh dengan pernyataan ustadz Syam yang menyatakan bahwa akan ada pesta seks di surga nanti.

MUI dan KPI siapkan aturan khusus.

KPI dan MUI Siap Hadang Ustadz KontroversialM Agung Rajasa/ANTARA FOTO

Menjadi penceramah, apalagi yang disiarkan secara nasional, tentu adalah tanggung jawab besar. Setelah sering menuai kontroversi, profesi tersebut menjadi perhatian Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

BBC Indonesia melaporkan bahwa kedua lembaga tersebut bersiap mengeluarkan aturan khusus untuk para penceramah keagamaan dan TV yang menyiarkannya. Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafis berkata ini berkaitan dengan frekuensi (siaran televisi) yang menjadi hak publik sehingga harus digunakan dengan bijaksana.

"Yang ngisi di TV itu minimal udah pernah mengikuti pelatihan atau pernah mengikuti standarisasi bisa tampil di televisi, karena frekuensi itu kan hak publik, nggak semua orang dapat menggunakan frekuensi yang terbatas itu. Kita mesti memfasilitasi publik bagaimana mereka mendapatkan haknya terhadap frekuensi yang terbatas itu," ujarnya.

Jika MUI mengurusi perihal isi ceramah melalui Pedoman Dakwah, KPI bertugas untuk memberikan tindakan yang diperlukan kepada yang stasiun TV melanggar. 

"Dari aturan KPI kan mengikat. KPI bisa mencabut, menegur, KPI bisa melakukan tindakan untuk memberi sanksi terhadap pengelola. Nah MUI dapat men-support dari sisi konten, pembinaan terhadap para pengisi di televisi itu," tambahnya.

Baca Juga: Singgung Pemimpin Non-Muslim, Aktivis di Malaysia Protes Zakir Naik

Tak hanya Mamah Dedeh, penceramah lain juga pernah menerima kritik.

KPI dan MUI Siap Hadang Ustadz KontroversialYoutube

Ustad Zulkifli Muhammad Ali menuai kontroversi usai menyebut ibu yang melahirkan sesar tengah mengalami gangguan jin.

Dalam ceramah yang diunggah di suatu akun Youtube, lalu menjadi viral, Zulkifli mengatakan,"Saya dapat menyakinkan kepada semua orang yang terlibat kepada sesar bahwa orang ini mengalami gangguan jin di dalam tubuhnya gangguan setan di perutnya, di bagian rahimnya."

Kemudian ada ustad Syamsuddin Nur Makka. Sama seperti Mamah Dedeh, ia juga berceramah di Trans TV. Dalam ceramahnya ia berkata,"Minta maaf, karena inilah yang kita tahan-tahan di dunia. Inilah yang kita tahan-tahan di dunia dan kenikmatan terbesar yang diberikan Allah SWT di surga adalah pesta seks."

Terbaru, ustad Febri Sugianto juga berceramah di Trans TV dan berkata bahwa alasan perempuan tak bisa hamil adalah karena memakai pembalut dan sepatu hak tinggi. Menurutnya, pembalut mengembalikan bakteri jahat ke rahim. Sedangkan titik reproduksi itu ada di tumit.

Ada wacana sertifikasi penceramah khotbah Jumat.

KPI dan MUI Siap Hadang Ustadz Kontroversialtwitter.com/Transcorp_TM

Melihat fenomena ini, seorang dosen senior di Monash Law School di Australia bernama Nadirsyah Hosen menilai profesi penceramah adalah yang termudah. Dosen yang fokus mempelajari hukum Islam ini menuliskan cuitan sebagai berikut:

KPI dan MUI Siap Hadang Ustadz Kontroversialtwitter.com/na_dirs

Sebelumnya, Kementerian Agama sempat merencanakan program sertifikasi penceramah. Bukan untuk ustad yang sering tampil di TV, melainkan untuk pengisi khotbah Jumat.

Walau pendengarnya tak sebesar jika ditayangkan secara nasional, tapi khotbah Jumat tetap memiliki dampak besar.

"Banyak sekali yang menyampaikan bahwa terkadang beberapa masjid, khatib (penceramah) lupa menyampaikan nasihat yang semestinya, kemudian isi khotbah malah mengejek bahkan menjelek-jelekkan suatu kelompok yang bertolak belakang dengan nasihat," ujarnya.

Baca Juga: India Akan Cabut Paspor Zakir Naik

Topik:

Berita Terkini Lainnya