Penantian Dania untuk si Bayi Tabung

Perjuangan seorang ibu untuk bayi tabungnya

Jakarta, IDN Times - Malam itu Dania tak bisa tidur. Air matanya terus membasahi kedua pipinya. Hatinya hancur berkeping-keping. Dia sadar betul darah yang mengalir di alat reproduksinya karena datang bulan. 

Kehamilan yang sudah lama dinanti-nantikan tinggal harapan. Hasil inseminasi yang sudah dicoba Dania selama 12 hari dengan penuh kehati-hatian itu akhirnya gagal.

"Tengah malam saya merasakan ada yang keluar dari vagina saya, begitu saya cek, yes ini darah, saya menstruasi dan ini berarti saya belum berhasil. Betapa hancurnya hati saya malam itu. Semalaman saya tidak bisa tidur hanya bisa menangis sampai pagi, air mata terus menghalir," ucap Dania saat berbincang dengan IDN Times, Selasa (27/3). 

Beruntung, sang suami, Prayitno, menguatkan semangat Dania untuk program kehamilannya. Keesokan harinya ia mendatangi klinik tempat dia berkonsultasi, untuk memastikan kondisi kandungannya. Tapi dokter menyatakan positif, proses inseminasi perempuan bernama lengkap Dania Eka Putri itu gagal. 

Dokter Zulkfli Ahmad yang menangani Dania pasrah melihat hasil itu. Manusia hanya bisa berikhtiar, hasil sepenuhnya hak prerogatif Sang Pencipta alam semesta ini. Inseminasi hanyalah cara manusia untuk membantu proses kehamilan, hasilnya ada di tangan Tuhan. Dania dan suaminya pun menyadari hal itu.   

"Kuasa Allah apakah pembuahan akan terjadi dan calon embrio akan menempel atau tidak di rahim kita. Dua hal ini hanya Allah yang bisa berkehendak, kita hanya bisa berdoa, karena dalam proses ini tugas kita hanya sampai memasukkan sperma ke rahim saja. Intinya, dari kegagalan ini saya dan suami harus disuruh bersabar lagi, kata Allah belum sakarang saatnya," ujar Dania.

1. Diet ketat untuk inseminasi

Penantian Dania untuk si Bayi TabungInstagram/@daniaputri90

Sebelum melewati malam yang memilukan itu, Dania harus melakukan berbagai tahapan inseminasi dari dokter yang akrab disapa Zul itu, agar mendapatkan kehamilan.

Dimulai sekitar pertengahan 2015, Dania menjadi pasien dokter Zul. Di Klinik Permata Bunda Syariah tempat dokter Zul praktik, Dania harus melakukan berbagai upaya medis mulai USG transvagina, cek darah hormon, HSG, hingga analisa sperma selama setahun pernikahan.

Tiga bulan pertama dokter Zul menyatakan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) atau gangguan keseimbangan kadar hormonal masih kondisi wajar, karena hasil insulin normal. Pada sindrom ini, tubuh wanita hamil biasanya memproduksi androgen atau hormon laki-laki secara berlebihan.

"Karena PCOS umumnya insulinnya tinggi. Kondisi sperma suami juga sangat baik, bahkan di atas normal. Hasil HSG pun Alhamdulillah kedua tuba saya paten. Jadi dokter akhirnya memfokuskan saya pada treatment obat oral untuk memacu pembesaran sel telur saja," ungkap Dania. 

Enam bulan berikutnya Dania pun hanya melakukan treatment dengan obat oral anjuran dokter, dengan beberapa jenis dan merek obat. Tapi usaha ini belum membuahkan hasil. Dania dan suami harus bersabar. 

"Kata dokter Zul 'tenang bu, banyak jalan menuju roma, kita coba cara lain'. Ya itu lah yang membuat saya yakin dengan beliau dari saat saya pertama kali bertemu, beliau tidak pernah menakuti pasiennya. Sehingga kita akan terus dibuat selalu ber-positive thinking," ujar dia, bersemangat. 

Setelah satu tahun berlalu, akhirnya dokter Zul menyarankan Dania melakukan inseminasi, tapi dengan persiapan yang tidak mudah. Tiga bulan sebelum tindakan ini, ia dianjurkan benar-benar mengatur pola hidup sehat. 

"Makan makanan yang sehat (real food), bukan makanan siap saji, rajin olah raga, mengatur pola tidur malam, jam delapan malam saya harus sudah naik ranjang sehingga jam sembilan saya harus sudah tidur. Tidak ada lagi namanya begadang atau tidur larut malam dan sudah pasti tidak konsumsi kafein, alkohol, dan rokok," ujar dia.
 
Bagi Dania yang bukan perokok atau pun penyuka minuman beralkohol dan kopi, tentu tidak menjadi masalah. Tapi syarat lainnya sedikit memberatkan. Alhasil, setelah semua syarat dijalankan dengan konsisten, awal 2016 dokter menyarankan Dania memulai proses inseminasi. 

Dania menjalani proses inseminasi mulai dari H2 hingga H12 menstruasi. Selama itu ia disuntik obat gonal di sekitar pusar dan diselingi USG di pertiga harinya. "Misal H2-H4 suntik kemudian di H5, saya USG terus lanjut suntik di H5-H8 dan USG lagi di H9 dan sterusnya hingga H12." 

"Tujuan USG pertiga hari ini untuk mengetahui perkembangan besar sel telur, kalau dirasa kurang biasanya dosis obat gonal yang disuntikkan akan ditambahkan, sehingga sampai H12 besar sel telur sudah sesuai harapan. Alhamdulillah semua step by step proses ini berjalan lancar," lanjut perempuan yang suka humor itu. 

Kemudian tindakan berikutnya saat H13 atau H14, Dania menjalani suntik pemecah sel telur. Lalu kurang lebih 36 jam dari jam suntik pemecah sel telur dilakukan tindakan inseminasi. Satu hingga dua jam sebelum tindakan inseminasi, sperma suami Dania diambil untuk dibersihkan agar proses inseminasi berjalan baik.

"Proses inseminasi itu nyuntik kan sperma yang terpilih ke dalam rahim dengan kondisi sel telur dan rahim yang siap dibuahi. Dengan kondisi sel telur ukuran sudah besar dan pecah, artinya sel telur siap ditemukan dengan sperma untuk diharapkan terjadinya pombuahan. Dan hari itu Alhamdulillah semua proses berjalan dengan lancar," terang Dania. 

Dania pun diharuskan bed rest selama 14 hari, sekaligus menunggu proses inseminasi hingga mendapatkan hasilnya. Ia berharap selama belasan hari itu tak datang bulan. Hari demi hari dengan penuh harapan ia berdoa dan tetap yakin usaha untuk kehamilan berhasil. 

"Sambil memandangi puser yang membiru karena selama hampir dua minggu ditusuk jarum suntik, masyaallah rasanya... Tapi tidak apa-apa lah demi mendapatkan sang buah hati, apa pun akan saya lakukan semampu saya," ucap pengusaha di bidang pertanian itu. 

Beruntung, Dania memiliki suami yang perhatian dan penuh pengertian. Apa pun yang dilakukannya demi kehadiran si buah hati, sang suami selalu mendukung. Siti Maryam--yang tanpa suami melahirkan Isa Almasih--menjadi sosok penyemangat suaminya.

"(Suami) tidak pernah dia menyalahkan akan kondisi saya. Justru malah saya yang sering baper (bawa persaaan) dan merasa bersalah akan kondisi saya, tapi suami selalu menyemangati saya," kata perempuan yang menikah pada 2013 itu. 
 
"Dia selalu mengatakan, 'Siti Maryam aja yang tidak punya suami dan tidak pernah dibuahi tapi dengan kuasa Allah dia bisa hamil, jadi kamu juga pasti bisa hamil. Kita hanya disuruh bersabar aja'. Kata-kata itu yang slalu menyemangati hari-hari saya," Dania melanjutkan.

Baca Juga: 3 Pernyataan Jokowi soal Perempuan saat Peringatan Hari Ibu

2. Sel telur tidak kunjung membesar

Penantian Dania untuk si Bayi TabungInstagram/@daniaputri90

Sejak remaja Dania memang tidak seperti perempuan pada umumnya. Ia memiliki masalah dengan siklus menstruasi. Berangkat dari kelainan itu, membuat Dania langsung melakukan program hamil sebulan setelah ia menikah. 

"Dulu waktu belum nikah beberapa kali saya mendatangi dokter spog untuk mengecek kesehatan, apakah ada yang salah pada tubuh saya yang membuat siklus mainstruasi saya sangat berantakan. Tapi berkali-kali dokter mengatakan harus nikah dulu baru bisa diketahui penyebabnya," kata dia. 

Dania tidak paham dengan anjuran dokter. Namun, ia akhirnya mengerti maksud sang dokter setelah menikah. Karena ada syarat medis yang harus dilalui untuk mengetahui kondisi kesuburan kandungan bagi perempuan.  

"Dulu saya bingung dan bertanya kenapa harus nikah dulu, tapi setelah nikah saya paham, karena cara mengecek kesuburan yang mendasar bagi perempuan dengan cara USG transvagina, yaitu dengan memasukkan alat USG ke dalam vagina, dan ini tidak mungkin dilakukan jika pasien belum manikah," kata dia. 

Tahun pertama menikah, Dania yang menjalani program hamil masih tinggal di Jakarta. Selama di Ibu Kota, dia konsultasi kehamilan di klinik rumah sakit terbesar di Jakarta. Dia memilih rumah sakit ini karena terdapat klinik fertilitas atau klinik khusus kesuburan (fertilitas) yang cukup baik. 

Namun setelah menjalani konsultasi selama enam bulan, Dania hanya mendapat vitamin dan tidak ada perubahan berarti. Akhirnya, dia pindah ke rumah sakit lain, setelah mendapat rekomendasi dari keluarga.

Dokter kali ini lebih detail dan memahami kondisi Dania dibanding dokter sebelumnya. Di sini dia menjalani USG tranvagina dan cek hormon di laboratorium, untuk memantau perkembangan sel telur di setiap siklusnya. Hasilnya, sel telur yang berada di rahim Dania tidak membesar.

"Dokter memvonis saya termasuk PCOS. Intinya, kondisi sel telur saya kecil-kecil dan tidak mau membesar. Pada kondisi normal seharusnya sel telur pada haid hari ke-14 (terhitung dari hari pertama haid), yakni saat masa subur kita seharusnya ukuran sel telur sekitar 16-22 mm, tapi kondisi sel telur saya hanya 4-8 mm pada masa subur," kata dia.  

Karena tidak ada pertumbuhan pada sel telur, sulit terjadi ovulasi--proses ketika sel telur yang sudah matang dikeluarkan dari ovarium ke tuba falopi untuk dibuahi. Sehingga sperma sehebat apapun tidak dapat membuahi sel telur yang masih muda ini, sehingga sulit terjadi pembuahan. 

"Berbagai macam jenis obat pemicu pembesaran sel telur sudah dicoba. Namun tidak ada yang merespons. Ukuran sel telur akan tetap kecil. Hingga akhirnya dokter memutuskan saya untuk menggunakan obat suntik gonal. Fungsinya sama untuk memicu pembesaran sel telur, tapi ini dosisnya lebih besar bisa dikatakan paling besar dari obat oral," kata Dania. 

Tapi usaha Dania mulai membuahkan hasil. Sel telur di rahimnya merespons obat gonal. Sayangnya, pada saat kondisi sel telur baik, ia tidak bisa melanjutkan pengobatan di Jakarta, karena harus mengikuti suami pindah ke Brebes, Jawa Tengah. 

Tahun kedua setelah pernikahan atau selama kurang lebih satu tahun tinggal di Kota Brebes, Dania tidak melakukan program hamil apapun. Dia hanya berdoa dan pasrah, karena belum menemukan dokter yang sesuai di kota penghasil bawang merah itu. 

Meski dua tahun pernikahan belum dikaruniai bayi, semangat Dania tidak pernah surut. Hingga memasuki tahun ketiga pernikahan, dia memutuskan untuk mencari informasi dokter fertilitas terbaik di Brebes.

"Saya dapet nama dokter Zulkifli Ahmad di Klinik Permata Bunda Syariah Cirebon. Jarak Brebes-Cirebon hanya 40 menit dan saya pikir apa salahnya kami coba. Dan doa saya selama setahun terakhir Allah jawab. Saya berdoa mohon dipertemukan dengan dokter yang bgus sebagai perantara ikhtiar kami, dan dokter Zul lah orangnya," tutur Dania, bersemangat.

3. Dari inseminasi hingga bayi tabung

Penantian Dania untuk si Bayi TabungInstagram/@daniaputri90

Kegagalan inseminasi tidak membuat Dania patah arang untuk memiliki anak. Gayung bersambut, dokter Zul menyarankan cara lain, yakni bayi tabung. Tapi dokter memberikan syarat, agar Dania melakukan persiapan lebih matang dari sebelumnya. 

"Saya disuruh diet ketat minimal mengurangi 5-7 kg dari berat badan saya yang sekarang," tutur Dania. 

Setelah tiga bulan diet ketat, Dania hanya berhasil menurunkan berat badan 2 kg. Dia merasa belum disiplin dan masih mengonsumsi vitamin. Akhirnya, dokter menyarakan Dania konsultasi ke dokter ahli gizi dengan harapan bisa membantu program dietnya. 

"Dan selama dua bulan saya tidak diet dengan tidak mengonsumsi karbohidrat dan berat badan saya turun 5 kg," ujar dia.

Rupanya penurunan berat badan dan pola hidup yang lebih sehat belum cukup untuk persiapan Dania mendapatkan bayi tabung. Ada satu syarat lagi dari dokter Zul yakni harus mempunyai minimal tujuh buat sel telur pada H2 menstruasi.

Sedangkan, ketika itu selama beberapa bulan pada H2 haid sel telur yang muncul hanya dua atau tiga buah di rahim Dania. Namun, dengan modal doa dan kesungguhan, harapan itu tiba. Pada Juli 2017 rahim Dania muncul sembilan sel telur.

"Sambil melakukan suntik gonal H2-H12, saya harus melakukan cek torch untuk suami istri. Analisa sperma lagi untuk suami, cek HIV untuk saya, dan alhamdulillah semua hasilnya baik. Dengan kondisi rahim yang tebalnya seusai yang diharapkan, saya bisa melanjutkan proses bayi tabung ini," ucap Dania berbinar-binar.

Proses bayi tabung hampir sama seperti inseminasi, yang membedakan hanya proses pembuahannya. Jika inseminasi setelah proses suntik pemecah sel telur langsung tindakan inseminasi. Tapi bayi tabung harus melalui proses Ovum Pick Up (OPU) dan Embrio Tranfer (ET). 

OPU adalah sel telur yang sudah dipecahkan dengan suntik pemecah sel telur. Inti sel telur yang bentuk dan kondisinya baik diambil. Begitu juga sperma, pun dipilih yang terbaik dipilih dan dibersihkan. Kemudian di laboratorium sperma dan sel telur disatukan. Jarak waktu dari OPU ke ET memakan waktu 3-5 hari. 

"Karena saat hari ketiga kondisi embrio yang berkembang cukup banyak dan baik, akhirnya embriologi menyarankan untuk embrio dilanjutkan menjadi blastosis (kondisi embrio yang sempurna), dan artinya ET dilakukan pada hari kelima dengan hasil embrio blastosis," kata Dania. 

Dengan kondisi seperti ini membuat Dania semakin yakin ikhtiar kali ini akan membuahkan hasil. Karena umumnya blastosis akan lebih mudah menempel pada rahim, atau dengan kata lain peluang keberhasilan pembuahan akan lebih besar. 

Pada hari kelima setelah OPU, Dania melakukan ET. Semua berjalan dengan lancar. Tidak mudah bagi Dania untuk menjalani proses ini. Butuh mental dan kesehatan yang optimal, sebab saat proses OPU kondisi pasien dibius total seperti operasi kecil. Sebaliknya, proses ET tidak melalui pembiusan. 

Saat embrio dimasukan ke rahim melalui vagina, Dania pun sadar dan melihat jelas prosesnya melalui layar monitor. Dokter memasukan dua embrio ke rahimnya. Awalnya, dokter menyarankan agar memasukkan satu embrio, karena umur Dania yang relatif muda. 

"Tapi saya kekeh ingin dua embrio, pemikiran saya sederhana, kalau satu gagal masih ada cadangan satunya. Walau saya harus menandatangani mengenai risiko-risiko kehamilan kembar. Karena ada kemungkinan dua-duanya akan menempel dan saya ada kemungkinan akan hamil kembar. Tapi justru itu yang saya harapkan," kata dia. 

Setelah proses ET, Dania harus menunggu 14 hari, sama seperti inseminasi. Rasa waswas pun terus membayangi selama proses ini. Namun, dia terus berdoa dan berusaha agar tidak stress dengan hasil akhir nanti. 

Kini Dania lebih siap. Waktu menunggu hasil pembuahan dibuat lebih happy dan pasrah. Dia juga berserah diri pada keputusan Tuhan dan tetap yakin akan berhasil. 

Tapi mendekati hari 'bagi rapot' tiba, perut Dania terasa tak nyaman, seperti kram jelang menstruasi. Dia takut menemui kegagalan lagi. Hingga pagi hari hari ke-14, tiba saatnya dia melakukan HSG untuk mengetahui apakah hasilnya positif atau negatif kehamilan.

Pagi itu perasaan Dania bercampur aduk. Waktu tunggu pukul 06.00 hingga 10.00 WIB terasa begitu lama. Persis pukul 10.00 WIB, seorang suster melalui mengirimkan hasil laboratorium melalui pesan eletronik. Tapi Dania bingung dengan angka-angka yang tertera. Ia pun bertanya kepada suster Rima, dan dibalas dengan ucapan selamat.

Dania seperti mimpi. Dia langsung memeluk suaminya, dan menangis sejadi-jadinya. Jelas kali ini tangisan bahagia. Sambil memegang perut, dia berterima kasih kepada Sang Pencipta, karena telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Dia seakan tak percaya kini ada janin di rahimnya. 

"Entah rasanya seperti mimpi. Dulu saat masih berjuang saya selalu menanyakan, apakah saya bisa hamil? Mengapa sangat susah sekali? Mengapa wanita lainnya begitu mudah? Apa salah saya? Kenapa harus saya? dan lain-lain. Tapi di hari itu rasa syukur saya sangat besar, saya merasa Allah sayang sama saya. Allah baik banget sama saya," ucap dia. 

Suami Dania pun menyarankan untuk segera menemui dokter Indra NC Anwar di Jakarta, rekanan dokter Zul yang menangani Dania. Sehari-hari dokter Indra praktik di Rumah Sakit Morula IVF Jakarta. Sebelumnya, Dania juga harus mondar-mandir Jakarta-Brebes selama tiga pekan.

"Akhirnya kita langsung ke Morula lagi untuk menemui dokter Indra. Alhamdulillah, setelah USG hasilnya baik, kantong rahimnya sudah terlihat, dan saya diresepkan penguat kandungan dan vitamin untuk bekal saya balik ke Brebes," kata dia. 

Keesokan harinya, Dania juga menemui dokter Zul dan disarankan melakukan cek laboratorium BHCG satu pekan berikutnya, untuk memastikan embrio berkembang dengan baik di rahimnya karena masih rawan. Dia juga disarankan bed rest dan harus benar-benar menjaga kandungannya.

4. Bayi Dania kini tumbuh sehat dan normal

Penantian Dania untuk si Bayi TabungInstagram/@daniaputri90

Semangat, keyakinan, hingga menjaga pola makan rupanya tak cukup sebagai modal Dania untuk mendapatkan bayi. Di balik perjuangannya mendapatkan kehamilan selama ini, ia juga harus mengeluarkan kocek yang tidak sedikit.

Seperti untuk biaya inseminasi, Dania harus mengeluarkan biaya sekitar Rp16 juta, dan bayi tabung sekitar Rp90 juta. Tapi semua perjuangannya kini terbayarkan, berkat keyakinan dan perjuangannya.

Kini, Dania merasa beruntung karena perjalanan hamil kali ini dirasa lebih mudah dari sebelumnya. Dari usia kehamilan tiga pekan sampai saat ini sudah 35 minggu tidak ada yang menghawatirkan, bahkan cenderung sangat baik. 

"Dari usia lima minggu denyut jantung baby-nya sudah terdengar sangat jelas. Setiap bulannya saya kontrol kehamilan dokter Zul pun mengatakan kondisi sangat baik. Tidak ada yang menghawatirkan sampai terakhir control usia kandungan 32 (pekan)," kata Dania, antusias. 

Tak hanya itu, kendati sudah memasuki umur kandungan delapan bulan, Dania masih disarankan memeriksakan kandungan sebulan sekali. Padahal, umumnya jika kandungan sudah memasuki trimester ketiga, jadwal kontrol dua kali dalam sepekan. 

"'Dokter mengatakan buat apa bu, kan kondisinya baik semua, tidak ada yang perlu dikhawatirkan'. Ini juga salah satu jawaban doa saya. Di selipan doa saya akan keberhasilan ikhtiar ini, saya berdoa saat saya hamil nanti minta diberi kemudakan kelancaran kekuatan kesehatan sampai lahiran dan seterusnya," ungkap Dania. 

Sampai saat ini bayi di perut Dania pun aktif dan posisinya normal, air ketuban cukup, serta denyut jantung pun sangat baik. "Sangat sempurna pokoknya. Semoga sampai lahiran nanti akan terus baik, bahkan sampai nanti saya pasca-melahirkan," lanjut dia. 

Hari-hari saat kehamilan Dania pun kini dinikmati dengan penuh rasa syukur. Dia berharap persalinan nanti berjalan normal dan lancar. "Semua sehat, saya sehat, bayi saya pun sehat dan sempurna. Tanpa kekurangan satu apapun. Aamiin," tutur Dania.

5. Buah hati Dania dan Prayitno akhirnya lahir dengan normal

Penantian Dania untuk si Bayi TabungInstagram/@daniaputri90

"Assalamualaikum. Alhamdulillah telah lahir putri pertama kami. Tanggal 28 April 2018 pukul 06.35, berat 3.4 kg panjang 48 cm, di RS Muhammadiyah Cirebon. Semoga Maysha Aisha Dhakiya menjadi wanita salehah yang pintar, cerdas, dan membanggakan, sesuai dengan arti namanya. Menjadi putrinya ayah dan ibu yang taat beragama, berbakti kepada ortu, anak yang penurut, pengertian, dan berbudi pekerti yang baik. Selalu menjadi penyejuk hati dan bermanfaat buat orang banyak kelak. Aamiin allahumma aamiin. Yang berbahagia, Ayah Hadi Prayitno & Ibu Dania Eka Putri," tulis Dania melalui akun Instagramnya, @daniaputri90, 2 Mei lalu.

Kebahagiaan Dania tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Air mata haru menetes dari kedua matanya. Kelahiran buah hatinya sudah lama ia nanti-nantikan. Kehadiran Maysha menjadi pelengkap kebahagiaan Dania dan keluarganya.

"Dear maysha... Mendekapmu bagai mimpi. Setelah penantian 5th kami. Terima kasih atas hadirmu. Membuat kami mengerti arti perjuangan," tulis Dania di unggahan lainnya.

Maysha lahir seperti bayi lainnya. Normal. Maysha pun begitu istimewa di mata Dania dan keluarga. Ia juga tumbuh seperti bayi pada umumnya. Dalam lima pekan, berat badan Maysha 4,2 kg dengan panjang 56 cm.

"Kata ibu beratku nambah 8 ons. Yess 1 ons pipi kanan yg 1 ons lagi pipi kiri 😂😂. Alhamdulillah aku makin sehat, cuma jidat dan pipiku lagi byk jerawat (Biangkringet) nya nih. Kata ibu aku harus rajin cuci muka biar ga jerawatan 😜 Kalo ditanya aku skrg udh pinter apa aja? Aku suka nangis jejeritan tanpa sebab sampe bikin ibu ayah bingung harus gimanain aku. Hihihihi... Doain aku sehat terus ya om tante.. love you all muaach 😘," tulis Dania pada 3 Juni lalu di akun Instagramnya.

Bahkan, Maysha kini tumbuh dengan baik. Perkembangan tubuh dan kecerdasannya pun baik. Hari-harinya membuat Dania dan suaminya selalu tersenyum.

"Tiap liat kelakuan kamu ibu selalu bersyukur dan hepi.. tapi pas liat kamu bobo ibu langsung meweekk.. Anak cantik sholehahnya ibu makin hari makin pinter. Masyaallah sya kamu cepet bgt gedenya... 😢😢😢 Bulan depan kita mulai mpasi ya cantik.. ibu brusaha selalu ngasih yg terbaik buat kamu.. dimohon kerjasamanya ya shaa.. 😉😉😉
Ayah ibu love maysha banyak banyaakk 😙😙," tulis Dania 1 Oktober lalu di akun Instagramnya.

Selamat Hari Ibu...

Baca Juga: Muslihah, Perempuan Baja di Pelosok Jawa

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya