Sejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo yang Selama Ini Selalu Tabu untuk Dibicarakan

Kalijodo dari era kolonial hingga sebesar sekarang

Nama Kalijodo yang terletak di Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara menjadi bahan pembicaraan menarik saat ini. Pasalnya tempat tersebut tak lama lagi akan digusur oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Tempat ini dinilai tidak memberikan manfaat sama sekali. Di tempat lokalisasi ini, selain terdapat Pekerja Seks Komersil (PSK), juga dijadikan ladang perjudian.

Ternyata lokalisasi Kalijodo punya nilai sejarah dalam perkembangan kota Jakarta. Dulunya, Kalijodo adalah sebuah lokasi sentral ekonomi yang menghidupkan Jakarta. Asal mula Kalijodo itu sendiri sebenarnya merupakan tempat persinggahan etnis Tionghoa yang mencari gundik atau selir.

Sejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo yang Selama Ini Selalu Tabu untuk DibicarakanSumber Gambar: klimg.com

Melirik ke beberapa abad silam sekitar tahun 1600-an, Jakarta masih terkenal dengan nama Batavia. Pada masa kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), mayoritas penduduk yang ada di sana adalah etnis Tionghoa. 

Masyarakat berlatar belakang etnis Tionghoa ini adalah orang-orang yang melarikan diri dari Manchuria. Wilayah yang dulunya terletak di dekat perbatasan Korea Utara dan Rusia ini sedang mengalami perang. Saat melarikan diri ke Batavia, mereka tidak membawa istri, sehingga mereka pun akhirnya mencari gundik atau pengganti istri di Batavia.

Sejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo yang Selama Ini Selalu Tabu untuk DibicarakanSumber Gambar: usercontent.com

Dalam proses pencarian gundik, mereka kerap kali bertemu di kawasan bantaran sungai. Lalu tempat yang dijadikan dianggap menjadi pertemuan pencarian jodoh dinamakan Kalijodo. Dalam bahasa Jawa artinya “Sungai Bertemunya Jodoh”.

Baca Juga: 11 Fakta Soal Kalijodo, Kawasan Pelacuran yang Ingin Disulap Ahok Jadi Taman Pisang

Calon gundik kebanyakan berasal dari perempuan lokal.

Sejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo yang Selama Ini Selalu Tabu untuk DibicarakanIlustrasi. Sumber Gambar: liputan6.com

Para calon gundik ini mayoritas didominasi oleh perempuan lokal. Para gadis pribumi akan menarik pria etnis Tionghoa dengan menyanyi lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu yang tertambat di pinggir kali. Pada masa tersebut, perempuan yang akan menjadi gundik disebut Cau Bau. Cau Bau dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan pelacur. Kendati demikian, di lokasi tersebut masih berlangsung aktivitas seksual dengan transaksi uang.

Cau Bau artinya adalah perempuan. Cau Bau ini bisa disamakan dengan Geisha dalam kebudayaan Jepang. Mereka bukan bertujuan untuk melacur, tapi perempuan tersebut menghibur dan mendapatkan uang atas pekerjaannya.

Kalijodo pada abad Milenium

Sejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo yang Selama Ini Selalu Tabu untuk DibicarakanSumber Gambar: tempo.co

Seiring berjalannya waktu pada abad 20, Kalijodo kini telah berkembang menjadi tempat hiburan yang tidak hanya diincar para pria asal etnis Tionghoa. Bahkan masyarakat pribumi dan etnis lain juga ikut menikmati. Alhasil, hal ini pun membentuk Kalijodo sebagai sebuah tempat yang terkenal dengan daerah pelacuran. Bahkan setelah pemerintah menutup lokalisasi pelacuran Kramat Tunggak pada tahun 1999, Kalijodo kian ramai dikunjungi.

Faktanya, orang Jakarta sejak zaman dulu selalu menamakan suatu tempat berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi. Contohnya adalah Kalijodo yang dulunya sering digunakan para gadis dan pria berpacaran. Dan berakhir dengan perjodohan.

Sejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo yang Selama Ini Selalu Tabu untuk DibicarakanSumber Gambar: tempo.co

Selain itu, tiap tahun di tempat ini juga sering diselenggarakan pesta Peh Coen Imlek. Pesta ini sering didatangi oleh muda-muda yang ingin menyaksikan beragam keramaian, seperti barongsai, pesta ngibing diiringi gambang keromong dan lain-lain.

Baca Juga: Ini Sosok Penguasa Kalijodo yang Paling Ditakuti dan Bikin FPI Terbirit-birit!

Topik:

Berita Terkini Lainnya