Demi Bersekolah, Sumarni Harus Susuri Sungai Hingga Temui Ular

Bahkan buaya sering dijumpai di sana

Perjuangan menempuh pendidikan benar-benar dirasakan oleh Sumarni. Gadis asal Maros ini tiap hari harus mengayuh sampan di Sungai Pute demi bersekolah di SMP Negeri 28 Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Sampan yang sudah tua menjadi saksi bisu perjuangan gadis ini agar bisa tiba di sekolahnya tepat waktu. Setelah naik perahu, perjuangan Sumarni belum selesai. Dia masih harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh dua kilometer menuju sekolahnya.

Di sungai tersebut kerapa dan ular. 

Demi Bersekolah, Sumarni Harus Susuri Sungai Hingga Temui Ulartribunnews.com

Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Sumarni selama berjuang mengayuh sampan seorang diri. Salah satunya adalah bertemu dengan beberapa hewan buas seperti buaya dan ular air. Tapi hal tersebut tak menciutkan nyalinya untuk tetap menimba ilmu. Baginya, mendapatkan pendidikan yang layak adalah kado terindah dari usahanya mendayung sampan tersebut. Baginya, tak ada satu pun hal yang bisa menghalangi cita-citanya untuk menjadi guru agama kelak.

Sumarni sendiri merupakan putri ke tujuh dari delapan bersaudara. Dia tinggal di sebuah rumah sederhana yang terletak di pinggir sungai. Sang ibu bercerita bahwa Sumarni telah mendayung sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Awalnya, di kelas 1 sampai kelas 3, dia dibantu oleh kakaknya. Namun, sang kakak kini telah tamat sekolah sehingga dia harus berjuang ke sekolah sendiri. 

Baca juga: Mahasiswi Asal Tulungagung Ini Berhasil Raih Cum Laude di Universitas Kentucky!

Dapat bantuan sepeda.

Demi Bersekolah, Sumarni Harus Susuri Sungai Hingga Temui Ularidrus.co

Kisah Sumarni mungkin tak akan pernah diketahui masyarakat Indonesia andai seorang Akademisi asal Universitas Muslim Indonesia (UMI), Zakir Sabara HW tidak bertemu dengannya. Zakir saat itu kebetulan sedang melintas. Dia pun mengabadikan momen yang langka ini. Zakir kagum dengan usaha bocah cilik ini  mendayung sampan sendirian di sungai yang sepi. Sebuah kejadian yang tidak ditemukannya di wilayah perkotaan.

Setelah mengamati perjuangan Sumarni, Zakir pun memutuskan untuk memberikan bantuan berupa sepeda. Dia bahkan mengajak beberapa orang seperti komunitas guru besar, pejabat, pengusaha, profesional, politisi, jurnalis untuk berkunjung ke rumah Sumarni.  Selain sepeda, Sumarni juga mendapatkan bantuan sejumlah uang.

Zakir mengatakan bahwa generasi seperti Sumarni sebetulnya perlahan telah hilang karena kemajuan teknologi. Tetapi perjuangannya dalam menimba ilmu layak dijadikan pedoman dan rasa syukur bagi siswa yang memiliki kehidupan lebih beruntung dibandingkan Sumarni.

Baca juga: Ditolak karena Agama, Siswi Ini Malah Dijamu Bupati Banyuwangi.

Artikel ini merupakan hasil kerjasama dengan Rappler Indonesia I Syarifah Fitriani

Topik:

Berita Terkini Lainnya