Penyerangan Polisi di Tangerang: Apakah Radikalisme Telah Menyebar ke Anak Muda?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan penyerangan terhadap kepolisian di Tangerang, Jawa Barat adalah bukti nyata bahwa radikalisme telah menyebar luas. Pasalnya, pelaku penyerangan yang berinisial SA (21) atau Sultan Azanah ini diduga merupakan anggota kelompok radikal.
Hendardi menuturkan bahwa apapun motifnya, kekerasan terhadap aparat keamanan dan penegak hukum tidak pernah dapat dibenarkan. Dia juga menyatakan prihatin atas terjadinya peristiwa ini.
Hendardi mendorong Polri untuk meningkatkan kewaspadaan secara berkelanjutan. Menurutnya, selama ini kewaspadaan Polri bersifat parsial. Menurut Hendardi, jika SA telah dikonfirmasi terafiliasi dengan ISIS, maka Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu menggencarkan pencegahan kekerasan oleh kelompok ekstremis.
Baca Juga: Sekarang Simpanse pun Diajarkan Untuk Merokok, Korea Utara Sehat?
Jangan sampai ruang publik dikuasai oleh kelompok pengusung intoleransi, radikalisme dan kekerasan ekstremis.
Editor’s picks
Hendradi juga menyatakan bahwa yang jauh lebih penting adalah memastikan ruang publik tidak dikuasai oleh kelompok pengusung intoleransi, radikalisme, dan kekerasan ekstremis. Lebih lanjut Hendardi menambahkan, apapun motivasinya, kekerasan terhadap aparat keamanan dan penegak hukum tidak pernah dapat dibenarkan.
Proses deradikalisasi terhadap terpidana teroris adalah bagian tersendiri yang harus lebih diutamakan.
Diduga pelaku berubah sejak tahun 2013.
Dari hasil pemeriksaan diketahui, keluarga menilai ada perubahan pada diri dan sikap Sultan sejak 2013 lalu. Hingga akhirnya pada 2015, Sultan bergabung dengan sebuah pondok pesantren di Ciamis Jawa Barat yang adalah jaringan dari Aman Abdurrahman.
Awalnya dia hidup normal dan pernah mengikuti pendidikan kuliah juga. Selesai kuliah, ternyata Sultan pernah juga bekerja sebagai karyawan di bidang programmer dan web design. Bahkan Sultan diakui keluarga memiliki keahlian yang baik di bidang informatika.
Namun, yak lama kemudian, Sultan menjadi korban cuci otak dan berhasil didoktrin untuk melakukan penyerangan masif kepada anggota Polri. Mengingat usia Sultan masih 22 tahun, usia rentan yang gampang terpengaruh dengan hal-hal radikalisme. Diduga kuat pelaku telah terprovokasi oleh hal yang keliru.