Merasa Tidak Aman, Mahasiswa Papua Putuskan Keluar dari Yogyakarta

Beberapa mahasiswa berencana pindah

Masyarakat Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua akhirnya memutuskan untuk segera meninggalkan Daerah Istimewa Yogyakarta karena merasa tidak memiliki rasa aman.

Dilansir CNN Indonesia, para mahasiswa Papua di Yogya telah membulatkan tekadnya untuk kembali ke Papua. Terkait dengan kuliah akan dimintakan surat pindah untuk melanjutkan studi di Papua. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh salah satu pengurus Aliansi Mahasiswa Papua di Jogja, Roy Karoba.

Merasa Tidak Aman, Mahasiswa Papua Putuskan Keluar dari Yogyakartamerahputih.com

Keputusan yang diambil tersebut menurut Roy sudah bulat mengingat pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menolak adanya gerakan-gerakan separatis di kota tersebut. Menurutnya, pernyataan Sultan terkait separatisme sangat mengganggu dan akan melegitimasi aparat serta ormas di Yogya untuk bertindak diskriminatif terhadap mahasiswa Papua.

Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono X tersebut diungkapkan beberapa hari setelah adanya ketegangan yang terjadi antara sejumlah mahasiswa Papua beserta aparat keamanan dan juga ormas pro-NKRI di Yogyakarta. Dalam pernyataan tersebut, Sri Sultan memperingatkan seluruh masyarakatnya untuk tidak melakukan tindakan atau aksi separatis. Dan jika masih terus melawan maka kaum pemberontak tidak bisa tinggal di Yogyakarta.

Baca Juga: Dari Papua Menembus NASA: Bob dan Thinus Harumkan Nama Indonesia. 

Komnas HAM mengecam pernyataan Sultan Hamengku Buwono X.

Merasa Tidak Aman, Mahasiswa Papua Putuskan Keluar dari Yogyakartapewartayogya.com

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia mengecam pernyataan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X yang mengatakan tidak boleh ada separatis di Yogyakarta.

Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai memaparkan bahaya dari ucapan tersebut. Ditambah lagi, dalam konteks budaya Jawa, kata-kata tersebut memiliki makna sebagai pengusiran secara halus, yaitu orang Papua tidak boleh tinggal di Jogja. Mengingat kedudukan Sultan tak hanya sebagai kepala pemerintahan, melainkan juga tokoh nasional dan seorang raja. Dan sebagai raja, lanjut Pigai, pernyataan Sultan akan diikuti semua rakyatnya.

Akan tetapi, Sultan membantah maksud pernyataannya. Dia tidak bermaksud melarang mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta. Menurut Sultan, aspirasi untuk menentukan nasib sendiri yang dilakukan mahasiswa Papua boleh dilakukan, asalkan tidak disampaikan kepada publik.

Merasa Tidak Aman, Mahasiswa Papua Putuskan Keluar dari Yogyakartajogjangangeni.com

Di tempat lain, Mikael Kudiai, aktivis Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Yogyakarta, melalui akun media sosial Facebook pribadinya, mengatakan Sultan terlalu berani mengatakan aksi mahasiswa Papua di Yogyakarta adalah separatis.

Menurutnya, kalau kalau tidak paham arti separatis, lebih baik diam saja. Sultan terlalu berani pada mahasiswa, tetapi takut dan melakukan pembiaran terhadap ormas-ormas reaksioner dan aparat keamanan melakukan intimidasi, penangkapan, pembungkaman ruang demokrasi terhadap mahasiswa Papua dan rakyat Jogja sendiri.

Kapolres Yogyakarta larang masyarakat turun ke jalan dan berdemo.

Merasa Tidak Aman, Mahasiswa Papua Putuskan Keluar dari Yogyakartailustrasi - pp-frontmahasiswanasional.org

Kapolres Yogyakarta memberikan peringatan keras kepada seluruh masyarakat Papua yang berada di wilayah kepemimpinannya untuk tidak lagi turun ke jalan-jalan dan melanjutkan aksi demo yang kini telah meresahkan hampir seluruh warga yang berdomisili di Yogyakarta.

Sebelumnya, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam grup Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) hendak melakukan aksi turun ke jalan. Akan tetapi belum sempat meneruskan aksi tersebut, warga Jojga dan aparat anti huru hara sudah berada di lokasi untuk mencegah aksi-aksi yang disinyalir ditunggangi oleh kelompok separatis Papua.

Selain itu, Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta juga menetapkan seorang tersangka atas kasus pemukulan kepada polisi saat terjadi kerusuhan di asrama mahasiswa Papua, Jumat, 15 Juli 2016. Tersangka itu berinisial OB, asal Papua. Dia tidak ditahan, namun polisi tetap akan menjerat dia dengan pasal berlapis.

Kepala Biro Operasi (Karo Ops) Polda DIY, Kombes Pol Bambang Pristiwanto mengatakan ada sembilan orang mahasiswa Papua yang terlibat dalam pemukulan salah satu anggota. Usai diperiksa, akhirnya satu orang ditetapkan sebagai tersangka.

Baca Juga: Benarkah Ada Emas Tersembunyi di Taman Nasional Lorentz Papua?

Topik:

Berita Terkini Lainnya