Survei Median, Elektabilitas Jokowi Masih Tertinggi tetapi 46,4 Persen Inginkan Presiden Baru

Alasan Sembako mahal, ekonomi susah, pekerjaan sulit, listrik naik

Jakarta, IDN Times  - Pemilihan Presiden akan dilaksanakan pada tahun 2019 mendatang. Pendaftaran nama calon presiden dan calon wakil presiden akan dilaksanakan pada Agustus 2018. Dua nama yang saat ini sudah diketahui akan maju dalam Pilpres 2019 mendatang adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

“Menjelang 4 Agustus, semakin banyak tokoh-tokoh yang melakukan upaya untuk memperkenalkan diri, untuk mensosialisasikan diri,” kata Direktur Media Survei Nasional (Median) Sudarto. “Masyarakat penasaran sekali siapa yang akan bertarung dalam pilpres 2019,” tambahnya.

Bahkan sejak nama Probowo belum resmi sebagai calon presiden, berbagai lembaga survei lantas melakukan survei terhadap elektabilitas dan peluang keduanya. Salah satunya Media Survei Nasional. Nama Joko Widodo dan Prabowo menjadi nama yang memiliki elektabilitas paling tinggi dalam penelitian mereka.

“Data terakhir dari penelitian yang kami terima pada 6 April 2018. Jadi belum mencakup soal pengaruh pencalonan Prabowo dengan elektabilitasnya," kata Sudarto. Berikut temuan dari Media Survei Nasional dengan tema Survei elektabilitas kandidat : Siapa layak jadi lawan, atau pasangan Jokowi?

1. Elektabilitas calon presiden, tertinggi masih Jokowi

Survei Median, Elektabilitas Jokowi Masih Tertinggi tetapi 46,4 Persen Inginkan Presiden BaruNTARA FOTO/Puspa Perwitasari

“Elektabilitas presiden tertinggi masih dipegang Pak Joko Widodo dengan 36,2 persen,” kata Sudarto. Menyusul nama Jokowi, ada nama Prabowo Subianto dengan perolehan angka 20,4 persen. Dua nama tersebut yang memiliki elektabilitas di atas 10 persen.

Tidak hanya berhenti di dua nama tersebut, beberapa nama lain menyusul di urutan selanjutnya meski tidak mencapai angka 10 persen. Nama Gatot Nurmantyo memiliki elektabilitas di angka 7 persen, Jusuf Kalla di angka 4,3 persen dan Anies Baswedan 2 persen. Nama lain yang muncul adalah Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan angka 1,9 persen, Agus Harimurti Yudhoyono dengan angka 1,8 persen serta Anis Matta di angka1,7 persen.

Baca juga: Pilpres 2019: PAN Lakukan Survei Internal untuk Tentukan Sikap Politik

2. Elektabilitas calon wakil presiden tidak sampai 10 persen

Survei Median, Elektabilitas Jokowi Masih Tertinggi tetapi 46,4 Persen Inginkan Presiden BaruIDN Times/Kevin Handoko

Data penelitian dari Media Survei Nasional tidak hanya melihat elektabilitas Capres di 2019 namun juga cawapres 2019. Hal menarik yang ditemukan Media Survei Nasional terkait elektabilitas cawapres 2019, angka yang diperoleh tidak lebih dari 10 persen.

“Tidak ada satupun calon wakil presiden yang elektabilitasnya diatas 10 persen,” tutur Sudarto. Nama dengan tingkat elektabilitas tertinggi adalah Anies Baswedan dengan angka 6,2 persen. Nama Anies kemudian disusul oleh nama Gatot Nurmantyo yang memperoleh suara 5,4 persen.

Prabowo berada di urutan ketiga sebagai calon wakil presiden dengan elektabilitas tertinggi dengan angka 4,9 persen. Disusul nama Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di angka 4,7 persen, Agus Harimurti Yudhoyono dengan angka 3,8 persen. Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo menyusul masing-masing di angka 3,7 persen dan nama Anis Matta di angka 3 persen.

“Ini menunjukkan yang pertama bahwa hari ini masyarakat belum terlalu fokus untuk memikirkan siapa calon presidennya,” kata Sudarto terkait hasil temuan Media Survei Indonesia. “Masyarakat jauh lebih fokus untuk melihat siapa calon presidennya,” tambahnya.

3.Kandidat cawapres untuk Jokowi dan Prabowo

Survei Median, Elektabilitas Jokowi Masih Tertinggi tetapi 46,4 Persen Inginkan Presiden BaruIDN Times/Uni Lubis

Penelitian dari Media Survei Nasional menunjukan hasil menarik terkait nama yang dirasa cocok untuk menjadi cawapres untuk Jokowi dan Prabowo. Sampai saat ini, nama Jokowi dan nama Prabowo merupakan dua nama yang sudah dipastikan akan maju menjadi calon presiden di pilpres 2019 mendatang.

Untuk Joko Widodo, nama Muhaimin Iskandar (Cak Imin) akan memberikan elektabilitas yang tinggi kepada Jokowi. Sedangkan nama Anies Baswedan berdasarkan survei dapat memberi elektabilitas tinggi jika dipasangkan dengan nama Prabowo.

Nama pasangan ini, berdasarkan survei yang diadakan Media Survei Nasional tidak berubah meskipun ada skenario dua poros maupun tiga poros. Nama Joko Widodo – Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto – Anies Baswedan menjadi nama pasangan yang berdasarkan survei menghasilkan elektabilitas tinggi.

4. Tidak semua tokoh baik dipasangkan dengan Jokowi

Survei Median, Elektabilitas Jokowi Masih Tertinggi tetapi 46,4 Persen Inginkan Presiden BaruANTARA FOTO/Angga Pratama

“Ternyata tidak semua tokoh bisa dipasangkan dengan Joko Widodo,” ujar Sudarto. Ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, saat melakukan rilis terhadap penelitian terbaru dari Media Survei Indonesia, Sudarto memaparkan beberapa temuan menarik dari hasil survei.

Menurut Sudarto, tidak semua konstituen dari tokoh tertentu setuju jika tokoh yang didukungnya dipasangkan dengan Joko Widodo. Tidak semua konstituen bersedia memilih tokoh yang didukungnya, jika pada pelaksanaannya tokoh tersebut dipasangkan sebagai calon wakil presiden dari Joko Widodo.

Terdapat 66,7 persen konstituen dari Prabowo Subianto menolak akan memilih jika Prabowo dipasangkan menjadi calon wakil presiden Joko Widodo. Hal serupa dan angka yang sama juga keluar dari hasil survei terhadap konstituen Anis Matta. Konstituen dari TGB Zainul Majdi sebesar 65,2 persen menolak memilih TGB jika menjadi cawapres Jokowi.

Konstituen dari Gatot Nurmantyo sebesar 49 persen menolak jika Gatot dijadikan cawapres Jokowi. Angka sebesar 45 persen juga keluar dari konstituen Anies Baswedan yang menolak Anies dipasangkan dengan Jokowi dalam piplres 2019 mendatang.

5. Jokowi dua periode atau satu periode

Survei Median, Elektabilitas Jokowi Masih Tertinggi tetapi 46,4 Persen Inginkan Presiden BaruIDN Times/Margith Damanik

Dari hasil penelitian yang dipaparkan Sudarto, dari total responden yang dimiliki, ada 45,2 persen yang ingin Jokowi kembali mempimpin. Namun ada angka yang tidak kecil, yakni 46,4 persen menginginkan tokoh baru menggantikan Joko Widodo. Sedangkan ada 8,4 persen yang tidak bersedia menjawab.

“Ini warning kuning kemerahan untuk Jokowi. Ada sedikit lebih banyak orang yang ingin Jokowi diganti dibandingkan dengan orang yang ingin mempertahankan kepemimpinannya” tutur Sudarto. Menurutnya jika skenario yang terjadi adalah head-to-head atau dua poros, hal ini akan memberatkan Jokowi. “Karena orang-orang yang sudah tidak ingin dipimpin Jokowi langsung terkanalisasi ke lawannya dia,” katanya lagi.

Menurut Sudarto, berdasarkan hasil survei, baik yang terbaru maupun survei Februari 2018 lalu, hal yang menjadi pendorong masyarakat ingin memiliki presiden baru adalah karena permasalahan ekonomi yang dirasa belum membaik. “Sembako mahal, ekonomi susah, pekerjaan sulit, listrik naik, meski sebenarnya puas dengan kinerja Jokowi membangun infrastruktur,” tutur Sudarto.

Baca juga: Dilarang Pakai Pesawat dan Bagi-bagi Sepeda, Jokowi: Kita Taati Aturan

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya