Penuhi Panggilan Kepolisian, Ayah Korban Meninggal Bagi Sembako Mengaku Sudah Ikhlas

Tidak melapor namun memberikan keterangan.

Jakarta, IDN Times - Kegiatan pembagian sembako di Monas hari Sabtu (29/4) pekan lalu menelan korban jiwa. Mahesa Junaedi bocah 12 tahun tewas di kawasan Monas dalam acara 'Untukmu Indonesia'. Hari ini (5/5) seminggu setelah kejadian pihak Mahesa mendatangi Polda Metro Jaya.

Kepada wartawan Junaedi selaku ayah korban mengatakan bahwa dirinya dan istri datang bukan untuk melapor melainkan memenuhi panggilan kepolisian. "Saya memenuhi panggilan kepolisian untuk menceritakan kronologi kejadian," kata Junaedi.

Mahesa pergi dari rumah untuk berangkat ke Monas dengan seorang sahabatnya. Keluarga Junaedi sebenarnya tidak mendapatkan kupon untuk menerima sembako yang dibagikan di Monas. 

1. Hanya memenuhi panggilan, tidak melapor

Penuhi Panggilan Kepolisian, Ayah Korban Meninggal Bagi Sembako Mengaku Sudah IkhlasIDN Times/Indiana Malia

Saat ditemui di Polda Metro Jaya hari ini (5/5), Djunaedi mengaku datang hanya untuk memenuhi panggilan kepolisian. Junaedi hadir bersama istri dan anak keduanya dan diminta kepolisian untuk menceritakan kronologi kejadian.

"Saya tidak melapor. Hanya memenuhi panggilan memberi keterangan," tutur Junaedi. Dirinya mengaku sudah ikhlas melepas kepergian putra sulungnya. Hal itu yang membuat Junaedi dan keluarga tidak memperkarakan kasus tersebut.

Baca juga: Berkaca-kaca, Ayah Mahesa Kisahkan Hari Terakhir Anaknya sebelum Meninggal

2. Mahesa bukan anak yang biasa pergi jauh dari rumah

Penuhi Panggilan Kepolisian, Ayah Korban Meninggal Bagi Sembako Mengaku Sudah IkhlasFoto Mahesa (kiri) semasa masih hidup. IDN Times/Indiana Malia

Junaedi menceritakan saat hari kejadian, ia masih sempat bertemu dengan Mahesa sebelum dirinya berangkat kerja. Setelah mengantarkan istri untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, Djunaedi masih sempat bertemu Mahesa dan berpesan agar Mahesa tidak pergi ke mana-mana.

Pria berusia 41 tahun yang seharinya bekerja sebagai sopir di salah satu perusahaan swasta itu menerima telepon dari istrinya pada pukul 15.00 WIB dan menanyakan keberadaan Mahesa. Djunaedi awalnya masih berpikir positif, "Mungkin main sama temennya," katanya mengulangi pernyataannya pada sang istri.

Menurut Junaedi, Mahesa sebenarnya bukan anak yang biasa pergi jauh dari rumah untuk bermain terlebih tanpa izin orang tuanya.

3. Motor yang hilang kembali ditemukan

Penuhi Panggilan Kepolisian, Ayah Korban Meninggal Bagi Sembako Mengaku Sudah IkhlasIDN Times/Margith Damanik

 

"Di sana saya hilang kendaraan juga saat cari anak saya," tutur Junaedi. "Dan pihak kepolisian menemukan. Sudah satu minggu sampai hari sekarang," kata Junaedi lagi. Motor Junaedi hilang saat ia sedang mencari keberadaan sang putra Sabtu (29/4) pekan lalu. 

Sejak kehilangan Motor di Monas saat mencari anaknya, Junaedi awalnya tak ambil pusing. "Yang penting anak saya ketemu," tutur Junaedi mengulangi harapannya saat itu. Motor Junaedi diketahui hilang sejak pukul 20.00 WIB setelah ditinggal mencari Mahesa sejak siang hari.

4. Menolak otopsi terhadap Mahesa

Penuhi Panggilan Kepolisian, Ayah Korban Meninggal Bagi Sembako Mengaku Sudah IkhlasIDN Times/Sukma Shakti

Junaedi bersyukur atas kepdulian pihak kepolisian terhadap tragedi yang menimpa buah hatinya. "Saya berterima kasih karena pihak polisi sudah respek untuk masalah anak saya," tuturnya.

Ia sempat dibawa ke rumah sakit Tarakan dan menemukan jasad sang buah hati di sana. Pihak kepolisian dan rumah sakit sempat menawarkan agar dilakukan otopsi terhadap jasad Mahesa. "Namun saya menandatangani surat pernyataan menolak otopsi," kata Junaedi. Hal ini dia lakukan karena memang sudah ikhlas melepas kepergian sang anak. "Saya, istri dan keluarga besar sudah ikhlas," katanya.

5. Menghormati hak keluarga korban lainnya

Penuhi Panggilan Kepolisian, Ayah Korban Meninggal Bagi Sembako Mengaku Sudah Ikhlas

Mahesa diketahui ditemukan oleh petugas satpol PP dan dibawa ke rumah sakit Tarakan. Mahesa dibawa dengan kondisi tidak sadarkan diri. Berdasarkan keterangan satpol PP kepada Junaedi, anaknya sempat kejang-kejang dan panas tinggi. Pihak dokter mengatakan Mahesa meninggal karena pembuluh darahnya oecah akibat suhu tubuh yang terlalu tinggi dan juga dehidrasi.

Junaedi merasa mengikhlaskan kepergian sang buah hati dan tak melaporkan. Namun Junaedi juga memahami pihak keluarga korban yang lainnya juga punya hak untuk melaporkan dan memperpanjang kasus tersebut. "Melaporkan hak mereka. Ini hak saya juga," tuturnya.

Baca juga: Miris, Ini Status Mahesa di WhatsApp Ibunda Sebelum Meninggal

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya