Ini 3 Hal tentang Perempuan Menurut Indonesia Feminis

Mereka menolak feminis diartikan negatif

Jakarta, IDN Timess - Dea, wanita 25 tahun, ikut turun ke jalan dan menjadi perwakilan dari Indonesia Feminist untuk berpartisipasi dalam Women's March Jakarta 2018. Generasi millennials ini berhasil mencuri perhatian karena tampil berbeda, dia datang untuk bersuara agar perempuan Indonesia tak lagi dipandang sebelah mata.

Women's March Jakarta 2018 yang diadakan pada Sabtu (3/3) lalu itu adalah longmarch mulai dari Sari Pan Pasifik, hingga Taman Aspirasi atau depan Istana Merdeka.

Kegiatan ini diikuti ribuan orang dengan ratusan tuntutan, suara, aspirasi, dan harapan bagi perempuan Indonesia. Aksi ini merupakan bagian menyambut Hari Perempuan Internasional yang dirayakan setiap 8 Maret.

1. Berpakaian ala penari Jawa

Ini 3 Hal tentang Perempuan Menurut Indonesia FeminisIDN Times/Margith Juita Damanik

Kehadiran Dea menarik perhatian setiap peserta lain yang mengikuti Women's March Jakarta 2018. Alih-alih datang dengan kaos seperti peserta lainnya, dia justru memilih menggunakan kostum penari Jawa yang didominiasi warna ungu dan biru.

Kostum ini bukan dipilih tanpa makna."Feminisme bukan dari Barat," kata Dea dengan nada gemas. "Itu sih yang aku pengen suarakan. Makanya pakai baju ini," kata dia.

Baca juga: Sembilan Isu Penting Mengenai Perempuan yang Harus Kamu Tahu

2. Menolak feminis diartikan negatif

Ini 3 Hal tentang Perempuan Menurut Indonesia FeminisIDN Times/Margith Juita Damanik

Dea hadir dan bersuara dengan membawa dua poster di kedua tangannya yang berbunyi, "Selangkangan ku bukan urusan negara #tolakRKUHPngawur" dan "Kamu lahir dari vagina jadi jangan resek!" 

Dea paham betul bahwa kelompok feminis masih kerap dipandang sinis oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun, bagi dia itu bukan menjadi masalah.

"Kalau orangnya ngerti harusnya gak mikir begitu (negatif). Karena agama-agama sebelumnya mengajarkan kasih terhadap perempuan, sesama, minoritas, yang miskin," kata Dea.

Ia juga mengatakan feminist bahkan sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit.

3. Berharap perempuan Indonesia semakin berani bersuara

Ini 3 Hal tentang Perempuan Menurut Indonesia FeminisIDN Times/Margith Juita Damanik

Menurut Dea cara agar perempuan semakin dianggap di tengah masyarakat adalah mulai berani berbicara. "Ngomong. Harus berani. Harus mulai melawan. Kalau mengalami ketidakadlian ngomong aja. Dunia mulai berubah, orang-orang sudah sadar kita perlu kesetaraan," kata dia.

Dea berharap perempuan dan masyarakat Indonesia lebih feminist. "Harus menerima keberagaman budaya, orientasi seskual, dan lain-lain. Kita harus terbuka dengan sejarah-sejarah yang udah ada di Indonesia," ujar dia. 

Dea juga mengingatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa perempuan merupakan bagian penting dari sejarang bangsa.

Baca juga: 5 Gaya Anggota Parlemen Wanita yang Menginspirasi

Topik:

Berita Terkini Lainnya