3 Brands Ini Berhasil Dekat dengan Millennials

Apa rahasianya, ya?

Jakarta, IDN Times – Menjadi sahabat dari Millennials tampaknya menjadi tujuan dari usaha yang dilakukan banyak pihak zaman sekarang. Perusahaan, brands, bahkan juga media. Tidak mudah untuk dapat menyentuh apalagi menjadi dekat dengan Millennials. Sebab banyaknya tuntutan dari Millennials. Ini tentunya akan menjadi tantangan tersendiri.

Banyak perusahaan, brands, dan media di Indonesia kini menjadikan Millennials sebagai pasar utama dan terbesarnya mereka. Banyak yang berusaha mendekat, namun gagal. Ada pula yang berhasil dan bertahan. Pada acara Artpreneurtalk 2018 yang dilaksanakan di Ciputera Artpreneur Theater, Jakarta, dihadirkan 3 dari sekian banyak media yang dinilai berhasil tidak hanya menyentuh, tapi juga dekat dan menjadi sahabat bagi generasi Millenials.

1. IDN Media dengan multiplatform media yang dimiliki untuk Millennials

3 Brands Ini Berhasil Dekat dengan MillennialsIDN Times/Margith Juita Damanik

IDN Media merupakan multiplatform digital company yang saat ini tercatat sebagai media yang paling berhasil menjangkau dan dekat dengan Millennials. IDN Media memiliki segudang cara untuk mejalin relasi dengan Millennials dan mempertahankan relasi yang sudah dibangun dan mengembangkannya.

IDN Media hadir menjangkau Millennials lewat IDN Times, Pop Bella, Pop Mama, Yummy, IDN Event, dan IDN Creator Network. IDN Media menjawab kebutuhan Millennials dengan hadir lewat berbagai platform yang dikemas mejadi platform yang dapat dengan mudah diterima Millennials.

William Utomo, selaku co-founder Chief Operation Officer dari IDN Media, berbagi mengenai bagaimana IDN Media dapat berdiri dan dapat diterima di kalangan Millennials hingga saat ini. IDN Media bahkan kini tidak hanya berfokus pada Millennials namun juga Gen Z.

“Dunia media problemnya selalu apakah kita mau ngikutin generasi ketika dia bertumbuh? Atau kita stay,” kata William saat ditanya apakah IDN Media akan menua bersama audiencenya yang kini Millennials dan Gen Z atau tidak.

“untuk tiga dan lima tahun ke depan fokus kami masih ke Millennials dan gen Z, karena umur mereka masih panjang,” kata William lagi. Menurut William, setelah kelak Millennials dan Gen Z yang saat ini secara statistik terdiri dari 84 juta jiwa sudah lintas generasi, IDN Media akan memikirkan langkah selanjutnya.

William bercerita mengenai bagaimana keresahannya dan kakaknya, Winston Utomo, yang kini menjadi CEO dari IDN Media, melihat media-media yang ada di Indonesia pada 2014, yakni saat pemilihan presiden, memberikan data yang kontras berbeda antara media satu dan yang lain, dan hal itu menjadi dasar William dan Winston mendirikan IDN Media. “Di Indonesia media untuk Millennials dan Gen Z belum ada, padahal usia produktif ada di sana,” kata William.

“Journalism at the very core is about relevance,” kata William. Menurutnya relevansi yang dimaksud adalah relevan dengan audience nya, baik dari bahasa, platform, konten yang dihadirkan, dan lainnya. Hal itu yang menjadi dasar IDN Media menjaga relevansinya dengan Millennials dan Gen Z di Indonesia.

Hal itu pula yang terus dikembangkan IDN Media agar dapat terus dekat dengan Millennials dan Gen Z seperti sekarang. Saat ditanya mengenai kemungkinan IDN Media menghadirkan media cetak untuk dikonsumsi publik, William menjawab singkat “possible is always there,” kata William diiringi senyum.

Baca juga: Tidak Lagi 'Alergi' Politik, 60 Persen dari 1.000 Millennials Bersedia Masuk Partai

2. LINE yang menjadi lebih dari sekedar platform chatting bagi Millennials

3 Brands Ini Berhasil Dekat dengan MillennialsIDN Times/Margith Juita Damanik

LINE merupakan salah satu brand messanger terbesar di Indonesia. Menurut Revie Sylviana selaku Business Development Director dari LINE Indonesia, persaingan menjadi messaging apps di Indonesia tidak mudah.

“LINE masuk di Indonesia 2011, ada banyak messaging apps yang mencoba masuk ke Indonesia,” kata Revie. Selain itu menurut Revie, LINE Indonesia memiliki core users yang memang Millennials dan juga Gen Z. “80% of our users is bellow 30,” Kata Revie.

Banyak cara yang dilakukan oleh LINE Indonesia agar dapat dekat dengan Millennials, termasuk dengan melihat tren yang dengan cepat berubah. “Kita tidak cuma menyasar mereka, tapi kita digunakan oleh mereka. Kami melihat trend nya, dulu orang nyari berita itu di web, aplikasi, dan account, sehingga di LINE mengintegrasikan agar pengguna dapat menikmati dan mengakses konten hanya dalam satu aplikasi,” kata Revie menjelaskan.

Namun dalam membagikan konten dan tren, LINE Indonesia tidak mau sembarangan. Dengan fitur LINE Today, LINE Indonesia membagikan konten-konten yang disesuaikan dengan minat Millennials dan Gen Z. “Di LINE Today kami memverifikasi berita yang kami terima dari mitra,” kata Revie. Hal itu dilakukan untuk menghidari LINE Today membagikan konten-konten hoax.

Banyak cara yang sudah dilakukan LINE Indonesia untuk dapat dekat dengan Millennials, salah satunya lewat iklan yang sangat viral yang sempat dibuat oleh LINE Indonesia. Line Indonesia kala itu melihat tren dan menyadari bahwa Millennials dan Gen Z menantikan film AADC 2, maka LINE menghadirkan iklan yang dekat dan dinantikan oleh Millennials, yakni iklan AADC 2 yang diakui Revie menjadi salah satu titik yang membuat LINE bisa memenangkan hati Millennials dan berdampak hingga saat ini.

Selain itu masih ada hal-hal lain yang menurut Revie membuat LINE menjadi populer. “Sticker makes LINE very populer,” kata Revie. “Karena anak muda ingin sesuatu yang lebih ekspresif. Text is too boring for them,” katanya menjelaskan.

Menurut Revie, LINE sangat mengikuti tren yang berkembang dan selalu secepat mungkin membuat sticker dari tren yang berkembang. “Di Indonesia, tahun 2017 ada 12,9 miliar sticker terkirim.” Kata Revie membagikan data.

Tidak hanya tren untuk chatting dengan menggunakan sticker, tren yang berkembang dan menjadi minat dari brands salah satunya tren untuk chatting dengan bot, atau teman virtual. “Tren chatting dengan bot dan memudahkan perusahaan melakukan marketing dan dapat dekat dengan anak muda,” kata Revie.

Hal paling baru yang dilakukan LINE untuk menjaga kedekatannya dengan anak muda adalah menghadirkan LINE Concert. “LINE selalu update cara untuk dapat terus dekat dengan Millennials. Salah satu cara terbaru yaitu LINE Concert,” kata Revie. “Sesuai dengan misi kita, crossing the distance, bukan hanya users dengan users, namun juga users dengan brands dan dengan musisi,” katanya lagi.

Menurut Revie cara ini dilakukan untuk membuat brand LINE tetap relevan dengan anak muda, “Tough banget kompetisinya,” kata Revie berbicara mengenai kompetisi menjadi messaging apps di Indonesia. “Cara iklan sudah tidak lagi tepat, dengan konser kami memperkenalkan fitur-fitur kita,” katanya.

3. Unilever, brand ‘tua’ yang masih menjadi sahabat anak muda.

3 Brands Ini Berhasil Dekat dengan MillennialsIDN Times/Margith Juita Damanik

Data pertama yang dikeluarkan oleh Eka Sugiharto selaku country head media dari PT.Unilever Indonesia Tbk, adalah mengenai Millennials yang sudah tidak lagi percaya kepada brands. “55% dari Millennials tidak lagi percaya pada brands,” kata Eka memberikan fakta. Tahun 2017 yang lalu, Unnilever merayakan hari jadi yang ke-84 di tahun. Unilever kini memiliki setidaknya 40 brands yang tergolong aktif.

Unilever sendiri menurut Eka sangat menyadari bahwa kini ada beberapa hal dari Millennials yang berubah. “Yang berubah adalah pertama, cara konsumen berinteraksi dengan brand, sekarang makin kompleks,” kata Eka.

Menurut Eka, hal tersebut membuat usaha menjadi brands yang dekat dengan Millennials menjadi tantangan tersendiri. “Kedua, Millennials cenderung lebih ingin memiliki informasi yang terbuka dan asli,” kata Eka. Bagi marketing itu menjadi tantang tersendiri. “You really have to deliver what you say,” kata Eka.

“Yang ketiga, Millennials ingin brand yang dapat memberikan dampak kepada mereka,” kata Eka lagi. Hal ini membuat Millennials cenderung akan memilih brand yang dapat membuat gerakan atau memberi dampak positif bagi diri mereka sebagai pengguna. Eka mengatakan, sejauh ini brand yang berada di bawah Unilever memberikan dampak posiitif bagi masyarakat. Seperti penyediaan beasiswa dan lainnya.

Banyak brands yang bernaung di bawah Unilever kini berusaha untuk lebih real untuk mendekatkan diri dengan Millennials. Karena menurut Eka, iklan ataupun promosi yang dilakukan dengan menyajikan konten yang tidak real pada titik tertentu tidak lagi relevan dan diminati oleh Millennials.

Dengan segala bentuk upaya tersebut, meskipun Unilever tergolong brand yang tidak lagi muda, namun Unilever tetap berhasil menyesuaikan diri dan terus diterima di kalangan anak muda, khususnya Millennials.

Baca juga: Gak Cocok Berbisnis, 6 Mental Ini Paling Banyak Dipunyai Millennials

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya