Tidak Lagi 'Alergi' Politik, 60 Persen dari 1.000 Millennials Bersedia Masuk Partai

Partai harus transparan jika ingin menjaring millennials

Jakarta, IDN Times - Banyak orang beranggapan generasi millennials cenderung apatis terhadap dunia politik. Bahkan, tak sedikit yang menyebut generasi ini sangat 'alergi' dengan hal-hal berbau politik. 

Namun, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mematahkan anggapan tersebut, dengan pengalaman nyata ketika dirinya melakukan proses penjaringan kader partainya.

1. Dari 1.000 pendaftar partai, 60 persennya adalah generasi millennials

Tidak Lagi 'Alergi' Politik, 60 Persen dari 1.000 Millennials Bersedia Masuk PartaiIDN Times/Linda Juliawanti

Grace mengatakan saat ini generasi millennials mulai tertarik dunia politik, tak hanya mengamati tapi terjun langsung di dalamnya. 

"Kami di gelombang pertama ada 1,155 pendaftar. Menariknya, ada 60 persen millennials. Jadi millennials yang katanya alergi soal politik ternyata 60 persen dari 1.000 orang itu adalah millennials mendaftar partai, itu di PSI, belum lagi di partai lain," kata Grace di Kantor PSI, Rabu (7/2). 

Baca juga: Ini Kontestan Pilkada Jabar yang Paling Disukai Warga Versi Lembaga Survei

2. Partai harus transparan jika ingin menjaring millennials

Tidak Lagi 'Alergi' Politik, 60 Persen dari 1.000 Millennials Bersedia Masuk PartaiIDN Times/Linda Juliawanti

Berdasarkan pengalamannya, Grace menyimpulkan, syarat sebuah partai yang ingin menjaring generasi millennials adalah taransparansi atau keterbukaan. 

"Selama platformnya menyajikan cara yang transparan, yang profesional, karena millennials kan pengennya segalanya terbuka kan? Millennials mau kok terjun langsung," ucap dia.

Hal itu terbukti ketika Grace memanfaatkan media sosial untuk mengabarkan tentang agenda-agenda, perekrutan dan berbagai hal di PSI, banyak millennial yang tertarik. Dalam proses pendaftaran anggota pun, Grace mewajibkan calon anggotanya mengumpulkan video testimoni yang bisa menjadi sistem penilaian bagi partainya maupun masyarakat.

"Seleksi kita itu tiga tahap, salah satunya itu seleksi sosialisasi. Jadi kita minta pendaftar untuk mencari 100 KTP dan 100 video testimoni, tujuan kami ingin mendapatkan efek viral biar orang tahu track record orang itu. Kalau misalnya ada hal buruk di masa lalu, misalnya terlibat narkoba, ada yang bersuara," kata dia.

3. Millennials tak suka ada mahar politik

Tidak Lagi 'Alergi' Politik, 60 Persen dari 1.000 Millennials Bersedia Masuk PartaiIDN Times/Linda Juliawanti

Menurut Grace, selain senang pada transparansi, generasi millennials juga cenderung membenci korupsi dan mahar politik. Dia pun menangani perihal mahar politik dengan memanfaatkan penggalangan dana dari masyarakat.

"Kami menangani mahar politik dengan crowd funding (patungan), kan ini kan di era yang baru, harus ada revolusi. Kita ngajak publik untuk partisipasi di mana ada kebutuhan masyarakat dan kerinduan akan wakil rakyat yang baik, kita sediakan wadah untuk berjuang dan kita ajak publik untuk bersama-sama mendanai," ungkap dia.

Grace mengatakan pendanaan dari rakyat ini juga bisa membuat kader PSI yang nanti menempati kursi pemerintahan, menjadi lebih bertanggung jawab. 

Untuk itu, mantan jurnalis televisi itu mengajak masyarakat, khususnya millennials, agar tak ragu terjun ke dunia politik.

"Jadi kita mengajak publik kalau kamu mau melihat perubahan politik, gak cara lain, kita harus berani terjun ke politik. Kalau kamu belum ada keberanian maju menjadi caleg, toh kamu bisa jadi relawannya. Jangan bantu doa aja. Bantu doa gak akan terjadi apa jika tidak diiringi perbuatan," Grace mengingatkan.

Baca juga: 5 Hal Unik Ini Cuma Ada di Pilkada Jawa Barat

Topik:

Berita Terkini Lainnya