Survei Charta Politika: Elektabilitas Gus Ipul Ungguli Khofifah di Pilkada Jatim

Pakde Karwo menang jika mencalonkan kembali di survei ini

Jakarta, IDN Times - Pertarungan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak dengan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno dalam Pilkada Jawa Timur 2018 semakin seru. Sejumlah lembaga survei mulai merilis kandidat terkuat dalam Pilkada Jatim 2018.

Jika lembaga survei Poltracking menyatakan Khofifah-Emil lebih unggul 42,4 persen dibanding Gus Ipul-Puti yang 35,8 persen, kini lembaga survei Charta Politika Indonesia menyatakan sebaliknya, Gus Ipul lebih unggul dibanding Khofifah.

1. Lakukan survei kepada 1.200 responden

Survei Charta Politika: Elektabilitas Gus Ipul Ungguli Khofifah di Pilkada Jatimtelegram.co.id

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan survei ini digelar untuk mengetahui preferensi politik masyarakat Jatim menjelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur 2018-2023.

"Kami melakukan survei pada 3-8 Maret 2018 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 1.200 responden yang tersebar di 38 kabupaten/kota," ujar Yunarto saat merilis hasil survei di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (21/3).

Menurut Yunarto, survei ini menggunakan metode multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error (tingkat kesalahan) ± (2,8 persen) dan tingkat kepercayaan 95 persen.

2. Gus Ipul unggul dibanding Khofifah

Survei Charta Politika: Elektabilitas Gus Ipul Ungguli Khofifah di Pilkada JatimIDN Times/Ardiansyah Fajar

Dalam survei ini, Yunarto memaparkan temuan menarik mengenai tingkat elektabilitas simulasi pasangan cagub-cawagub Jatim, dengan pertanyaan 'apabila Pilkada Jawa Timur dilaksanakan hari ini, siapa yang akan Anda pilih?'

Hasilnya, Gus Ipul-Puti unggul dengan perolehan suara 44,8 persen dibanding pasangan Khofifah-Emil Dardak yang memperoleh suara 38,1 persen. Tapi ada  17,1 persen yang belum menentukan pilihan," kata pria yang karib disapa Toto ini.

Baca juga: Blusukan, Salah Satu Cara yang Membuat Dukungan ke Khofifah-Emil Melejit

3. Gus Ipul menang tipis dari Khofifah, sementara Pakde Karwo menang telak

Survei Charta Politika: Elektabilitas Gus Ipul Ungguli Khofifah di Pilkada JatimIDN Times/Ardiansyah Fajar

Menariknya, saat Charta Politika mengajukan pertanyaan terkait kinerja Soekarwo atau Pakde Karwo, mayoritas menyatakan puas.

"Ketika kami melakukan analisis terhadap incumbent (petahana), tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah Provinsi Jatim sebelumnya yaitu Pakde Karwo (Soekarwo) dan Gus Ipul hasilnya tergolong tinggi yaitu 79,7 persen, sementara tingkat ketidakpuasan 16,3 persen," kata Yunarto.

"Artinya kalau Pakde Karwo maju lagi di 2018, selesai pertarungan. Dia pasti menang. Namun, siapa yang patut klaim? Karena Pakde Karwo sekarang dukung Khofifah, sementara Gus Ipul pernah jadi wakil dia selama 10 tahun (2 periode)," Yunarto melanjutkan.

4. Wakil kedua pasangan calon perlu kerja ekstra

Survei Charta Politika: Elektabilitas Gus Ipul Ungguli Khofifah di Pilkada JatimIDN Times/Rudy Bastam

Yunarto menyebut peran wakil kedua pasangan calon, baik Emil maupun Puti belum terlalu tampak. Karena itu, dia menyarankan agar keduanya bekerja lebih ekstra.

"Ada dua nama yang masih pada angka level yang menurut kita belum mencukupi petarung, yaitu wakilnya, baik Emil maupun Puti hanya mampu meraup elektabilitas sebesar Emil 50,7 persen dan Puti 42,2 persen," ucapnya.

Survei Charta Politika: Elektabilitas Gus Ipul Ungguli Khofifah di Pilkada JatimIDN Times/Ardiansyah Fajar

Yunarto menyarankan mestinya keduanya mampu mendulang suara lebih, apalagi keduanya punya modal besar.

"Ketika seorang calon gubernur tingkatan mentok, biasanya faktor pembeda dan penentu adalah wakil. Sayangnya, keduanya belum cukup populer yang bisa bertarung, padahal dua-duanya punya modal besar, yang satu nama besar Soekarno (Puti), dan satunya lagi istri publik figur yaitu Arumi Bachsin (Emil)," kata dia.

Kendati, Yunarto mengatakan hasil survei belum bisa berubah. "Survei bukan alat memprediksi, tapi membaca perilaku pemilih saat survei dilakukan, dinamisasi masih bisa terjadi. Survei bisa berubah drastis tergantung situasi yang terjadi nantinya," kata Yunarto.

Baca juga: Sambangi Keluarga, Gus Ipul Harap Zaini TKI Terakhir yang Dieksekusi

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya