Pilkada 2018: ICMI Minta Pemilih Jangan Baper
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie memastikan isu SARA dan agama yang kencang berhembus saat Pilkada DKI Jakarta tak terulang di Pilkada Serentak 2018.
1. Partai politik yang bersaing di Pilkada Jakarta membaur di daerah lain
Menurut Jimly, isu SARA dan agama yang berhembus kencang saat Pilkada DKI Jakarta tidak akan terulang di Pilkada 2018. Sebab polarisasi yang ditimbulkan oleh Pilkada DKI tidak diteruskan di Pilkada Serentak 2018. Terlebih, di daerah lain partai-partai yang bersaing di Pilkada DKI justru membaur membangun koalisi.
"Yang paling terdekat di Jawa Barat, di Jakarta kan terbelah dua, di sana terbelah empat yang menonjol bukan Gerindra dan PDI Perjuangan, tapi malah Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar dari partai lain, begitu juga 17 daerah lain," ujar Jimly dalam diskusi di Kantor ICMI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).
Hal serupa juga terjadi di Pilkada Jawa Timur, di mana PDIP dan Partai Gerindra bersatu mendukung Gus Ipul dan Puti Guntur Soekarno bersama PKB dan PKS sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.
Baca juga: Pilpres 2019: Bakal Ada 3 Poros Partai, Seperti Apa Formasinya?
2. Emosi saat Pilkada DKI Jakarta tak merembet ke Pilpres 2019
Mantan Dewan Pertimbangan Presiden ini juga memprediksi suasana panas saat Pilkada DKI Jakarta juga tidak akan berlanjut ke Pilkada 2018 maupun Pilpres 2019.
"Bayangkan kalau polarisasi DKI Jakarta itu berlanjut terus ke Pilpres, maka ini kan ketegangannya terlalu berlarut-larut dan itu punya efek psikologi yang kurang baik untuk persatuan bangsa," jelas Jimly.
Editor’s picks
3. Kecenderungan penggunaan isu SARA bisa dikontrol
Jimly juga menilai, karena polarisasi saat Pilkada DKI Jakarta tidak akan terulang, maka kecenderungan penggunaan isu SARA maupun politik identitas pun dapat ditekan, baik di Pilkada maupun di Pilpres mendatang.
"Hanya yang perlu diwaspadai dari dampak medsos, kebebasan di medsos, kekasaran fitnah dan hoax, di mana seolah-olah orang bebas melakukan tanpa rasa salah," ucapnya.
4. Sebagai pemilih jangan terlalu baper
Pada perhelatan pesta demokrasi di tahun politik ini, Jimly pun meminta masyarakat tidak terpengaruh ujaran kebencian. Dia juga mengimbau pemilih tidak terlalu bawa perasaan (Baper).
"Jadikan Pilkada ini hanya metode untuk memilih pemimpin. Jangan terlalu dibesar-besarkan, kita sebagai pemilih jangan terlalu baper, kalau kalah ya sudah terima saja, dukung siapa saja yang terpilih, kita bangun saling hormat menghormati," tutur dia.
Hal yang sama juga berlaku bagi para kepala daerah terpilih yang harus siap memimpin semua masyarakat, termasuk bagi mereka yang tidak memilihnya.
Baca juga: KPK Siap Hadang Money Politic di Pilkada