Kekerasan Fisik dan Seksual Marak Terjadi di Sekolah, Mayoritas Korban Anak Laki-laki

Kekerasan terbanyak terjadi di Jakarta

Jakarta, IDN Times - Kisah seorang siswa sekolah dasar di Sei Rempah, Deli Serdang, Sumatera Utara, berinisial MBP yang dihukum menjilat WC oleh gurunya menuai kecaman banyak pihak.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Rita Pranawati mengatakan hukuman tersebut telah mencoreng dunia pendidikan di Indonesia.

"KPAI menyampaikan keprihatinan mendalam atas berbagai kasus kekerasan yang terjadi di sekolah, mulai dari pemukulan sampai penghukuman tak wajar, seperti menjilat WC sebagaimana dialami oleh siswa SD di Sumatera Utara," ujar Ratna di Kantor KPAI, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/3).

1. Angka aduan yang tinggi di awal tahun 2018

Kekerasan Fisik dan Seksual Marak Terjadi di Sekolah, Mayoritas Korban Anak Laki-lakiIDN Times/Linda Juliawanti

Retno membeberkan, di awal 2018 ini, KPAI telah menerima aduan terkait kekerasan terhadap anak didik yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, petugas sekolah lainnya, dan anak didik. 

"Pengaduan yang diterima KPAI didominasi oleh kekerasan fisik dan anak korban kebijakan, yaitu 72 kasus, kekerasan psikis 9 kasus, kekerasan finansial atau pemalakan dan pemerasan kasus, dan kekerasan seksual 2 kasus," ungkap Retno.

Selain itu, KPAI juga melakukan pengawasan langsung terhadap kasus kekerasan seksual oknum guru terhadap peserta didik yang viral di media, meski tidak dilaporkan langsung ke KPAI, dengan angka mencapai 13 kasus. 

Baca juga: 3 Fakta Penting Pilkada Kota Tangerang, Petahana Lawan Kotak Kosong 

2. Dilakukan di toilet hingga musala

Kekerasan Fisik dan Seksual Marak Terjadi di Sekolah, Mayoritas Korban Anak Laki-lakiIDN Times/Linda Juliawanti

Perilaku tindakan kekerasan terhadap anak di sekolah, menurut Retno, dilakukan di beberapa penjuru tempat di sekolah, saat kegiatan ekstrakurikuler seperti di perkemahan, dan di bus pariwisata. 

"Untuk kasus kekerasan seksual yang dilakukan oknum guru tersebut sebagian besar dilakukan di sekolah, yaitu di toilet, di ruang kelas, di ruang OSIS, dan bahkan ada yang di musala yaitu di ruang penyimpanan karpet," ungkap Retno.

Sementara itu, Retno menyebut oknum guru pelaku kekerasan di sekolah juga beragam, ada wali kelas, oknum guru mata pelajaran yang di antaranya mengajar bahasa Indonesia, olahraga dan bahkan pendidikan agama. 

"Yang membuat miris terjadi di Jombang, di mana pelaku dikenaI sebagai guru yang rajin mendampingi kegiatan kesiswaan, menjadi imam para siswa saat salat berjamaah, dan guru yang berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya, tapi dia mencabuli muridnya," jelas Retno.

3. Mayoritas korban anak laki-laki

Kekerasan Fisik dan Seksual Marak Terjadi di Sekolah, Mayoritas Korban Anak Laki-lakiIDN Times/Linda Juliawanti

Retno mengungkapkan perilaku kekerasaan anak di lingkungan sekolah kini membayangi anak laki-laki. 

Dia merincikan kasus kekerasan seksual oleh guru di kabupaten Tangerang korbannya mencapai 41 siswa laki-laki, kasus di Jombang korbannya mencapai 25 siswi, kasus di Jakarta korbannya 16 siswa laki-laki, kasus di Cimahi korbannya 7 siswi, dan kasus oknum wali kelas SD di Surabaya korbannya mencapai 65 siswa laki-laki.

"Trendnya pun berubah, kalau sebelumnya korban kebanyakan anak perempuan, tetapi data terakhir justru korban mayoritas anak Iaki-laki. Korban mayoritas berusia SD dan SMP. Bahkan, beberapa kasus pelaku telah melakukan aksi bejatnya selama beberapa bulan bahkan ada yang sudah beberapa tahun," ucapnya.

4. DKI tempati angka kekerasan tertinggi

Kekerasan Fisik dan Seksual Marak Terjadi di Sekolah, Mayoritas Korban Anak Laki-lakiIDN Times/Sukma Shakti

Lebih lanjut, Retno menyebut pengaduan maupun pengawasan kasus yang viral di media terjadi dari 8 Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Lampung, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat (NTB). 

"Pengaduan kasus pendidikan dari DKI Jakarta tertinggi, yaitu mencapai 58 persen yang meliputi kasus anak pelaku dan korban kekerasan baik fisik dan psikis, dan anak korban kebijakan sekolah. Menempati urutan kedua ada Jawa Barat yaitu 16 persen dan Banten sebanyak 8 persen," kata dia.

5. KPAI minta sekolah tingkatan pendidikan seksual dan buka posko pengaduan

Kekerasan Fisik dan Seksual Marak Terjadi di Sekolah, Mayoritas Korban Anak Laki-lakiIDN Times/Sukma Shakti

Retno meminta sekolah harus didorong membuka posko pengaduan dan mendorong anak-anak berani melapor jika mengalami kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, finansial, maupun seksual. 

"Sistem perlindungan bagi anak korban dan anak saksi yang melaporkan kekerasan harus dijamin perlindungannya. Para guru juga harus dibekali psikologi anak agar dapat memahami tumbuh kembang anak sesuai usianya, juga harus diberi pelatihan manajemen kelas sehingga dapat mengatasi anak-anak yang memiliki kecenderungan agresif, dan membangun disiplin positif dalam proses pembelajaran," 

KPAI mendorong KPPPA, Kemdikbud dan Kemenag untuk bersinergi menciptakan sekolah aman dan nyaman bagi warga sekolah melalui program Sekolah Ramah Anak (SRA). Percepatan SRA harus dilakukan seluruh Kementerian Lembaga (KL) terkait. 

Baca juga: Antisipasi Kekerasan Anak, Surabaya Pasang CCTV di 50 Sekolah

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya