Isu Agama Masih Pengaruhi Pilkada Serentak 2018
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2018 mulai memanas. Para kandidat, baik Gubernur maupun Wali Kota dan Bupati telah berlomba-lomba unjuk prestasi demi menarik perhatian calon pemilih. Tak hanya itu, beragam isu pun mulai digoyangkan.
Berkaca pada Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu, Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai agama menjadi poin yang mempengaruhi dalam pilihan politik seseorang. Angkanya bahkan di atas 50 persen.
"Sejak Pilkada Jakarta, Sumatera Selatan dan daerah lain dilakukan, poin agama berpengaruh dalam pilihan politik. Jumlahnya di atas 50 persen, padahal sebelum pilkada Jakarta, agama itu di bawah 50 persen. Malah dulu suku lebih tinggi," ujar Hendri dalam diskusi Polri bertajuk Kesiapan Pilkada Serentak 2018 di Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (27/11).
Selain isu agama, tidak dicalonkannya seorang kader asli parpol dalam pilkada, juga berpotensi menimbulkan konflik di pelaksanaan pilkada mendatang.
Editor’s picks
"Konflik juga bisa terjadi di mana ada banyak parpol tidak calonkan kadernya sendiri. Di Jawa Barat misalnya, Golkar usung Ridwan Kami danl tidak calonkan Dedi Mulyadi, itu bisa ganggu akar rumput. Di Jawa Timur juga Emil Dardak pindah dari PDIP ke Demokrat ini menjadi konselasi politik," kata dia.
Untuk itu, dia mengatakan masyarakat Indonesia memerlukan kedewasanan dalam berpolitik. Hal ini, kata dia, juga merupakan pekerjaan rumah negara untuk menjadikan politik Indonesia lebih baik dan masyarakat paham.
Hendri juga berharap agar para kandidat yang menjadi aktor Pilkada untuk lebih dewasa. Menurutnya, jika para kandidat dewasa, maka pendukungnya pun dewasa juga.
"Kalau aktornya dewasanya, kalah pasti aman, menang apalagi," pungkasnya.