Insiden Mako Brimob Berdarah Usai, GP Anshor Minta Polri Evaluasi Rutan Teroris

GP Anshor mengapresiasi langkah Polri

Jakarta, IDN Times - Insiden berdarah di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, yang berlangsung selama kurang lebihi 36 jam sejak Selasa (8/5) malam, memakan korban jiwa lima anggota kepolisian dan satu napi teroris.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Anshor) Yaqut Cholil Qoumas angkat bicara terkait kericuhan di markas pasuken elite Polri itu.

1. GP Anshor mengapresiasi Polri karena menuntaskan tragedi Mako Brimob tanpa ada korban lagi

Insiden Mako Brimob Berdarah Usai, GP Anshor Minta Polri Evaluasi Rutan TerorisANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Yaqut memuji Polri yang berhasil mengatasi kerusuhan di rumah tahanan cabang Salemba di Mako Brimob, tanpa ada korban baru berjatuhan.

"Apresiasi tinggi atas kerja keras Polri yang berhasil mengakhiri 'drama' mengerikan lebih dari 38 jam tanpa menimbulkan korban baru, baik dari pihak aparat maupun dari napiter (narapidana terorisme)," kata Yaqut dalam konfirmasinya, Kamis (10/5).

Baca juga: Kisah Iptu Yudi Rospuji Siswanto yang Gugur Bertugas Saat Isteri Akan Melahirkan

2. Meminta kepolisian dan pemerintah mengevaluasi lapas secara menyeluruh

Insiden Mako Brimob Berdarah Usai, GP Anshor Minta Polri Evaluasi Rutan TerorisANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Yaqut mengimbau kepada Kepolisian dan pemerintah, agar secepatnya mengevaluasi secara menyeluruh keberadaan rutan untuk narapidana terorisme. Sebab, penyanderaan justru terjadi di Markas Brimob, satuan elite Kepolisian yang berlangsung sekitar 36 jam.

"Ini bahaya sekali, alat komunikasi bisa masuk ke dalam, sehingga bisa mengunggah propaganda atas kasus tersebut ke media sosial. Mereka juga bisa dengan mudah membuat kerusuhan, bahkan menguasai senjata sampai 30 pucuk," ujar Anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.

3. GP Anshor menyarankan agar napi teroris dipisah

Insiden Mako Brimob Berdarah Usai, GP Anshor Minta Polri Evaluasi Rutan TerorisANTARA FOTO/Eko Suwarso

Lebih lanjut, Yaqut juga menyarankan agar dilakukan pemisahan bagi narapidana terorisme di rutan-rutan umum. Sebab, kasus terorisme berbeda dengan kasus lainnya.

"Tentu dengan melakukan profiling terhadap napi teroris itu sendiri. Apakah dia tergolong ideolog, anggota militan, atau simpatisan, karena tentu berbeda penanganannya. Gak bisa disatukan dalam satu blok atau satu kompleks rutan," tutur dia.

Kericuhan hingga berujung penyanderaan anggota kepolisian oleh napi teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, berlangsung sejak Selasa (8/5) pukul 19.30 WIB hingga Kamis (10/5) pukul 07.15 WIB. Akibat insiden ini, lima polisi tewas setelah disandera terlebih dahulu oleh narapidana teroris. 

Para korban mengalami penyiksaan sadis, karena hasil forensik sebagian besar korban tewas dengan sejumlah luka di tubuh dan leher. Kelima polisi yang gugur dalam tugas itu Bripka Denny Setiadi, Ipda Ros Puji, Briptu Fandi Setyo Nugroho, Bripda Syukron Fadli, Brida Wahyu Catur.

Sementara satu polisi yang disandera Bripka Iwan Sarjana, berhasil selamat setelah dibebaskan pagi ini, Rabu (9/5) pukul 00.00 WIB. Namun, kondisi Iwan penuh luka memar di tubuhnya dan segera dirawat di Rumah Sakit Polri.

Selain anggota kepolisian, satu napi juga tewas akibat melawan petugas, yakni Abu Ibrahim alias Beny Syamsu asal Pekanbaru. Sebanyak 45 napi teroris yang terlibat kericuhan pagi ini langsung dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, dan 10 napi lainnya masih ditahan di Mako Brimob guna pemeriksaan lebih lanjut, karena tidak bersedia menyerahkan diri saat negosiasi terakhir.

Baca juga: Sterilisasi Mako Brimob, Polisi Gelar Olah TKP

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya