Ini Kata Perempuan Soal Srikandi yang Berlaga di Pilkada 

Perempuan juga mampu kok, jangan dipandang sebelah mata!

Jakarta, IDN Times - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 akan digelar di 171 daerah. Hajatan demokrasi lima tahunan ini sudah pasti akan meriah. Sayangnya, tak banyak perempuan melibatkan diri dalam Pilkada kali ini.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat, hanya ada 101 perempuan dari 1.140 pendaftar yang akan maju dalam Pilkada 2018. Itupun hanya 96 saja yang memenuhi syarat. Ini menunjukkan bahwa kepesertaan perempuan dalam Pilkada Serentak 2018 masih sangat minim. 

Lalu bagaimana tanggapan para perempuan mengenai 96 srikandi yang akan berlaga di Pilkada? 

1. Keterwakilan perempuan menjaga demokrasi Indonesia

Ini Kata Perempuan Soal Srikandi yang Berlaga di Pilkada IDN Times/Linda Juliawanti

Perjuangan para perempuan yang berlaga di Pilkada Serentak ditanggapi positif oleh Ketua Harian Presidium Kaukus Perempuan Parlemen RI (KPP RI) Gusti Kanjeng Ratu Hermas. Menurut Ratu, partisipasi perempuan menjadi hal penting untuk menjaga kualitas demokrasi Indonesia.

"Kita akan meningkatkan keterwakilan perempuan tapi juga meningkatkan perempuan yang bisa melakukan sesuatu bagi negeri ini untuk pencalonan ke depannya," ujar Permaisuri dari Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam diskusi bertajuk 'Potret Perempuan Calon Kepala Daerah' di Kantor KPU Pusat, Jakarta Pusat, Rabu (21/2). 

Saat ini, Ratu sedang memperjuangkan cara pengkaderan partai terhadap perempuan. Terlebih hampir semua perempuan di Pilkada sebagian besar adalah kader partai.

"Saya kira kader partai itu menjadikan kita untuk bisa lebih yakin bahwa kalau kita mengawal mereka yang paling penting saat mereka di KPU dan proses pencoblosan, perempuan biasanya dijegal di situ," ujarnya.

Baca juga: 3 Pasangan Calon Kepala Daerah Ini Kampanye Pilkada dengan Meme Film Dilan

2. Perempuan di Pilkada sebagian besar punya elektabilitas yang tinggi

Ini Kata Perempuan Soal Srikandi yang Berlaga di Pilkada IDN Times/Linda Juliawanti

Sementara itu, Koordinator Maju Perempuan Indonesia (MPI) Lena Maryana Mukti, mengatakan calon kepala daerah perempuan yang telah memenuhi syarat sebagian besar telah memiliki elektabilitas yang baik.

"Kalau yang Cakada (Calon Kepala Daerah) perempuan ini latar belakang yang sudah kita selidiki satu persatu memang mereka punya elektabilitas yang cukup memadai jadi perempuan yang maju di Pilkada itu rata-rata elektoralnya cukup tinggi," ujar Lena saat ditemui usai diskusi yang sama.

Lena menilai, meskipun calon perempuan untuk Pilkada jumlahnya sedikit, tapi kontestasinya cukup tajam. Meskipun sebagian besar perempuan hanya maju sebagai wakil saja.

"Kalau di Pilkada calonnya sedikit dan kontestasinya cukup tajam, tapi memang rata-rata mereka ini maju sebagai wakil ya. Dari 17 provinsi hanya 2 saja yang maju sebagai gubernur dan mayoritas sebagai wakil tentunya tergantung calon kepalanya siapa yang akan maju dan mendampinginya," 

Meski demikian, perempuan juga bisa menjadi faktor penentu kemenangan walaupun sebatas menjadi calon wakil saja. 

3. Cakada perempuan punya peluang tinggi untuk menang

Ini Kata Perempuan Soal Srikandi yang Berlaga di Pilkada IDN Times/Linda Juliawanti

Membaiknya elektabilitas perempuan juga disetujui Ketua Umum Kaukus Politik Perempuan Indonesia (KPPI), Dwi Septiawati Djafar. Sebab, Dwi menilai perempuan yang maju di Pilkada itu dipastikan telah memenuhi syarat.

"Kalau KPU dan KPUD menyatakan perempuan ini lolos, yang pasti mereka sudah memenuhi persyaratan baik itu kesehatan, administrasi, atau lainnya, ya kalau memenuhi syarat maka memenuhi kriteria dan dianggap baik untuk dipilih," ujar Dwi.

Untuk itu, Dwi berharap dari 96 calon kepala daerah perempuan punya peluang yang sama besar dengan calon laki-laki. "Kami berharap mereka bisa menang," ucapnya.

4. Perempuan kepala daerah bukan hal yang tabu

Ini Kata Perempuan Soal Srikandi yang Berlaga di Pilkada IDN Times/Linda Juliawanti

Saat ini, perempuan terjun di dunia politik apalagi mendaftarkan diri menjadi kepala daerah kerap dianggap hal yang tabu. Hal ini diungkap oleh Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini.

"Perempuan yang masuk ke politik seringkali harus dianggap sempurna baik secara keluarga maupun kehidupan dalam bermasyarakat. Situasi di mana perempuan mengalami rumah tangga yang kurang baik itu akan menjadi situasi yang melemahkan mereka nanti akan muncul stigma 'ngurus keluarga aja ga mampu, apalagi ngurus negara gitu'. Perlakuan ini berbeda dengan calon laki-laki,"  ungkap Titi.

Namun, meski demikian tahun 2018 ini keterlibatan perempuan mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan.

"Kehadiran perempuan harus dilihat secara lebih utuh karena perempuan tidak mudah hadir di politik dan ternyata di pilkada 2018 angkanya naik dari sisi kehadiran perempuan, meskipun kehadiran perempuan diwarnai banyak latar seperti jaringan kekerabatan, kader partai, petahana dan anggota DPR/DPRD," tuturnya.

Untuk itu, Titi berpesan agar dalam pesta demokrasi ini, tidak ada lagi stigma di masyarakat bahwa memilih perempuan adalah hal yang tabu. Sebab, perempuan juga punya kemampuan untuk menjalankan program pemerintah.

 "Memilih perempuan di politik adalah sesuatu yang biasa bahwa perempuan juga bisa berkompetisi dan bertarung di politik. Ini yang harus kita lawan adalah skeptisme dan pragmatisme bahwa perempuan seolah tidak boleh masuk politik apalagi jadi pemimpin. Karena banyak kok figur perempuan yang punya prestasi baik dan layak dipilih menjadi kepala daerah/wakilnya," tegasnya.

5. Perempuan jangan lagi dipandang sebelah mata

Ini Kata Perempuan Soal Srikandi yang Berlaga di Pilkada IDN Times/Linda Juliawanti

Adapun Siti Yona Hukmana (20), mewakili #SuaraMillenials, mengganggap majunya perempuan dalam Pilkada perlu disambut baik. 

"Perempuan di Pilkada sangat bagus, karena menjadi keterwakilan perempuan kan itu perlu di pemerintah," ujar Yona kepada IDN Times. 

Lebih lanjut Yona merasa bahwa yang paling sulit adalah menghilangkan persepsi masyarakat yang selalu memandang perempuan sebelah mata dalam kepemimpinan.

"Perempuan kalau berbicara itu di hadapan publik, apalagi sebagai seorang pemimipin, ini sering dinilai lemah dan sulit dipercaya. Nyatanya, menurut saya perempuan itu lebih cenderung berpikir positif, menimbang segala sesuatu secara matang dibanding laki-laki, loh," tambahnya.
 
Selanjutnya, gadis berusia 20 tahun ini meminta kepada para pemilih untuk mencermati apa yang para calon perempuan ini tawarkan, bukan melihat gendernya saja. 

"Kalau perempuan mau, perempuan pasti mampu!" tandasnya.

Baca juga: PILKADA 2018: Dari Ribuan, Hanya 96 Perempuan yang Siap Berlaga

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya