Curhatan Korban Teror Bom: Dari Cacat Seumur Hidup Hingga Trauma

Bagaimana mereka bertahan dan melupakan dendam?

Jakarta, IDN Times - Puluhan korban teror bom di Indonesia dipersatukan dalam kegiatan bertajuk Silaturahmi Kebangsaan NKRI yang digelar di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2). 

Banyak cerita duka yang dibagikan korban teror (penyintas) di hadapan para menteri yang hadir. Meski kesedihan terpancar, mereka tak menyerah dan tetap menjalani hidup dengan baik.

1. Cacat seumur hidup dan ekonomi sulit

Curhatan Korban Teror Bom: Dari Cacat Seumur Hidup Hingga TraumaIDN Times/Linda Juliawanti

Chusnul Khotimah (48) merupakan korban bom Bali 1 tahun 2002. Akibat kejadian yang menimpanya, Chusnul mengalami cacat seumur hidup, 70 persen tubuhnya mengalami luka bakar permanen, jempol kakinya mesti diamputasi. 

"Selama 15 tahun saya menjalani pengobatan dengan biaya sendiri. Sejak dibom, ekonomi saya sangat-sangat terpuruk," ucap Chusnul sembari terbata-bata menahan tangis.

Tak kuasa menahan beban yang ditanggungnya, ibu tiga anak ini menyurati Presiden Joko Widodo selama dua tahun berturut-turut untuk meminta bantuan.

"Alhamdulillah dengan ketekunan saya berkirim surat kepada kepada Jokowi selama dua tahun berturut-turut, membuahkan hasil. Saya diberikan KIS (Kartu Indonesia Sehat)," ujarnya.

Baca juga: Grup WhatsApp Muslim Cyber Army Dibongkar, Anggotanya Mencapai 100 Ribu

2. Kartu KIS tak bisa digunakan

Curhatan Korban Teror Bom: Dari Cacat Seumur Hidup Hingga TraumaIDN Times/Linda Juliawanti

Namun, masalah Chusnul tak terselesaikan dengan KIS yang diterimanya. Sebab, saat mencoba menggunakan kartu tersebut, pihak rumah sakit menolak.

"Kartu KIS ini saya terima di bulan Juni 2017, sudah saya coba ke RS tapi ditolak dengan alasan yang menurut saya tidak berdasar, karena saya mau suntik keloid, kalau keloid masuknya kecantikan, sedangkan KIS gak masuk (menjangkau) ini (dokter kecantikan). Jadi kartu KIS ini tidak pernah saya gunakan," curhatnya.

3. Anak-anak yang juga jadi korban tak terjangkau asuransi

Curhatan Korban Teror Bom: Dari Cacat Seumur Hidup Hingga TraumaIDN Times/Sukma Shakti

Saat ini, lanjutnya, Chusnul telah mendapat bantuan kesehatan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Namun, wanita yang kini menjadi orang tua tunggal setelah sang suami meninggal beberapa waktu ini, bantuan kesehatan tersebut tak bisa digunakan untuk anak-anaknya yang juga memerlukan pengobatan.

"Bulan November 2017 lalu ada bantuan dari LPSK memberikan untuk pengobatan saya tapi di-LPSK itu cuma untuk saya saja, tanpa anak saya. Sementara saya punya 3 anak dan saya single parent ," kata Chusnul mulai menitikkan air mata.

4. Sempat mengalami trauma

Curhatan Korban Teror Bom: Dari Cacat Seumur Hidup Hingga Traumacbsnews.com

Kisah tak kalah memilukan diceritakan oleh Vivi Normasari (48), korban Bom JW Marriot pada 2003. Vivi merupakan korban langsung, tangan, kaki dan tubuhnya yang lain terluka larah. Trauma pun sempat menderanya.

"Saya korban langsung, kena tangan, kaki, punggung. Saya sempat trauma, waktu itu hanya keluarga saja yang saya percaya. Saat itu tidak ada lagi yang saya percaya. Saya berpikiran semua orang itu jahat, hanya keluarga yang bisa melindungi," kata Vivi.

Vivi berkisah perlu satu tahun lamanya untuk dapat kembali beraktivitas. Perlahan-lahan dia mulai menerima keadaan dengan tak menyimpan dendam. Akhirnya dia memberanikan diri untuk bertemu dengan pelaku maupun keluarga pelaku.

"Saya konsuling dengan psikolog, kita memang harus mengobati jiwa kita selain fisik, kalo gak dendam terus buat apa menyakiti diri sendiri. Dengan bertemu dengan mantan pelaku awalnya trauma, setelah itu berjalan dengan alamiah. Apalagi melihat pengakuan mereka saat meminta maaf itu mereka tulus dengan menangis kenapa tidak memaafkan, kan juga mengobati jiwa kita, dengan memaafkan kita tidak ada lagi rasa dendam," jelasnya.

5. Keluar dari pekerjaan

Curhatan Korban Teror Bom: Dari Cacat Seumur Hidup Hingga Traumamorganmckinley.com.cn

Sesaat setelah mengalami luka akibat bom, Vivi mesti keluar dari perusahaannya. Sebab, luka yang dialaminya 

"Saya dulu kerja di perusahaan swasta asing. Saat terjadi kejadian, saya berhenti kerja karena saya ditempatkan departemen yang bukan saya. Tekanan demi tekanan muncul, saya akhirnya keluar, saya memerlukan pekerjaan, saya kan kerja harus dengan komputer dengan tangan seperti ini bagaimana," ucapnya.

6. Harapan kepada pemerintah: bantuan kesehatan dan lapangan kerja

Curhatan Korban Teror Bom: Dari Cacat Seumur Hidup Hingga Traumaflexjobs.com

Dalam momen ini, para korban juga mengutarakan harapannya demi kehidupan yang lebih baik. Chusnul meminta kepada pemerintah agar mempermudah penggunaan jaminan kesehatan.

"Saya minta agar dibantu masalah berhubungan dengan kesehatan agar dimudahkan mendapatkan pelayanan RS dan dari teman-teman lain yang cacat seperti saya minta dengan sangat Kemenkes agar tanggungan kesehatan pada korban tanpa ada batasan atau unlimited, karena saya korban cacat seumur hidup pengobatan juga seumur hidup," ucap Chusnul.

Sementara itu, Vivi meminta agar dia dan teman-temannya dapat diberikan bantuan kemudahan lapangan kerja dan pelatihan keterampilan agar dapat menjalani hidup.

"Semoga dengan perkumpulan ini lebih bisa menggaungkan untuk pemerintah lebih terdorong lagi melaksanakan tanggung jawabnya terutama dalam pemberian keterampilan dan lapangan kerja bagi korban bom," harapnya.

Baca juga: Menristekdikti: 23 Persen Mahasiswa dan Pelajar Siap Berjihad

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya