5 Fakta Danarto, Sastrawan Kebanggaan Tanah Air yang Hidupnya Berakhir Tragis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Media sosial diramaikan oleh ungkapan duka atas meninggalnya sastrawan kenamaan Indonesia, Danarto.
Dia meninggal secara tragis setelah tertabrak sepeda motor saat dirinya sedang menyeberang jalan di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (10/4) sekitar pukul 13.30 wib kemarin.
Berikut ini 5 fakta soal Danarto.
1. Pria kelahiran Sragen dari ibu seorang pedagang dan ayah seorang buruh
Kehidupan Danarto kecil jauh dari kemewahan. Pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 27 Juni 1940 ini merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan pedagang dan buruh pabrik.
Ibunya, Siti Aminah, merupakan seorang pedagang eceran yang saban hari berjualan di pasar kabupaten. Sementara sang ayah, Djakio Hardjosoewarno, menghidupi keluarganya dengan menjadi buruh pabrik gula Modjo.
Dia menikahi seorang psikolog bernama Zainab Luxfiati pada 1 Januari 1986. Sayang, rumah tangga Danarto tidak berlangsung lama. Danarto dan Zainab bercerai setelah lebih kurang 15 tahun berumah tangga.
Baca juga: 4 Fakta Yayoi Kusama, Seniman Nyentrik Nan Populer di Museum Macan
2. Menyukai dunia seni sejak muda
Kecintaannya terhadap dunia seni ternyata tak hadir begitu saja. Sejak lulus dari sekolah menengah, dia memilih melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia “ASRI”, Yogyakarta (sekarang Institut Seni Indonesia).
Perkuliahan tidak hanya ia habiskan dengan belajar saja, tapi di luar itu dirinya juga aktif dalam Sanggar Bambu pimpinan pelukis Sunarto Pr. Ia juga ikut mendirikan Sanggar Bambu Jakarta.
Ia pernah bergabung dengan Teater Sardono dan turut serta dalam perjalanan ke Eropa Barat dan Asia tahun 1974.
Bakat seni yang ia miliki diantaranya seni lakon teater, puisi hingga pelukis dengan mengadakan pameran di beberapa kota. Ia juga pernah menjadi penata artistik dalam pentas Oedipus yang disutradarai Rendra.
3. Terkenal berkat karyanya berjudul 'GodLob'
Editor’s picks
Bagi yang gemar membaca karya sastra, tentu nama Danarto bukan sosok asing. Danarto dikenal melalui karyanya, kumpulan cerpen berjudul Godlob yang terbit tahun 1975.
Setelah itu, dia juga menerbitkan karya-karya lainnya seperti naskah drama Obrok Owok-owok, Ebrek Ewek-ewek, (1976), kumpulan cerpen Adam Ma'rifat (1982), Orang Jawa Naik Haji (1983), hingga Kacapiring (2008).
Cerpen-cerpennya pernah diterjemahkan oleh Harry Aveling dalam buku Abracadbra (Singapura, 1978), dan dimasukkan dalam From Surabaya to Armageddon (Singapura, 1978).
4. Prestasi sastra yang luar biasa dan berhasil terbang ke berbagai negara
Semasa hidup, tepatnya tahun 1976 ia pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1979-1985, mantan dosen Institut Kesenian Jakarta ini memutuskan bekerja di majalah Zaman.
Ketika menjadi pekerja di Majalah Zaman, tahun 1983 dia menghadiri Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda Ia pernah mengikuti program menulis di Kyoto, Jepang.
Di dunia sastra, dia juga meraih beragam penghargaan. Kumpulan cerpennya berjudul Adam Ma'rifat memenangkan Hadiah Sastra tahun 1982 dari Dewan Kesenian Jakarta, dan Hadiah Buku Utama 1982.
Selain itu, kumpulan cerpennya berjudul Berhala (1987) mendapatkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K pada tahun 1987. Tahun 1988 ia mendapatkan Hadiah Sastra ASEAN Tahun 2009 Danarto menerima Ahmad Bakrie Award untuk bidang kesusasteraan.
5. Penghormatan terakhir untuk Danarto
Kematian Danarto menyimpan duka mendalam bagi penikmat karyanya. Untuk itu, jenazahnya akan mendapatkan penghormatan terakhir di kampung halamannya di Sragen.
Sebelum dimakamkan, pihak keluarga dan kerabatnya akan terlebih dahulu memberikan penghormatan di Pendopo Kabupaten Sragen.
Ungkapan duka juga muncul du media sosial. Tak terkecuali dari Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf. Dalam unggahannya di media sosial Instagram, Triawan menggambarkan sosok Danarto yang berjasa di dunia literasi Indonesia.
Baca juga: 10 Potret Diskusi COO IDN Media & Seniman Muda di Kantor Staf Kepresidenan RI