Dari Sarinah ke Istana Negara: Ribuan Orang Menyuarakan 8 Tuntutan di Women's March Jakarta

Tapi tidak ada hubungannya dengan Donald Trump..

JAKARTA- 4 Maret 2017

Ditulis oleh Janet Valentina & Febby Widjayanto

Women's March Jakarta mungkin terinspirasi dari berbagai aksi Women's March di belahan dunia lain, seperti Amerika Serikat, Britania Raya, maupun Singapura; namun, aksi yang dilaksanakan di Jakarta mulai pukul 9.00 WIB pada 4 Maret 2017 mewarnai akhir pekan ini dalam agenda khusus untuk memperjuangkan pemenuhan hak-hak perempuan di Indonesia.

Aksi ini diselenggarakan oleh Aliansi Damai Tanpa Diskriminasi - sebuah komunitas masyarakat yang anggotanya berasal dari berbagai kota di Indonesia. Komunitas ini mengaku peduli pada keberagaman, hak asasi manusia, penghormatan kelompok marjinal, dan kesetaraan gender.

 

Sekitar 2 Ribu Orang Turun ke Jalanan

Dari Sarinah ke Istana Negara: Ribuan Orang Menyuarakan 8 Tuntutan di Women's March JakartaIDN Times

Peserta aksi berkumpul di depan mal Sarinah pada pukul 9.00 WIB. Mayoritas peserta mengenakan pakaian beraksen ungu dan merah muda sesuai dengan dress code yang telah ditentukan oleh panitia. Para peserta terlihat siap dan antusias dengan bermacam-macam poster yang berisi ungkapan-ungkapan bernada protes, satir, penyesalan, keprihatinan, hingga parodi-parodi yang menarik perhatian publik dan pers. Tidak sampai 15 menit setelahnya, aksi Women's March Jakarta pun dimulai.

Demi alasan keamanan dan ketertiban, sejumlah aparatur kepolisian dikerahkan untuk menjaga barisan peserta aksi agar tidak mengganggu lalu lintas jalan raya dan memastikan seluruh rangkaian kegiatan aksi berjalan tertib tanpa kericuhan. Sayangnya, tidak satu pun terlihat polisi perempuan yang turut mengawal aksi Women's March.

Absennya keberagaman gender dalam penjagaan oleh polisi pun sempat menjadi bahan sindiran halus oleh orator. Tetap berlaku santun, orator melontarkan pertanyaan retoris tentang dimana keberadaan polisi perempuan ketika ranah aparat pun masih didominasi oleh laki-laki; pertanyaan itu ditutup dengan pernyataan penuh harap bahwa massa aksi meyakini jika aparatur polisi pun dapat mendengar dan memahami tuntutan-tuntutan peserta aksi. Tampaknya, pemberian apresiasi setinggi-tingginya bukanlah sesuatu hal berlebihan dalam gelaran aksi kali ini, massa berjalan dengan tertib dan bersikap kooperatif. 

Sepanjang long march, terlihat banyak sekali jurnalis ataupun masyarakat yang memotret dan mengabadikan aksi turun ke jalan ini dari berbagai sudut jalanan ibu kota. Tagar #WomensMarchJakarta pun dipenuhi oleh foto-foto ekspresif dari massa aksi yang dengan bangga menyalurkan aspirasinya. Tim panitia memandu para peserta aksi dari atas mobil komando yang dilengkapi dengan seperangkat pengeras suara berukuran jumbo dan telah disulap menjadi panggung orasi berjalan--menyusuri jalanan dengan pelan namun pasti hingga mencapai titik tujuan: Istana Negara. 

Orasi yang Representatif Bagi Semua Kelompok Masyarakat

Dari Sarinah ke Istana Negara: Ribuan Orang Menyuarakan 8 Tuntutan di Women's March JakartaJanet Valentina/IDN Times

Di tengah-tengah perjalanan menuju lokasi tujuan, panitia secara bergantian berusaha menjaga semangat para peserta aksi dengan menyerukan yel-yel penyemangat yang komunikatif di bawah teriknya matahari. Deretan yel-yel itu merefleksikan perjuangan dan misi yang belum selesai. Yel-yel tersebut berbunyi seperti berikut ini:

Panitia: "Perempuan bersatu!"Peserta: "Tak bisa dikalahkan!"

Panitia: "Perempuan bergerak!"Peserta: "Tak bisa dihentikan!"

Panitia: "Patriarki!"Peserta: "Hancurkan!"

Panitia: "Perempuan dan laki-laki bersatu!"Peserta: "Wujudkan Kesetaraan!"

Tidak hanya menggugah semangat peserta melalui yel-yel, panitia juga memberikan orasi yang berisikan edukasi mengenai pentingnya aksi ini untuk dilakukan. Contohnya, tim panitia menunjukkan fakta berdasarkan data yang mengungkap bahwa perempuan di Indonesia masih banyak mengalami kekerasan seksual. Selain itu, orasi juga dialamatkan untuk mengkritik sambutan publik yang begitu meriah terhadap kedatangan Raja Salman dari Saudi Arabia beberapa hari lalu. Malahan, peserta justru diingatkan tentang tingginya jumlah tenaga kerja Indonesia di Saudi Arabia dan negara lain yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan. Paralel dengan hal ini, kekerasan seksual terhadap anak juga menjadi perhatian pada aksi kali ini, mengingat banyaknya kasus-kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak.

Momen ini juga digunakan untuk mendesak pemerintah agar segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Meskipun aksi ini bernama Women's March Jakarta, panitia juga memberikan panggung kepada para orator yang mewakili kelompok masyarakat yang lebih luas. Salah satunya adalah perwakilan laki-laki yang menyuarakan kepedulian terhadap kasus pelecehan seksual pada laki-laki, juga perwakilan dari kaum transgender dan LGBT yang mengalami hal serupa. Pada intinya, aksi ini dilakukan untuk menyerukan gerakan anti-diskriminasi dan intoleransi terhadap semua segmen dalam masyarakat. Apapun agama, suku, ras, budaya, gender dan orientasi seksual seseorang, tiap individu berhak untuk dihormati hak-haknya dan diperlakukan dengan humanis.

Menyuarakan 8 Tuntutan

Dari Sarinah ke Istana Negara: Ribuan Orang Menyuarakan 8 Tuntutan di Women's March JakartaIDN Times

Aksi Women's March Jakarta secara prinsipil dilakukan untuk menyampaikan delapan tuntutan utama, yaitu:

  1. Menuntut Indonesia kembali ke toleransi dan keberagaman
  2. Menuntut pemerintah mengadakan infrastruktur hukum yang berkeadilan gender
  3. Menuntut pemerintah dan masyarakat memenuhi hak kesehatan perempuan dan menghapus kekerasan terhadap perempuan
  4. Menuntut pemerintah dan masyarakat melindungi lingkungan hidup dan pekerja perempuan
  5. Menuntut pemerintah membangun kebijakan publik yang pro-perempuan dan pro-kelompok marjinal lain, termasuk perempuan difabel
  6. Menuntut pemerintah dan partai politik meningkatkan keterwakilan dan keterlibatan perempuan di bidang politik
  7. Menuntut pemerintan dan masyarakat menghormati dan menghapus diskriminasi terhadap kelompok LGBT
  8. Menuntut pemerintah dan masyarakat lebih memerhatikan isu global yang berdampak pada perempuan, serta membangun solidaritas dengan perempuan di seluruh dunia

Kedelapan poin ini disampaikan secara konsisten baik sepanjang march maupun saat sudah tiba di depan Istana Negara.

Kaum Laki-laki dan Difabel Turut Serta

Dari Sarinah ke Istana Negara: Ribuan Orang Menyuarakan 8 Tuntutan di Women's March JakartaJanet Valentina/IDN Times

Walaupun mayoritas peserta adalah perempuan, tetapi peserta yang mengikuti aksi Women's March Jakarta bukan saja kaum perempuan. Kaum laki-laki dan difabel juga turut berpartisipasi dalam aksi ini.

Contohnya William, salah satu peserta laki-laki yang merupakan seorang WNA dari Perancis, mengatakan bahwa ia ikut serta dalam aksi ini karena ia sendiri berpandangan bahwa feminisme bukan hanya untuk perempuan, dan aksi ini penting dilakukan di Indonesia untuk menyebarkan pesan agar perempuan lebih dihormati hak-haknya.

Suara kaum difabel pun juga terwakili oleh aksi ini. Seorang difabel bernama Ilma, menuturkan bahwa hal paling menarik dari aksi ini adalah semangat keberagaman yang ada. Ia berharap, bahwa dengan adanya aksi seperti ini, pemerintah juga menjadi lebih peka terhadap kebutuhan kaum difabel, seperti menciptakan lebih banyak kesempatan pekerjaan yang non-diskriminatif dan ramah pada penyandang difabel.

Turut Dimeriahkan oleh Figur Publik

Dari Sarinah ke Istana Negara: Ribuan Orang Menyuarakan 8 Tuntutan di Women's March JakartaJanet Valentina/IDN Times

Kemeriahan aksi ini didukung pula oleh figur publik, seperti Hannah Al Rashid, Nino Hernandez, dan Arie Kriting. Ketika, diwawancarai, Hannah menyebutkan bahwa acara seperti Women's March dibutuhkan di Indonesia agar dapat memperjuangkan hak perempuan yang setara dengan laki-laki dan semangat anti diskriminatif terhadap siapapun. Ia pun merasa bahwa aksi seperti ini kalau bisa diadakan terus karena mendapatkan antusiasme yang luar biasa dari masyarakat.

Membawa Energi Positif dalam Melawan Ketidakadilan terhadap Perempuan

Dari Sarinah ke Istana Negara: Ribuan Orang Menyuarakan 8 Tuntutan di Women's March JakartaIDN Times

Selain para figur publik yang menjadi peserta, aksi ini juga turut mengundang jajaran perwakilan dari organisasi seperti Komnas Perempuan, WALHI Nasional, Koalisi Perempuan Indonesia, dan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP).

--

Dapat dikatakan bahwa aksi ini baru saja menjadi salah satu dari segelintir pergerakan masyarakat yang antusias dalam melawan ketidakadilan terhadap perempuan dan masyarakat di Indonesia.

Meskipun belum ada kepastian mengenai apakah Women's March Jakarta akan diadakan kembali di masa mendatang, energi positif yang dihasilkan dari Women's March Jakarta dapat dengan jelas terlihat dari keragaman, antusiasme, dan kreatifitas tinggi peserta yang berpartisipasi.

Janet Valentina Photo Writer Janet Valentina

Digital media enthusiast. A lifetime newbie writer. www.janetvalentina.com | linkedin.com/in/janetvalentina

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya