Perjuangan Binsar Manik Melawan TBC, Terpaksa Putus Sekolah

Orangtua pesimis Binsar bisa bertahan hidup

Jakarta, IDN Times - "Jangan pernah menyepelekan suatu penyakit, seringan apa pun itu."

Pesan itu tertanam kuat dalam diri Binsar Manik setelah melewati tahun-tahun melelahkan bersama tuberkulosis (TBC), penyakit menular yang nyaris merenggut nyawanya. Binsar berharap, kisah pahit yang dialaminya tersebut tak dialami oleh orang lain.

1. TBC membuatnya putus sekolah

Perjuangan Binsar Manik Melawan TBC, Terpaksa Putus SekolahIDN Times/Indiana Malia

Menginjak kelas 2 Sekolah Teknik Menengah (STM) di Medan tahun 1997, Binsar merasa ada yang aneh pada dirinya. Dia mengalami batuk tak berkesudahan. Sehari dua hari dia biarkan, namun lambat laun batuknya kian parah. Dia pun tidak tahu saat itu sudah terserang TB.

"Orangtua membawa saya ke klinik. Saya gak tahu pengobatan TB ada di mana dan standarnya seperti apa. Setelah diperiksa dan diberi obat, saya minum obat selama tiga bulan. Setelah saya merasa sehat dan kuat, saya gak melanjutkan pengobatan," tutur Binsar di Jakarta, baru-baru ini.

Saat itu, Binsar tidak mendapatkan informasi dan edukasi terkait penyakit Tuberkulosis. Tak ada petugas kesehatan yang datang ke rumah untuk memberikan motivasi. Setiap pengambilan obat, keluarganya harus membayar biaya obat untuk 3 bulan. Karena kondisi ekonomi yang sulit, dia pun berhenti sekolah. Pengobatan yang dia jalani juga tak rutin. Dia hanya datang ke klinik saat batuknya kambuh.

2. Orangtua pesimis Binsar bisa bertahan hidup

Perjuangan Binsar Manik Melawan TBC, Terpaksa Putus SekolahIDN Times/Sukma Shakti

Tiga bulan setelah berhenti berobat, batuknya kambuh dan kian menjadi. Hingga saat itu dia belum tahu tengah terserang TB dan bisa menular. Dia mengaku sangat tersiksa saat menjalani pengobatan tiada henti.

Baca juga: Duh, Indonesia Peringkat ke-3 TBC Tertinggi di Dunia!

"Saya batuk darah banyak sekali sampai orangtua pesimis bahwa saya bisa bertahan hidup. Saya pun berobat dan dinyatakan sembuh, tapi belum dinyatakan bebas bakteri. Karena saya sudah sehat, saya gak berobat lagi," ucap laki-laki 38 tahun tersebut.

3. Kembali kambuh tahun 2009

Perjuangan Binsar Manik Melawan TBC, Terpaksa Putus SekolahIDN Times/Istimewa

Setelah tiga tahun menderita batuk berdarah hilang timbul, dia dinyatakan sembuh meskipun harus rutin memeriksakan diri. Lantaran tak pernah check up lagi, batuk darah itu kembali muncul di tahun 2009, saat dirinya telah merantau ke Jakarta dan berkeluarga di kota metropolitan tersebut.

"Saya tetap gak mau berobat rutin karena harus bekerja dan mencukupi kebutuhan keluarga, apalagi di Jakarta ngontrak. Mertua menyarankan agar saya istirahat dulu di rumahnya di Solo. Sampai di sana masih batuk darah juga. Lalu saya dipindahkan lagi ke Medan," tutur bapak beranak tiga tersebut.

Di Medan, kondisinya kian memburuk. Dia menyesal tak pernah menuntaskan pengobatan, ditambah pola hidupnya yang tak sehat. Dia pun kembali ke Jakarta dan bertekad untuk sembuh.

4. Tubuh mengalami resistensi obat

Perjuangan Binsar Manik Melawan TBC, Terpaksa Putus Sekolahnaturalnootropic.com

Saat menjalani pengobatan di Jakarta, Binsar dinyatakan terserang TB tipe multi drug resistant (MDR). TB tipe tersebut sudah tak mempan menghadapi obat-obatan yang biasa dia minum. Dia harus menjalani perawatan intensif dengan dosis obat yang lebih tinggi. Selama tiga hari dia diisolasi di rumah sakit.

"Efeknya, saya mengalami halusinasi, gak mau makan, dan merasa tertekan," kata Binsar.

Binsar merasa tak berdaya lantaran kondisinya yang kian lemah, meminum banyak obat, dan disuntik. Kondisi tersebut dijalani selama beberapa bulan hingga dia hampir menyerah karena tak kuat lagi menahan efek samping.

5. Dukungan keluarga tak pernah putus

Perjuangan Binsar Manik Melawan TBC, Terpaksa Putus SekolahIDN Times/Indiana Malia

Saat dia merasa semua upayanya sia-sia dan ingin mati saja, keluarga tetap mendukungnya agar tak menyerah. Mereka yakin, usaha keras akan menuai hasil setimpal. Kendati masalah ekonomi kian menghimpit, mereka percaya rezeki akan selalu ada. Binsar pun menghadapi dua pilihan sulit, bekerja atau berobat. Sebab keduanya tak bisa dilakukan bersamaan.

"Atas dukungan keluarga, saya komitmen berhenti bekerja dan fokus berobat. Setahun lebih saya gak kerja. Efek samping masih terjadi, dan selama pengobatan batuk darah terus," ungkapnya.

Binsar tetap optimis dan maju. Dia ingin hidup normal seperti orang lain, sehat dan bisa tertawa dengan keluarga. Walau batuk darah, dia tak pernah absen minum obat. Hal paling memilukan yang tak pernah dia lupakan adalah saat berjalan kaki dari rumah menuju rumah sakit. Perutnya kosong lantaran tak ada makanan yang bisa disantap di rumah.

"Saya gak peduli orang bilang apa, yang saya tahu saya mau berobat. Ada istri dan keluarga yang senantiasa mendukung saya. Hanya melalui pengobatan MDR inilah saya bisa sembuh. Kalau gak sembuh, saya akan menularkannya pada orang lain. Saya gak mau itu terjadi," tuturnya.

6. Dinyatakan sembuh total

Perjuangan Binsar Manik Melawan TBC, Terpaksa Putus SekolahBinsar Manik, mantan pasien TBC. IDN Times/Indiana Malia

Setelah menjalani perawatan intensif, Binsar pun dinyatakan sembuh total pada akhir Agustus 2012.

"Perjuangan saya gak sia-sia. Saya berhasil berperang dengan diri sendiri untuk sembuh dan gak menularkan ke orang lain. Saya bisa normal seperti yang lainnya," ujar Binsar terbata.

Binsar lantas bergabung dengan organisasi PETA, yaitu Pejuang Tangguh TB Indonesia. PETA merupakan organisasi mantan pasien TB Indonesia yang tersebar di beberapa provinsi.

"Kami memotivasi, mendukung, dan mendampingi para pasien TB. Mereka pasti bisa melawan TB karena TB bisa disembuhkan tuntas 100 persen," ujarnya.

Baca juga: Penyakit TBC Rentan Menular, Lakukan 3 Pencegahan Ini

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya