Pasien Terus Bertambah, Kemenkes Genjot Deteksi Dini Kanker

Setiap tahun ada 348 ribu pasien kanker, lho!

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Mohamad Subuh mengatakan tahun 2017 menjadi tahun tertinggi dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.

Sebanyak 3,1 juta wanita terlibat dalam upaya deteksi dini melalui fasilitas kesehatan utama (puskesmas).   

1. Melakukan percepatan deteksi dini kanker

Pasien Terus Bertambah, Kemenkes Genjot Deteksi Dini KankerIDN Times/Indiana Malia

"Kalau ingin tahu status kanker seseorang, diperlukan waktu 12 tahun untuk 37 juta pemeriksaan. Oleh sebab itu, kami berupaya melakukan percepatan sedikitnya 5 juta pemeriksaan per tahun. Jadi,  37 juta pemeriksaan bisa selesai dalam 6 tahun," ujar Subuh pada Puncak Hari Kanker Sedunia di Jakarta, Selasa (13/2).

Baca juga: Wanita Rentan Terserang Kanker Payudara dan Serviks, Begini Cara Cegahnya

2. Anak-anak juga menjadi sasaran deteksi dini kanker

Pasien Terus Bertambah, Kemenkes Genjot Deteksi Dini KankerIDN Times/Indiana Malia

Menurut Subuh, penyakit kanker bisa diderita oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Oleh sebab itu, deteksi dini kanker juga menyasar anak-anak. "Misalnya deteksi dini kanker retinoblastoma yang menyasar siswa-siswi PAUD," ujar Subuh.

Menurut Subuh, minimnya pengetahuan masyarakat menjadi salah satu penyebab angka penderita kanker kian meningkat. Pendataan penyakit kanker juga perlu diperluas karena masih ada under reporting.

Berdasarkan data yang diperoleh dari semua rumah sakit di Indonesia, setiap tahun ada 348 ribu pasien kanker.  Pada April 2018, Kemenkes akan kembali menyelenggarakan riset kesehatan dasar (riskesdas) untuk mengkomparasikan angka dan data mendekati fakta. 

3. Pengetahuan seputar kanker harus diberikan secara meluas

Pasien Terus Bertambah, Kemenkes Genjot Deteksi Dini KankerIDN Times/Indiana Malia

"Hal terpenting adalah bagaimana melakukan deteksi dini, itu akan memudahkan langkah-langkah diagnostik. Permasalahannya di Indonesia banyak yang telat didiagnostik. 70 persen baru memeriksakan diri ke dokter saat stadium satu," ujar Subuh.

Jika pengetahuan mengenai kanker tidak diberikan secara luas, semakin rendah pengetahuan masyarakat, akan semakin sulit melakukan pencegahan. Selain itu, perubahan pola perilaku juga harus diperhatikan.

"Kalau masih merokok dan segala macam maka harus diintervensi, baru bisa melakukan pencegahan yang baik," ujarnya.

4. Masyarakat harus peduli pada diri sendiri dan orang lain

Pasien Terus Bertambah, Kemenkes Genjot Deteksi Dini KankerIDN Times/Indiana Malia

"Ini sangat penting, bukan hanya kepedulian individu, tetapi juga masyarakat, pemda, dan seluruh LSM. Kalau ada satu yang gak peduli, upaya pencegahan dini belum bisa dilaksanakan dengan maksimal," kata Subuh.

Kepedulian tersebut dilakukan dengan memberikan respons. Tak hanya pengobatan, tetapi juga laporan penyakit kanker, fasilitas, dan sarana komunikasi.

5. Menghindari stigma buruk pengidap kanker

Pasien Terus Bertambah, Kemenkes Genjot Deteksi Dini KankerIDN Times/Indiana Malia

"Stigma buruk menjadi tantangan kita semua. Stigma pertama dari pasien yang gak bisa membuka diri dan terbuka pada orang lain. Itu dipicu oleh stigma masyarakat, akibatnya sulit untuk melakukan program pengobatan dengan baik. Selain itu, terkadang pihak stakeholder, pemerintah, atau rumah sakit,  swasta dan lembaga-lembaga pemasyarakatan memberikan stigma pada pasien. Harusnya kan saling pengertian, peduli, dan melakukan upaya pengendalian kanker bersama-sama," kata Subuh.

Baca juga: Anies Baswedan: 24 Persen Kematian di Jakarta Disebabkan Kanker

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya