Pasca Kerusuhan di Brimob, MER-C Ajukan Diri Jadi Mediator Kesehatan

MER-C sering bersinggungan dengan teroris

Jakarta, IDN Times - Emergency Rescue Committee (MER-C) akan mengajukan diri sebagai mediator kesehatan pasca kerusuhan teroris di Rutan Salemba cabang Mako Brimob, Depok. Pendiri Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C) dokter Joserizal pun mengapresiasi pendekatan soft approach Polri yang dinilai lebih efektif ketimbang pendekatan represif.

"Polisi telah berupaya meminimalisasi korban. Tentu harus dilakukan evaluasi dan pertimbangan juga saat menentukan segala keputusan," ujar Joserizal di Kantor MER-C Jakarta pada Kamis (10/5).

1. Mencegah korban bertambah

Pasca Kerusuhan di Brimob, MER-C Ajukan Diri Jadi Mediator KesehatanIDN Times/Indiana Malia

"Mer-C mencoba menjadi mediator bidang kesehatan kalau diizinkan pihak Polri dan pihak tahanan di Mako Brimob," kata Joserizal pada Kamis kemarin. 

Dia menjelaskan, hal itu bertujuan untuk mencegah korban lebih lanjut kendati korban sandera telah dibebaskan.

"Ini untuk antisipasi juga karena harga nyawa manusia sangat penting. Kami taruh hal tersebut ke tempat tinggi," katanya lagi. 

Baca juga: Pasca Ricuh, Aman Abdurrahman Tetap Ditahan di Rutan Mako Brimob

2. Akan segera berkoordinasi dengan Polri

Pasca Kerusuhan di Brimob, MER-C Ajukan Diri Jadi Mediator KesehatanIDN Times/Indiana Malia

Permohonan untuk menjadi mediator kesehatan tersebut, lanjut Joserizal, segera dikoordinasikan dengan pihak kepolisian. Surat permohonan baru akan diberikan pada hari Jumat lantaran hari Kamis adalah hari libur.

"Kami belum koordinasi dengan Polri untuk tangani korban. Tugas kami adalah mencegah korban bertambah dan menghentikan konflik. Ke depan, saya akan minta Wakapolri untuk jadi tim mediasi dalam bidang kesehatan, baru nanti kami bicara hal besar," ujar Joserizal. 

3. 18 tahun berkecimpung masalah terorisme

Pasca Kerusuhan di Brimob, MER-C Ajukan Diri Jadi Mediator KesehatanIDN Times/Indiana Malia

Joserizal menjelaskan, dia sudah berkecimpung dalam masalah terorisme selama 18 tahun. Sebab itu, jika mediator kesehatan terwujud, dia bisa melakukan pendekatan yang bisa memimimalisasi terorisme.

"Masalah terorisme sudah saya pelajari 18 tahun, sejak kejadian Maluku, kerusuhan Ambon. Saya respek dengan Wakapolri Komjen Syafruddin yang meminimalisasi korban dengan cara soft approach," ujarnya.

Baca juga: Sidang Ditunda, Pengacara Aman: Mungkin Karena Terkait Suasana Mako Brimob






Topik:

Berita Terkini Lainnya