Menkes: Perempuan Tulang Punggung Ekonomi Bangsa

40 persen pekerja informal itu perempuan, lho!

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Nila Djuwita Farid Moeloek mewanti-wanti para pemilik perusahaan untuk memenuhi hak-hak pekerja perempuan. Sebab, menurut Nila, pekerja perempuan adalah tulang punggung ekonomi bangsa yang jarang mendapatkan apresiasi. 

1. 40 persen pekerja informal adalah perempuan 

Menkes: Perempuan Tulang Punggung Ekonomi BangsaIDN Times/Indiana Malia

Klaim Menteri Nila bahwa pekerja perempuan merupakan tulang punggung ekonomi bangsa bukan klaim semata. Ia menyebutkan 40 persen pekerja informal adalah perempuan.

"Coba lihat di pasar-pasar, siapa yang bekerja? Saya pernah pergi ke Pasar Induk Kramat Jati? Pukul 02.00 WIB pagi perempuan sudah ke sana untuk berjualan. Perempuan menjadi pendukung ekonomi Indonesia, tapi gak pernah diperhitungkan," ujar Nila di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (7/2).

Baca juga: Melacak Jejak Rohana Kudus, Pionir Jurnalis Perempuan dari Koto Gadang

2. Perusahaan harus memenuhi hak-hak perempuan

Menkes: Perempuan Tulang Punggung Ekonomi BangsaIDN Times/Indiana Malia

Selain di Pasar Induk Kramat Jati, Nila melanjutkan, pekerja perempuan juga mendominasi di kawasan industri Tangerang. Kendati perusahaan mengutamakan profit, namun mereka tak boleh melupakan hak-hak pekerja perempuan, seperti memberikan ruang laktasi, cuti hamil, dan cuti melahirkan.

"Saya pernah mengunjungi perusahaan orang Korea di Purbalingga, pekerjanya banyak perempuan. Mereka menyediakan ruang laktasi dan lemari es untuk menyimpan ASI, tapi ukurannya kecil. Apalagi, waktu yang diberikan untuk memeras ASI hanya jam istirahat. Ini tentu gak cukup, harus diperhatikan oleh pihak perusahaan," kata Nila.

3. Perempuan dituntut melahirkan SDM berkualitas

Menkes: Perempuan Tulang Punggung Ekonomi BangsaAntara Foto/Hafidz Mubarak

Menteri Nila mengatakan sangat penting bagi pekerja perempuan mendapatkan haknya karena banyak dari mereka adalah seorang ibu dan seorang ibu dituntut melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, hal itu bisa dimulai dari masa kandungan. 

"Apalagi tingkat anemia para remaja cukup tinggi, hampir 25 persen menyasar usia 15 tahunan. Kalau ketika hamil tak tahu pola makan bergizi, akan berdampak pada tumbuh kembang bayi," kata Nila.

Oleh sebab itu, tambah Nila, 1.000 hari pertama bagi pertumbuhan bayi sangat penting. Selama 270 hari dalam kandungan harus diberikan nutrisi yang baik. 730 hari di luar kandungan sampai usia anak 2 tahun juga harus diberikan makanan dan ASI eksklusif untuk mengembangkan otak anak semaksimal mungkin. 

Baca juga: Pro-Kontra Sunat Perempuan: Dari Kebiri Seksual Hingga Tradisi

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya