Bertarung Melawan Kanker, Berjuang dengan Keyakinan Sendiri

"Dokter hanyalah perantara yang dikirim Tuhan untuk membantu manusia"

Jakarta, IDN Times - Hari itu, Mega merasakan ada yang nyeri di tubuhnya. Saat melakukan check up di rumah sakit, dokter menyarankan untuk memeriksa kesehatan lebih lanjut. Perasaannya tak karuan, dia pun mulai berpikir liar. 

"Saya dibioksi dengan jarum, hasilnya typical cell. Saya berharap itu hanya radang atau infeksi TBC, karena saya tahu TBC bisa diobati dalam enam bulan saja," ujar perempuan 72 tahun itu saat Temu Media Hari Kanker Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (31/1). 

1. Vonis kanker membuatnya terguncang

Bertarung Melawan Kanker, Berjuang dengan Keyakinan Sendiri IDN Times/Indiana Malia

Namun, harapan Mega sia-sia. Dokter berkata lain, pada tahun 2011, dia divonis mengidap kanker primer paru stadium tiga. Mega pun mengaku sangat terguncang. Apalagi, sang ibunda juga pernah menderita penyakit serupa. 

"Ketika divonis kanker paru, hati sempat ciut. Mama saya yang juga terkena kanker hanya mampu bertahan enam bulan dan pergi. Saya lantas berusaha menyemangati teman-teman lain. Gak boleh nyerah gitu aja," kata Mega, tersenyum.

2. Jalani operasi, Mega malah alami patah tulang rusuk

Bertarung Melawan Kanker, Berjuang dengan Keyakinan Sendiri medicalnewstoday.com

Setelah mendapatkan vonis dari dokter, dia pun disarankan untuk menjalani operasi pengangkatan. Pada proses ini, dia kembali harus berjuang melawan rasa sakit. Musababnya, dua tulang rusuknya patah dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

"Saya hanya bisa berbaring lurus selama dua bulan, miring ke kanan atau ke kiri. Saya sangat kesakitan. Untuk kemoterapi pun saya harus pakai kursi roda. Sepanjang hari saya hanya berbaring, tidur malam pun susah sehingga harus dengan obat," tutur Mega dengan suara terbata. 

Meskipun merasakan kesakitan tak terkira, Mega mengaku tak mau cengeng, mengeluh, atau meminta belas kasih pada orang lain.  "Saya tahu apa yang saya jalani dengan kemoterapi selama dua tahun dengan rasa sakit hingga berat badan turun, ini adalah jalan menuju kesembuhan, bukan kematian," tutur dia.

3. Sebelumnya pernah sembuh dari kanker usus besar

Bertarung Melawan Kanker, Berjuang dengan Keyakinan Sendiri medicalnewstoday.com

Keteguhan hati Mega melawan kanker patut diapresiasi. Sebab, bukan kali ini saja dia divonis sebagai pengidap penyakit mematikan tersebut. Sebelumnya, Mega juga pernah menderita kanker kolon (usus besar) dan berhasil sembuh.

Saat dia kembali divonis kanker paru, dia pun kembali bertekad untuk sembuh. "Saya sudah lulus kanker kolon, maka saya sekarang belajar kanker paru. Kalau saya lulus, ini sama seperti menyelesaikan studi S2. Dengan mindset inilah saya giat belajar, berobat, pokoknya saya harus sembuh. Kanker paru memang pembunuh pertama di dunia. Walau sudah stadium tiga, saya berharap bisa sembuh," ujar dia. 

Dia juga mengimbau para penderita lain untuk menghindari pengobatan alternatif. Selain memakan waktu lama, kanker dengan stadium lanjut seharunya memang ditangani oleh dokter.

"Takut kemoterapi, dioperasi, takut mati, takut biaya. Memang biaya kanker sangat mahal, tetapi kan sekarang sudah ada BPJS. Tak apa-apa jika pasien harus antre panjang, anggap saja itu bagian dari perjuangan panjang menjalani pengobatan," Mega berpesan.

Baca juga: Awas! Ini 7 Tanda Kanker Serviks yang Harus Kamu Tahu

4. Shanti, penderita yang memilih berdamai dengan kanker 

Bertarung Melawan Kanker, Berjuang dengan Keyakinan Sendiri IDN Times/Indiana Malia

Kisah inspiratif lainnya datang dari Shanti Rosa Persada. Perempuan berusia ini mengaku harus menjalani kehidupan yang sangat berbeda sejak dinyatakan mengidap kanker payudara stadium tiga 8 tahun lalu. Dia tak menyangka akan menjadi bagian dari antrean panjang pasien kanker di rumah sakit.

Tahapan pengobatan panjang pun dilakukannya. Sejak terdiagnosa pada 2010, Rosa mencatat telah menjalani 6 kali kemoterapi mastektomi, radiasi 30 kali, dan herceptin 30 kali. Awalnya, pengobatan menjadi kendala baginya. Selain biaya, dia juga harus menjalaninya sendiri. Namun, kekuatan datang saat dia mulai berkenalan dengan sesama pejuang kanker.

"Saya bertekad harus berdamai dengan penyakit ini, bergandengan tangan dengan sesama pengidap kanker supaya semangat menjalani pengobatan yang gak mudah," kata Rosa. Hasilnya, setahun berselang ia dinyatakan bebas dari kanker.

5. Kembali terserang kanker pada 2015

Bertarung Melawan Kanker, Berjuang dengan Keyakinan Sendiri erbreastcancer.com

Namun, kebahagiaan Rosa hanya bertahan empat tahun. Pada 2015, dia kembali terserang penyakit tersebut. Kali ini, kanker kelenjar getah bening menyebar ke lehernya. Dia pun lagi-lagi menjalani kemoterapi dan operasi hingga dinyatakan sembuh.

"Alhamdulillah sekarang mudah-mudahan sehat terus," ungkapnya.

6. Tak ingin dikasihani

Bertarung Melawan Kanker, Berjuang dengan Keyakinan Sendiri medicalnewstoday.com

Selama menjadi pasien, Rosa mengaku enggan menjawab pertanyaan detail tentang penyakitnya. "Kalau saya jawab stadium sekian, orang akan langsung kasihan. Saya gak mau dikasihani. Jadikan saja saya inspirasi buat kalian semua. Waktu treatment saya gak pernah sedih. Kalau lagi nunggu pengobatan sama pasien lain, saya selalu ajak kenalan dan saling memotivasi," ujarnya.

Rosa meyakini, kesembuhan datang dari keyakinan diri sendiri. Dokter hanyalah perantara yang dikirim Tuhan untuk membantu manusia, tetapi tekad pasien lah yang bisa benar-benar menyembuhkan.

Baca juga: Waduh! Setiap Jam Satu Wanita Indonesia Meninggal karena Kanker Serviks

 

 

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya