Kasus Mako Brimob yang Tewaskan 5 Anggota, IPW: Polri Lamban

Tamparan keras untuk Brimob, Densus 88 dan Polri

Jakarta, IDN Times - Kasus kekacauan di Rutan Brimob yang menewaskan lima polisi adalah tamparan keras untuk Brimob, Densus 88 dan Polri. Sebab, peristiwa tragis ini terjadi di markas pasukan elite kepolisian.

1. Polri dinilai lamban

Kasus Mako Brimob yang Tewaskan 5 Anggota, IPW: Polri LambanIDN Times/Linda Juliawanti

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyayangkan Polri yang begitu lamban mengungkapkan secara transparan kerusuhan di Rutan Brimob, terutama tentang tewasnya lima polisi.

Baca juga: 4 Polisi Dikerahkan untuk Negosiasi Penyanderaan di Mako Brimob

"Kelimanya sudah tewas sejak pukul 01.00 dini hari tapi baru diumumkan pada pukul 16.00 dan sebelumnya kepolisian selalu mengatakan tidak ada korban tewas dalam kekacauan itu. Sikap polisi yang tidak transparan ini sangat aneh," ujar Neta dalam keterangan tertulis, Rabu (9/5).

2. Rutan Brimob masih dikuasai tahanan teroris

Kasus Mako Brimob yang Tewaskan 5 Anggota, IPW: Polri LambanIDN Times/Linda Juliawanti

Sampai Rabu sore, lanjut Neta, polisi selalu mengatakan situasi sudah terkendali. Namun faktanya Rutan Brimob masih dikuasai tahanan teroris dan masih ada polisi yang disandera.

Selain itu, 165 tahanan teroris masih menguasai sekitar 30 senpi yang sebagian besar laras panjang dan 300 amunisi. Sementara polisi belum berhasil memutus komunikasi para tahanan teroris dengan jaringan mereka di luar.

"Sangat disayangkan, kenapa para tahanan teroris itu bisa memiliki Handphone selama di tahanan?" Neta mempertanyakan.

3. Polisi harus bertindak profesional

Kasus Mako Brimob yang Tewaskan 5 Anggota, IPW: Polri LambanIDN Times/Afriani Susanti

Menurut Neta, jika kepolisian bertindak gegabah para tahanan teroris tersebut akan kembali menghabisi polisi yang menjadi sandera dan kemudian melakukan serangan bunuh diri. Sebab itu, IPW berharap kepolisian bisa bertindak profesional agar anggotanya tidak kembali menjadi korban keberutalan teroris. Jika polisi kembali tewas dalam peristiwa kekacauan di Rutan Brimob, para teroris merasa akan mendapat kemenangan besar.

"Inilah yang harus dicegah kepolisian. Sangat ironis tentunya, di saat Kapolri sedang berada di Jordania membuka pameran dan bicara tentang keberhasilan Indonesia tentang memberantas terorisme justru Rutan Brimob tempat teroris ditahan dikacaukan dan para teroris berhasil membunuh lima polisi," ungkapnya.

Baca juga: Polisi Masih Negosiasi untuk Bebaskan Satu Anggota Brimob yang Disandera

Topik:

Berita Terkini Lainnya