Kasus Bayi Calista: Antara Isu Ekonomi dan Ketidaksiapan Mental Jadi Orang Tua

Ingat ya, guys yang penting adalah kesiapan menjalani kehidupan pernikahan bukan kemeriahan pestanya

Jakarta, IDN Times - Kasus kekerasan yang dilatarbelakangi motif ekonomi tergolong tinggi di Indonesia. Satu contoh kasus yang kemarin tengah hangat menjadi perbincangan adalah Bayi Calista. Bayi yang masih berusia 15 bulan itu meregang nyawa usai dianiaya oleh ibunya sendiri bernama Sinta. 

Ini menjadi salah satu bukti besarnya pengaruh ekonomi terhadap kesejahteraan hidup manusia. Pada Senin (26/3) lalu, Tim IDN Times berkesempatan mengulik secara mendalam kehidupan sehari-hari keluarga Sinta.

1. Bertemu Syarif Hidayat

Kasus Bayi Calista: Antara Isu Ekonomi dan Ketidaksiapan Mental Jadi Orang TuaIDN Times/Indiana Malia

Pagi menjelang siang, kami tiba di kediaman Sinta. Rumah bercat hijau tersebut tampak lengang. Karangan bunga ucapan duka cita dari Kapolres Karawang AKBP Hendy masih terpajang di pelataran rumah. Tenda pun belum sepenuhnya diturunkan.

Beberapa kursi masih tampak berjajar di teras. Di samping rumah, terlihat seorang perempuan muda tengah mencuci baju. Melihat kedatangan kami, ia tergopoh-gopoh menyambut. Kami pun memperkenalkan diri.

"Tunggu sebentar, ya. Saya panggilkan Bapak," ujarnya penuh kehangatan.

Tak lama kemudian, seorang laki-laki sepuh menghampiri kami dengan seulas senyum. Dia adalah Syarif Hidayat, ayah Sinta. Wajahnya tampak segar. Usai basa-basi, si perempuan muda pun melanjutkan aktivitas mencuci.

"Itu tadi menantu saya, istrinya si kembaran Sinta," ujar Syarif, lantas melanjutkan. "Kalian dari media resmi, kan? Maaf, kadang suka ada wartawan abal-abal yang cuma jualan cerita, tidak empati sama keadaan di sini."

Kami pun menunjukkan kartu pers sebagai identitas resmi. Wajah Syarif pun kembali semringah. Dia percaya pada kami.

Baca juga: Ini Curhatan Mengharukan Ayah Sinta Soal Kematian Bayi Calista

2. Menjalani hidup serba pas-pasan

Kasus Bayi Calista: Antara Isu Ekonomi dan Ketidaksiapan Mental Jadi Orang TuaInstagram/@humasreskrw

“Yah, beginilah kondisi kami. Seperti yang kalian tahu dari pemberitaan banyak media, kami memang hidup seadanya,” Syarif memulai kisahnya. “Apa yang terjadi pada puteri dan cucu saya, tentu membuat saya terpukul. Di Karawang, memang baru kali ini ada kasus seperti ini, seorang ibu menganiaya anaknya hingga meninggal dunia.”

Sebelum anaknya membawa pergi Calista tanpa pamit pada 3 Januari, Syarif merasa keluarganya baik-baik saja. Tak ada pertengkaran apa pun yang membuat Sinta meninggalkan rumah bersama anaknya. Kendati hanya bekerja sebagai seorang satpam di sebuah pesantren dengan bayaran tak menentu, Syarif selalu berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya.

“Selama Sinta dan anaknya tinggal di sini, saya yang bertanggung jawab. Dia tak perlu khawatir tak bisa makan, rezeki sudah ada yang mengatur,” tutur laki-laki berusia 64 tahun tersebut.

Syarif juga tak menemukan tanda-tanda kekerasan pada cucunya. Selama tinggal di rumah, Syarif tak sekali pun melihat Sinta menganiaya anaknya. Sebagai orangtua tunggal, Sinta memang tak mampu menghidupi buah hatinya seorang diri.

Dia hanya sesekali menjadi buruh cuci, membantu kakak-kakaknya. Semua itu berjalan normal saja, hingga Sinta pergi dari rumah dan baru mengabari pada 5 Januari. Syarif menerima sebuah SMS dari Sinta. "Pak, Sinta dan Calista tinggal di rumah Emak," demikian isi SMS pada 5 Januari lalu. 

Emak adalah sebutan Sinta terhadap bibinya yang mengangkatnya sebagai anak sejak bayi. Syarif pun tak menaruh curiga sama sekali.

“Soalnya Sinta memang biasa bolak-balik. Kadang tinggal di sini, kadang di rumah emaknya,” kata Syarif.

Hingga suatu hari, Emak datang ke rumah dan menanyakan keberadaan Sinta dan Calista. Syarif pun terkaget-kaget dan baru sadar dirinya dibohongi. Selang beberapa hari, dua orang laki-laki yang salah satunya pacar Sinta datang ke rumah membawa kabar duka: Calista masuk ruang PICU di RSUD Karawang.

Kondisinya koma setelah sebelumnya menerima perlakuan sadis dari sang ibu. Dugaan sementara, Sinta melampiaskan kekesalannya pada Calista lantaran terlibat konflik dengan sang pacar. Calista sempat kejang-kejang dan dilarikan ke puskesmas terdekat sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Karawang.

Di rumah sakit, untuk pertama kalinya Syarif bertemu dengan pacar Sinta. Namun, dia tak begitu menggubris karena terlalu shock melihat kondisi cucunya yang terbaring koma. Sinta pun tampak ketakutan setiap kali melihatnya. Rasa bersalah tergambar jelas pada wajahnya.

Untuk membiayai pengobatan cucunya, Syarif hanya mengandalkan fasilitas BPJS Kesehatan dari pemerintah. Nahas, dia menunggak pembayaran hingga setahun lamanya.

“Saya cari uang entah bagaimana caranya. Saya lunasin tunggakan selama setahun, baru BPJS itu bisa saya gunakan untuk membiayai cucu saya. Sisanya ada bantuan juga dari pemerintah kota,” ujar Syarif sembari tersenyum pahit. Matanya tampak berkaca-kaca.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Bayi Calista pun meninggal setelah dua minggu lebih berjuang di ruang PICU. Seorang polisi sempat memperlihatkan kondisi bayi tersebut sebelum disemayamkan, namun Syarif tak sampai hati.

“Saya hanya melihat bekas gigitan di bagian payudara. Saya tak sanggup untuk melihat luka di bagian tubuh lainnya lagi,” tutur Syarif.

Dalam proses pemakaman, polisi mengizinkan Sinta turut mengantarkan anaknya untuk yang terakhir kali. Ibu muda itu pun pingsan berkali-kali, seolah tak percaya si bayi meninggal akibat perbuatannya sendiri.

3. Sinta yang terpisah dari keluarga dan menghadapi keretakan rumah tangga

Kasus Bayi Calista: Antara Isu Ekonomi dan Ketidaksiapan Mental Jadi Orang TuaIDN Times/Indiana Malia

Sinta adalah anak terakhir dari delapan bersaudara. Empat laki-laki dan empat perempuan. Sinta memiliki kembaran laki-laki, namun mereka terpisah sejak kecil. Emak, adik ibunya, mengambilnya sebagai anak angkat. Tak seperti saudara kandung lainnya yang bisa menuntaskan pendidikan hingga SMA, Sinta bahkan tak lulus SD. Hak pendidikannya terputus begitu saja.

“Saya berusaha menyekolahkannya seperti yang lain, tetapi sama Emak gak dibolehin,” kata Syarif.

Syarif enggan menjelaskan alasan lebih jauh soal larangan bersekolah tersebut. Syarif dan Emak memang memiliki perbedaan perlakuan dalam mendidik anak. Bagi Syarif, pendidikan adalah hal yang penting. Namun, Emak sebaliknya. Syarif pun menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada Emak.

Saat teman sebayanya masih bersekolah, Sinta telah melangsungkan pernikahan di usia 18 tahun. Namun, bahtera rumah tangganya bersama suami tak berlangsung lama. Mereka memutuskan bercerai setelah dikaruniai seorang anak perempuan.

“Anaknya sekarang umur 6 tahun, ikut mantan suaminya karena mertuanya dulu tak punya cucu,” kata Syarif.

Setelah beberapa waktu menjanda, Sinta pun kembali menikah. Belum genap sebulan, rumah tangganya kembali hancur. Syarif enggan menceritakan lebih lanjut penyebab perpisahan kedua tersebut.

“Yang jelas, saat hamil sampai melahirkan Sinta hidup di rumah ini dengan saya. Semua normal saja sampai dia kabur dari rumah membawa anaknya,” ungkap Syarif.

Baca juga: Sinta, Tersangka Tewasnya Bayi Calista yang Anaknya Sendiri Terancam Penjara 10 Tahun

4. Ekonomi diduga menjadi salah satu alasan kekerasan

Kasus Bayi Calista: Antara Isu Ekonomi dan Ketidaksiapan Mental Jadi Orang TuaIDN Times/Indiana Malia

Lalu, apa yang menjadi penyebab Sinta tega menganiaya puterinya sendiri? Kapolres Karawang, AKBP Hendy F. Kurniawan saat ditemui tim IDN Times di Polres Karawang mengatakan beban dan tekanan hidup yang berat diduga menjadi penyebab.

“Dari hasil penyelidikan kami, Sinta ini gak punya pekerjaan tetap, gak punya penghasilan. Sementara itu, kebutuhan untuk anak-anaknya besar. Kondisi ekonomi rendah, kemudian ditinggal suaminya saat mengandung. Beban dan tekanannya cukup berat,” ujar Hendy. 

Lantaran melihat latar belakang beban hidup yang cukup kompleks dan berat terhadap Sinta, terlebih dia masih memiliki balita 6 tahun yang masih membutuhkan perhatiannya, polisi dihadapi dilema. Mana yang akan dieksekusi, penegakan hukum atau mengutamakan empati dan asas kemanusiaan?

“Ini yang jadi pertimbangan saya, apakah nanti akan diselesaikan di luar pengadilan. Saya perlu berbagai masukan dari para ahli hukum, juga lembaga-lembaga perempuan dan anak, mana yang terbaik agar tak menimbulkan polemik di tengah masyarakat,” tuturnya.

Dalam proses pemeriksaan, pacar Sinta tak ditetapkan sebagai tersangka maupun ditahan lantaran tak cukup alat bukti. Keterangan terkait keterlibatan pacar Sinta dalam penganiayaan bayi Calista hanya berasal dari Sinta, tak ada saksi lain yang dapat dimintai keterangan. Sinta dijerat Pasal 80 Ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman 5 tahun penjara, serta Pasal 80 Ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman 10 tahun penjara.

4. Pemda diimbau memperbarui verifikasi dan validasi data

Kasus Bayi Calista: Antara Isu Ekonomi dan Ketidaksiapan Mental Jadi Orang TuaInstagram/@humasreskrw

Menanggapi kasus yang disebabkan masalah kemiskinan tersebut, Menteri Sosial Idrus Marham pun mengimbau pemerintah daerah untuk memperbarui verifikasi dan validasi data penduduk miskin. Dengan demikian, rakyat miskin dapat menikmati bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah.

“Kami akan melakukan validasi dalam rangka penyempurnaan data-data yang ada. Itu sebabnya saya selalu mengimbau kepada siapa pun, utamanya pemda agar rajin menelusuri kelurahan-kelurahan, baik di kota dan di desa, bahkan tingkat RT dan RW. Tolong inventarisir warganya, jangan sampai ada di antara mereka yang tidak mampu tapi belum terjangkau (program PKH) seperti orang tua Calista ini. Kemensos wajib hukumnya memberikan bantuan,” tutur Idrus.

5. Pengasuhan anak di masa kecil berpengaruh terhadap perlakuannya di masa depan

Kasus Bayi Calista: Antara Isu Ekonomi dan Ketidaksiapan Mental Jadi Orang TuaInstagram/@humasreskrw

Menanggapi kasus bayi Calista, Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo menyatakan keprihatinannya. Menurut Vera,  peristiwa Bayi Calista adalah salah satu dari sekian banyak kasus yang menggambarkan betapa ada anak yang tidak aman berada di bawah asuhan orangtua kandungnya sendiri. Usia saat menikah yang terlalu muda juga dinilai berisiko menyebabkan seseorang tidak siap dalam mengemban peran sebagai orang tua nantinya.

“Tingkat pendidikan orangtua sebenarnya bukan faktor utama yang menentukan baik atau tidaknya cara mendidik orangtua tersebut. Banyak juga kita lihat ada orangtua dengan tingkat pendidikan rendah yang mampu mengasuh anaknya dengan penuh kasih sayang. Itu karena pengalaman mereka sebelumnya, bagaimana mereka dulu diasuh dan kemauan mereka untuk terus belajar menjadi orangtua yang baik bagi anaknya,” kata Vera.

Apa yang terjadi pada Sinta, bisa jadi disebabkan oleh trauma masa lalu akibat nasibnya yang tak sama dengan saudara-saudaranya.

“Perlu diteliti lebih lanjut apa saja yang terjadi di kehidupan masa kanaknya Sinta,” kata Vera menambahkan.

Vera berpandangan, kondisi kejiwaan Sinta perlu ditelaah lebih dalam.Terlepas dari adanya gangguan kejiwaan atau tidak, anak seringkali menjadi korban karena ketidakberdayaan mereka sehingga mudah sekali dijadikan pelampiasan emosi orangtua.

Pengaruh masa lalu seseorang terhadap kehidupannya di masa depan memiliki pengaruh yang sangat besar. Peristiwa yang terjadi di masa lalu tentu membekas dan mempengaruhi pemikiran serta perilaku sekarang.

“Untuk kasus ini, perlu diselidiki mengapa dia dipisahkan dan tidak boleh sekolah serta bagaimana dia merespons hal ini,” tutur Vera.

Berkaca dari kasus tersebut, Vera mengingatkan anak-anak muda, baik yang akan atau tengah menjalani kehidupan rumah tangga.

Prepare for the marriage, not only for the wedding. Keputusan untuk menikah perlu disertai dengan kesadaran akan tantangan apa saja yang mungkin akan dihadapi berdua, termasuk menjadi orangtua. Kesadaran ini diharapkan membuat lebih siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Misalnya saat mempunyai anak tidak hanya membayangkan yang indah-indah saja, tapi juga perlu sadar bahwa akan adanya rasa lelah dan sebagainya yang harus dihadapi bersama,” pesan Vera.

Baca juga: Bayi Calista Tewas Dianiaya, Polisi Beberkan Penyebabnya

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya