Isu LGBT Merebak, Komnas Perempuan: Itu Dipolitisasi

Isu LGBT akan terus digoreng hingga 2019

Jakarta, IDN Times - Merebaknya isu perilaku lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) dinilai sebagai ajang mencari panggung di tahun politik. Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Azriana Manalu memprediksi isu tersebut akan terus berlangsung hingga tahun 2019.

1. Isu LGBT dipolitisasi

Isu LGBT Merebak, Komnas Perempuan: Itu DipolitisasiIDN Times/Indiana Malia

 

"Saya melihat isu LGBT menjadi heboh karena memang dipolitisasi. Banyak orang di zaman politik populisme ini cari panggung, dan saya memprediksi ini akan berlangsung sampai 2019, sampai sudah jelas siapa yang mendapat kursi," ujar Azriana di Komnas Perempuan, Jakarta, Selasa (23/1).

Sikap Komnas Perempuan terhadap LGBT, imbuh Azriana, tidak ada satu alasan pembenar apa pun apabila ada yang memperlakukan orang secara tidak manusiawi, diskriminatif ataupun mendapatkan kekerasan seperti halnya LGBT. 

Baca juga: UU Pornografi dan Kriminalisasi Kelompok LGBT

2. Ruang gerak LGBT semakin sempit

Isu LGBT Merebak, Komnas Perempuan: Itu Dipolitisasikomnasperempuan.go.id

Azriana menilai, dengan digorengnya isu LGBT mengakibatkan sempitnya ruang gerak, bahkan beberapa orang sudah tercatat menjadi sasaran kekerasan. Komnas Perempuan pernah menerima pengaduan perempuan-perempuan yang tinggal dalam satu rumah seperti kontrakan, kemudian diusir dari perkampungan karena dianggap lesbian. 

"Masyarakat jadi mudah sekali mengambil tindakan. Mungkin itu strategi komunikasi yang dibangun oleh kelompok-kelompok yang sedang bekerja mempolitisasi isu ini," kata Azriana. 

3. Harus ada ruang dialog antara korban kekerasan dan tokoh masyarakat

Isu LGBT Merebak, Komnas Perempuan: Itu Dipolitisasikomnasperempuan.go.id

Menurut Azriana, harus ada upaya menciptakan ruang dialog dengan tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh agama seperti MUI dan korban kekerasan, tak terkecuali LGBT. 

"Di situ kami ingin ada pegiat isu kesehatan seksual yang bisa menjelaskan bahwa orientasi seksual dan perilaku seksual adalah dua hal yang berbeda. Kalau misalnya orang dengan orientasi seksual sejenis gak ngapa-ngapain, gak mengganggu orang lain apakah harus dikriminalisasi? Kalau yang kita gelisahkan sekarang adalah perilaku seksual, jangan dihakimi orientasi seksualnya," kata Azriana.

Azriana menilai, perilaku seksual tidak terkait dengan orientasi seksual. Siapa pun bisa berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam perilaku seksual yang kemudian merugikan masyarakat.

4. Masyarakat minim pendidikan seksual

Isu LGBT Merebak, Komnas Perempuan: Itu DipolitisasiAntara Foto/Agung Rajasa

"Pengetahuan masyarakat tentang orientasi seksual, identitas gender, dan ekspresi gender ini minim sekali. Itu karena pendidikan seks dianggap tabu. Padahal, dengan adanya pendidikan kesehatan reproduksi membuat orang mulai bisa mengenali apa itu orientasi seksual, apa itu perilaku seksual, dan lain-lain," kata Azriana.

Sebab itu, Komnas Perempuan berupaya  menciptakan masyarakat baru melalui investasi sosial, misalnya dalam pendidikan seks. Azriana berharap, generasi muda mau belajar mengenali isu LGBT daripada mentah-mentah membenci LGBT.

"Mungkin mereka (generasi muda) yang akan jadi pemimpin masa depan di satu masa. Pada saat itulah, kesetaraan akan bisa dicapai. Oleh karena itu, jangan pernah merasa rugi dan buang waktu untuk investasi sosial," imbuhnya.

Baca juga: Jelang Persidangan, Setya Novanto Ujuk-ujuk Bicara Soal LGBT

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya