Ini 3 Mitos Tentang Kusta, Benarkah Penyakit Kutukan?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kusta merupakan penyakit lama yang masih ada sampai sekarang. Namun, mitos terkait penyakit tersebut masih berkembang di tengah masyarakat.
Bahkan, sering kali penderita kusta dijauhi dan diperlakukan diskriminatif, bahkan oleh pihak tenaga medis sekalipun.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia Dr dr Sri Linuwih Menaldi, SpKK mengatakan mitos-mitos terkait kusta dan stigma negatif harus dihilangkan, karena setiap manusia berhak untuk hidup layak dan sehat.
Dia lantas meluruskan beberapa mitos kusta berikut:
1. Kusta adalah kutukan atau guna-guna
"Gejala awalnya ada bercak putih atau merah di kulit yang gak gatal dan gak nyeri, tapi terasa baal atau mati rasa," kata Sri dalam peringatan Hari Kusta Sedunia 2018 di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (30/1).
Baca juga: 7 Makanan Ini Bisa Jauhkan Penyakit saat Musim Hujan Lho!
2. Kusta adalah penyakit keturunan
"Kalau di luar mungkin si penderita juga melakukan kontak dengan orang lain, tapi belum tentu sakit karena frekuensi pertemuannya singkat. Berbeda kalau kontak itu dilakukan dengan keluarga, itu seolah-olah kusta diturunkan dari ayah ke anak atau dari ibu ke anak. Ini stigma yang tak tepat," imbuh Sri.
3. Kusta tidak bisa disembuhkan
Penyakit kusta memang bersifat menahun. Pengobatannya juga memakan waktu lama, namun bukan berarti penyakit tersebut tak bisa disembuhkan. Kusta dapat disembuhkan dengan obat Dapson dan Lampren. Obat tersebut bisa diperoleh di Puskesmas atau rumah sakit pemerintah secara gratis.
"Bila diobati tak akan menular. Kusta bisa sembuh dalam 6-12 bulan jika penderita mau mengikuti pengobatan secara teratur," ujarnya.
Baca juga: Delusi Cotard: Penyakit yang Membuatmu Merasa Bahwa Kamu Sudah Mati