Indonesia Ditargetkan Terbebas dari Budaya Pacaran pada 2024

Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran telah dideklarasikan

Bekasi, IDN Times – Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran (ITP) mulai digulirkan pada Minggu (15/4) kemarin. Gerakan ini menargetkan Indonesia terbebas dari budaya pacaran pada 2024.

Seorang penggagas gerakan ini, La Ode Munafar, mengatakan gerakan ini disosialisasikan secara masif melalui berbagai akun sosial media, seperti Instagram, Line, dan Facebook.

Menurut Munafar, gerakan ini mendapatkan banyak dukungan dari generasi muda.

1.  Berawal dari pernikahan muda Alvin Faiz

Indonesia Ditargetkan Terbebas dari Budaya Pacaran pada 2024IDN Times/Sukma Shakti

Munafar menjelaskan, akun Instagram Nikah Muda dibuat pada tahun 2016 saat tren nikah muda diawali dari pernikahan Alvin Faiz, putera dai kondang Arifin Ilham. Menurut Munafar,  hal itu perlu dipopulerkan walaupun sebenarnya sudah banyak yang menikah muda seperti Alvin.

“Saat itu ada yang menghubungi saya, anak kelas 4 SD sudah hamil. Itu jauh lebih muda dari Alvin, kan? Tapi pernikahan yang benar-benar nikah muda bukan karena ‘kecelakaan’ itu jarang bagi saya. Karena itu, saat ada kasusnya (nikah muda) Alvin ini, perlu segera dibuat edukasi bahwa nikah muda yang benar-benar kami maksud di sini adalah menikah bagi anak muda yang sudah siap,” ujar Munafar saat ditemui IDN Times di Islamic Center Bekasi, Minggu (15/4). 

Baca juga: Hadiri Deklarasi Indonesia Tanpa Pacaran, Aktor Cholidi Berbagi Tips Nikah Muda

2. Gerakan nikah muda bertujuan mendewasakan generasi muda

Indonesia Ditargetkan Terbebas dari Budaya Pacaran pada 2024IDN Times/Sukma Shakti

Menurut Munafar, kondisi psikologis dan biologis anak muda zaman sekarang tidak sejajar perkembangannya. Ada yang sudah dewasa secara biologis, seperti anak kelas 4 SD yang sudah bisa menghasilkan keturunan, kelas 5 SD sudah balig, bahkan kelas 2 SD yang sudah datang bulan. Seiring perkembangan zaman, kondisi biologis anak-anak muda zaman sekarang lebih cepat matang karena dipengaruhi oleh berbagai informasi.

“Menurut saya, ketika anak muda sudah balig maka yang terpenting adalah keseimbangan mental dan pemikirannya. Karena itu, gerakan nikah muda mengambil peran bukan sebagai tempat mak comblang, saya gak berani karena banyak yang ngaku baik tapi ternyata zonk. Gerakan nikah muda juga bukan bertujuan bisnis, melainkan gerakan syiar dan pembentukan opini untuk menyadarkan generasi muda agar perkembangan mereka yang bersifat biologis seiring dengan psikologis,” tutur Munafar.

Munafar berpandangan, dewasa secara pemikiran jauh lebih penting dibandingkan dewasa secara biologis. Ketika ada anak muda yang tumbuh berkembang menuju dewasa, maka harus ada media yang menyampaikan kedewasaannya secara psikologis dan secara pemikiran, baik lewat media Instagram, Facebook, film, dan lain-lain.

“Kami ambil peran di akun Instagram sebagai media untuk menyadarkan mereka agar berkembang gak hanya secara biologis, tetapi juga perlu diisi secara pemikiran,” imbuhnya.

3. Peran media sosial tak bisa dianggap enteng

Indonesia Ditargetkan Terbebas dari Budaya Pacaran pada 2024IDN Times/Sukma Shakti

Menurut Munafar, peran media sosial dalam menularkan pemikiran tak bisa dipandang enteng. Tim buzzer gerakan Indonesia Tanpa Pacaran, misalnya, menargetkan bisa menjangkau satu juta orang per hari. Peran sosial media akan membawa perubahan meskipun tidak secara langsung.

“Bisa jadi di seberang Sulawesi sana ada yang memutuskan pacarnya, ada yang tiba-tiba menikah muda karena baca status, atau ada yang setelah melihat tulisan ITP lalu mutusin pacarnya. Dampak tulisan dan sosmed itu diam-diam. Bisa jadi diam-diamnya ini menghasilkan gelombang besar yang akan menunjukkan perubahan di tengah masyarakat,” kata Munafar.

Perubahan itu, lanjut Munafar, berawal dari opini umum atau syiar. Segala keputusan yang ada di parlemen juga tak bisa menafikan pentingnya opini umum.

“DPR pun akan melihat ketika ketuk palu ya atau tidak, opini umum akan diperhatikan. Di situlah opini berperan. Jangan pandang enteng sebuah tulisan. Gerakan terkuat dari dalam dunia perubahan, selain fisik adalah gerakan tangan seorang penulis yang merangkai kata dan bisa membuka hati serta pikiran masyarakat,” ujar Munafar.

Baca juga: Belum Siap Menikah, Ini 3 Solusi dari Penggagas Indonesia tanpa Pacaran

Topik:

Berita Terkini Lainnya