Kemacetan di Jakarta Sudah Sangat Parah

24 persen yang menggunakan transportasi umum

Pastinya Anda pernah merasakan terjebak dalam sebuah kemacetan di jam-jam sibuk di wilayah Jakarta. Dan hal tersebut tentunya sangat tidak mengenakan, terlebih lagi hal tersebut Anda alami hingga berjam-jam hanya untuk menempuh jarak kurang dari 10 kilometer (km).

Berbekal itulah, Uber menunjuk the Boston Consulting Group untuk mengkaji dampak penggunaan mobil pribadi, serta potensi manfaatnya guna diadopsinya konsep berbagi tumpangan (ridesharing) secara lebih luas bagi kota-kota di Asia, termasuk Jakarta.

Kemacetan di Jakarta Sudah Sangat ParahIDNTimes/Iman Suryanto

John Colombo, Head of Public Policy and Government Affairs Uber Indonesia saat ditemui IDN Times di XXI Club, Djakarta Theater, Jalan MH Thamrin no. 9, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu(1/11) mengatakan banyak hal yang membuat Jakarta itu sangat istimewa, namun kemacetan bukan masuk dalam kategori tersebut. 

Dan sebenarnya, orang-orang di Jakarta bisa sangat produktif tanpa harus memikirkan kemacetan setiap harinya.

Kemacetan di Jakarta Sudah Sangat ParahSumber Gambar : uniqpost.com

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui, 10 juta orang tinggal di Jakarta dengan 1,4 juta orang diantaranya merupakan pendatang yang bekerja di kota Batavia ini. 

Namun demikian dari jumlah tersebut, hanya 24 persen saja yang menggunakan sarana transportasi publik seperti Trans Jakarta dan Kereta Komuter.

"Saat ini, masih banyak orang yang menggunakan mobil pribadinya. Dan hal ini sangat berdampak pada timbulnya kemacetan yang setiap harinya selalu parah, khususnya pada jam-jam sibuk," terang Jhon.

Kemacetan di Jakarta Sudah Sangat ParahAprilio Akbar/ANTARA FOTO

Bahkan untuk melintasi perjalanan yang cukup dekat saja, tambahnya, bisa memakan waktu 1 jam bahkan lebih.

Untuk itu, kampanye #Unlockcity dan #UnlockJakarta merupakan sebuah tindakan yang dilakukan Uber untuk menyoroti masalah kemacetan dan penggunaan lahan di Jakarta.

Mengingat, saat ini ada 4 juta mobil dan 8 juta motor yang setiap hari lalu lalang di wilayah Jakarta. Disini bukan berarti ada masalah pada jumlah kendarannya, akan tetapi lebih pada cara menggunakannya masing-masing. 

"Bayangkan saja, setiap satu kendaraan hanya diisi oleh 1 hingga dua orang saja. Padahal itu adalah aset yang bisa digunakan oleh orang lain untuk lebih mengurangi kemacetan di jalan raya,"terangnya lagi.

Kemacetan di Jakarta Sudah Sangat ParahAprilio Akbar/ANTARA FOTO

Akibatnya lagi, terjadi kepadatan lalulintas. Dari jumlah kendaraan tersebut, akan muncul perbandingan ekonomi dan lingkungan yang sangat berat. 

Berdasarkan data dari Bappenas, kerugian ekonomi akibat kemacetan di jalan mencapai Rp 5 miliar setiap tahunnya. 

Dan Jakarta merupakan salah satu kota dengan tingkat polusi yang paling parah di dunia. Dimana 70 persen di antaranya berasal dari polusi kendaraan .

"Jika hal ini dibiarkan, maka diprediksi, lima tahun kedepan Jakarta akan mengalami 'kelumpuhan total' akibat kemacetan,"terangnya.

Topik:

Berita Terkini Lainnya