Jokowi Minta Kepala Daerah untuk Bijak Berkomentar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Laporan IDN Times, Fitang Budhi Adhitia
Berbagai komentar di media sosial yang mengarah pada perpecahan, menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo. Termasuk aktivitas media sosial yang dilakukan pejabat di tingkat kabupaten dan kota, hingga para Menteri dan Kepala Lembaga Negara.
Untuk itu, Rabu (18/10), orang nomor satu di Republik Indonesia ini mengundang ratusan pejabat yang terdiri dari Sekjen dan Kepala Humas hingga Kepala Kementerian/Lembaga Negara dan BUMN ke Istana Bogor untuk mendapatkan arahan, terkait cara mengelola management issue dan public trust yang baik.
Dalam siara pers yang diterima IDN Times, diketahui ada beberapa arahan yang disampaikan Presiden Joko Widodo.
Di antaranya bagaimana cara menyampaikan pesan di era keterbukaan informasi, sehingga bisa dicerna dengan baik oleh para millennials. Berikut ini arahan yang disampaikan Presiden Joko Widodo:
1. Dunia telah berubah seiring berkembangan teknologi informasi. Sehingga mengubah cara bekerja dan berpikir melalui robotic, space-x dan media sosial (Medsos).
Sehingga membuat pengelolaan persepsi dan kepercayaan publik harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Untuk itu juga, pejabat harus berhati-hati dalam memberikan pernyataan.
Editor’s picks
Konten berita tidak perlu dibuat formal, tapi tidak rumit namun menarik dan kekinian. Misalnya dengan membuat Vlog yang santai tapi penuh dengan pesan kepada publik.
3. Aktifkan seluruh pegawai sebagai humas Kementerian/Lembaga sesuai dengan fungsinya. Mereka dapat dijadikan juga sebagai pasukan medsos pemerintah untuk membangun public trust.
4. Bangun komunikasi yang positif dan penuh harapan kepada masyarakat sehingga timbul optimisme.
Sebelumnya, baru satu hari menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Bawean menjadi bulan-bulanan oleh netizen.
Hal ini disebabkan isi dari pidatonya yang dinilai sangat rasis setelah melakukan serah terima jabatan di Balai Kota DKI Jakarta pada Senin (16/10) lalu.
Dalam pidatonya, ada ungkapan 'Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan' yang dinilai netizen ada semacam sentimen negatif kepada ras tertentu.