Kisah Seru Asih, Perempuan Pemadam Kebakaran yang Fobia Air

Ia menerjang Sungai Ciliwung untuk melawan fobianya lho!

Jakarta, IDN Times – Setyasih duduk menyaksikan rangkaian acara HUT ke-99 Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta yang digelar di halaman Kantor Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (1/3).

Ia sesekali berdiri dan maju ke depan untuk mengabadikan momen melalui kamera ponselnya. Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Partisipasi Masyarakat di Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat itu tampak puas melihat atraksi yang digelar para anggotanya.

1. 18 tahun mengabdi karena panggilan jiwa

Kisah Seru Asih, Perempuan Pemadam Kebakaran yang Fobia Air IDN Times/Helmi Shemi

Asih, begitu Setyasih biasa disapa, mengatakan dirinya sudah 18 tahun bekerja di Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta. “Ini panggilan jiwa,” kata Asih, Kamis (1/3).

Ibu berusia 56 tahun ini mengatakan dirinya bangga bisa mengabdi kepada masyarakat. Sebelumnya, Asih mengatakan dirinya ingin menjadi Polwan. Namun ia justru mengawali karier di bagian transmigrasi sebelum akhirnya bekerja di Damkar.

“Cita-cita saya dulu mau jadi Polwan. Jadi dari kecil saya punya cita-cita pengin bekerja di lapangan dan bantu masyarakat, apapun pekerjaan itu. Sampai saya di sini Damkar, staf pencegahan dulu, setelah itu jadi PPL , petugas penyuluh lapangan,” jelas Asih.

Baca juga: Dipimpin Anies Baswedan, Begini Serunya Perayaan HUT Ke-99 Damkar

2. Melawan fobia air

Kisah Seru Asih, Perempuan Pemadam Kebakaran yang Fobia Air IDN Times/Helmi Shemi

Sebagai petugas pemadam kebakaran, Asih tentu sering berurusan dengan air. Namun siapa menyangka jika ia ternyata fobia terhadap air? Fobia tersebut ia lawan dengan menceburkan diri ke Sungai Ciliwung.

Asih mengingat pengalamannya enam tahun lalu kala membantu evakuasi banjir di Bukit Duri. Kala itu ia ikut serta terjun ke Sungai Ciliwung yang deras. Memenuhi panggilan jiwanya untuk membantu masyarakat setempat, Asih mengabaikan ketakutannya pada air.

“Saya ikut terjun di kali Ciliwung yang sangat deras. Saya ikut evakuasi langsung terjun ke sungai melawan arus. Itu yang paling menegangkan. Karena saya fobia air. Tapi karena panggilan jiwa saya bisa melalui itu,” ungkapnya.

3. Dari memadamkan api hingga membersihkan hama

Kisah Seru Asih, Perempuan Pemadam Kebakaran yang Fobia Air IDN Times/Helmi Shemi

Meski statusnya adalah petugas pemadam kebakaran, namun Asih tak melulu berurusan dengan api. Seringkali ia juga membantu korban banjir. Bahkan ia pernah diminta membantu memberantas hama. Minggu lalu, misalnya, ia membantu masyarakat mengatasi hama ulat di Cengkareng, Jakarta Barat. “Terakhir ada hama ulat di Cengakareng, banyak sekali kita semprot," katanya. 

4. Membantu warga membuatnya senang

Kisah Seru Asih, Perempuan Pemadam Kebakaran yang Fobia Air IDN Times/Helmi Shemi

Saat turun ke lapangan, Asih tak melulu tegang. Ada pula saat ia merasa senang dan bahkan tertawa sendiri. Saat melalukan evakuasi korban banjir beberapa waktu lalu, misalnya. Alih-alih mengevakuasi warga, ia justru kerap diminta mengantarkan makanan ke korban banjir dengan perahu karet.

"Jadi perahu kami kayak tukang ojek, nganterin makanan. Tapi kami dengan senang hati, tapi ya geli juga,” ujarnya tersenyum.

Asih juga sering mendapatkan ucapan terimakasih dari masyarakat yang dibantunya. Hal ini membuatnya sangat senang. “Ada masyarakat yang sering kasih kita apapun yang dia punya. Kadang geli, kadang kasihan. Bener-bener aware sama kita, saking aware-nya ngasih yang lucu-lucu lah,” ujar Asih dengan mata yang berbinar.

Asih mengatakan dirinya merasa sedih setiap kali melihat ada warga yang masih menjadi korban kebakaran, meskipun pihaknya telah berusaha maksimal untuk memadamkan api. “Paling menyedihkan apabila kami tidak bisa maksimal menolong warga,” ucapnya.

5. Dukungan kuat dari keluarga

Kisah Seru Asih, Perempuan Pemadam Kebakaran yang Fobia Air IDN Times/Helmi Shemi

Menjadi petugas pemadam kebakaran tentu bukan tugas mudah. Sebab, taruhannya nyawa. Asih mengatakan dirinya bisa menjalani profesinya ini karena mendapat dukungan yang luar biasa dari keluarga.  

“Gak masalah tengah malam ada tugas, sudah biasa. Kalau malam ada banjir, suami saya dengan sukarela antar ke tempat bencana. Anak-anak dukung pekerjaan ibunya, mereka tidak pernah komplain,” tutur perempuan yang suka berolahraga ini.

Baca juga: Ini 5 Fakta Mengejutkan tentang Kebakaran di Jakarta

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya