Karena "Doa politik" Anggota DPR, Mendagri Usulkan Kementerian Agama yang Memandu Pembacaan Doa

Doa dalam acara kenegaraan dianggap tidak boleh berseberangan dengan pemerintah...

Dalam Sidang Paripurna yang diselenggarakan sehari sebelum hari Raya Kemerdekaan RI, Selasa (16/8) di Komplek Parlemen Senayan (Gedung Kura-kura), Jakarta Pusat. Presiden, Wakil Presiden, jajaran menteri Kabinet Kerja sampai para politis pun hadir dalam sidang ini. Akan tetapi, justru bukan pidato kenegaraan yang menjadi perhatian, melainkan doa penutup sidang.

Anggota DPR Fraksi Gerindra, Muhammad Syafi'i yang memimpin doa penutupan pun dianggap menyinggung pemerintahan Jokowi. Hal tersebut pun menjadi sorotan publik, ada yang pro dan juga kontra. Menteri Kabinet Kerja pun ikut berpendapat, salah satunya Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo.

Tjahjo anggap doa Syafi'i berseberangan dengan pemerintah.

Karena Doa politik Anggota DPR, Mendagri Usulkan Kementerian Agama yang Memandu Pembacaan Doaist / wartabuana.com

Seperti dikutip dari kompas.com, Menteri Tjahjo mengaku kalau doa dalam acara kenegaraan harusnya berwujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk baikan negara, pemerintah dan rakyat. Kemudian, Tjahjo juga mengaku harusnya doa dalam acara kenegaraan tidak berseberangan dengan pemerintah.

Maka, menurut menurut Tjahjo harusnya Kementerian Agama yang memandu sesi pembacaan doa dalam acara kenegaraan.Tjahjo menyayangkan 'pihak yang bersangkutan' (Syafi'i) menempatkan posisi yang berseberangan dengan pemerintah. Hal ini yang membuat Tjahjo bertanya mengapa harus diimplementasikan dalam doa, terutama acara resmi.

Karena Doa politik Anggota DPR, Mendagri Usulkan Kementerian Agama yang Memandu Pembacaan Doambandung.com

Selain itu, mengapa Kementerian Agama, karena menurutnya anggota kementerian adalah milik semua. Maka, jika dalam pembacaan doa ada kesalahan maka lembaga yang malu dan akui kesalahan. Isi doa Syafi'i dianggap berseberangan karena berisi 'singgungan' terhadap pemerintahan Jokowi. Seperti diberitakan tempo.co, doa tersebut menyangkut masalah hukum, ekonomi rakyat, sampai sikap aparat dan penguasa negara yang tidak amanah.

Baca Juga: Meski Masih Muda, 10 Anggota DPR Ini Telah Menjadi Penyambung Suara Rakyat di Senayan

Ini dia potongan doa Syafi'i dalam penutupan Sidang Paripurna.

Karena Doa politik Anggota DPR, Mendagri Usulkan Kementerian Agama yang Memandu Pembacaan Doaindonews.id

Syafi'i menyoroti penggusuran yang terjadi pada masyarakat, selain itu juga masalah pengangguran menjadi bagian dari doanya. Dirinya juga berharap Tuhan dapat membimbing pemimpin yang ingin taubat. Namun, Syafi'i menambahkan kalau para penegak hukum di Indonesia pun bermata dua, alias tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.

Syafi'i juga mendoakan agar kejahatan negara yang terorganisir bisa segera dihapuskan dari Indonesia. Menurutnya, langkah pemerintah belum ada untuk mengatasi kejahatan dan orang-orang baik belum bersatu. Berikut potongan doa Syafi'i...

“Seperti mata pisau yang hanya tajam ke bawah, tapi tumbuh ke atas sehingga mengusik rasa keadilan bangsa ini. Wahai Allah, memang semua penjara overcapacity tapi kami tidak melihat ada upaya untuk mengurangi kejahatan karena kejahatan seperti diorganisir ya Allah.

Kami tahu pesan dari sahabat Nabi Nuh bahwa kejahatan-kejahatan ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena orang-orang baik belum bersatu atau belum mempunyai kesempatan di negeri ini untuk membuat kebijakan-kebijakan yang baik yang bisa menekan kejahatan-kejahatan itu.

Biarlah kehidupan ekonomi kami, Bung Karno sangat khawatir bangsa kami akan menjadi kuli di negeri kami sendiri. Tapi hari ini, sepertinya kami kehilangan kekuatan untuk menyetop itu bisa terjadi. Lihatlah Allah. Bumi kami yang kaya dikelola oleh bangsa lain dan kulinya adalah bangsa kami. ya rabbal alamin.

Kehidupan sosial budaya, seperti kami kehilangan jati diri bangsa ini, yang ramah, yang santun, yang saling percaya. kami juga belum tahu bagaimana kekuatan pertahanan dan keamanan bangsa ini kalau suatu ketika bangsa lain menyerang bangsa kami. Ya rahman ya rahim tapi kami masih percaya kepadaMu, bahwa kami masih menadahkan tangan kepadamu artinya engkau adalah Tuhan kami, Engkau adalah Allah YME.

Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, dan kekuasaan yang bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat.

Di mana-mana rakyat digusur tanpa tahu ke mana mereka harus pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan Allah di negara ini rakyat ini outsourcing, tidak ada jaminan kehidupan mereka. Aparat seakan begitu antusias untuk menakuti rakyat.

Hari ini di Kota Medan di Sumut, 5000 kepala keluarga sengsara dengan perlakuan aparat negara. Allah lindungilah rakyat ini, mereka banyak tidak tahu apa-apa. Mereka percayakan kendali negara dan pemerintahan. Allah kalau ada mereka yang ingin bertaubat, terimalah taubat mereka ya Allah. tapi kalau mereka tidak brtaubat dengan kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik di negara ini Ya Allah..

Berikut cuplikan videonya...

Bagaimana menurutmu, setuju dengan Mendagri?

Baca Juga: Benar Gak Sih, Ini 9 Kelakuan Anggota DPR yang Membuat Rakyat Ilfeel Sama Mereka

Topik:

Berita Terkini Lainnya