Belajar dari Penolakan di Sintang, Polri Akan Kawal Tokoh yang Berkunjung ke Daerah

Polri diharap bisa jaga siapapun

Kepolisian Republik Indonesia mendapat sorotan dari Front Pembela Islam (FPI). Ormas tersebut menyebut kepolisian harusnya melindungi sejumlah tokoh saat adanya penolakaan ketika berkunjung ke daerah tertentu. Seperti yang diketahui, 12 Januari 2017 kemarin, Tengku ditolak kedatangannya oleh segelintir orang dengan berpakaian adat di Bandara Susilo Sintang. Rombongannya ditolak saat pesawat baru benar-benar tiba. Mereka menolak kedatangan tersebut karena pernyataan Tengku di media sosial yang menyinggung masyarakat Dayak melalui media sosial.

Atas permintaan tersebut, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto menyebut permintaan tersebut bisa saja diwujudkan. Dikutip dari Kompas.com, Rikwanto berpandangan bahwa permintaan tersebut baik karena untuk mengantisipasi adanya penolakan warga, terutama yang mengancam keselamatan. Rikwanto menyebut bahwa kepolisian akan menjaga siapa pun, bahkan pengurus FPI.

Bukan hanya peran polisi, tapi juga masyarakat.

Belajar dari Penolakan di Sintang, Polri Akan Kawal Tokoh yang Berkunjung ke DaerahReno Esnir/ANTARA FOTO

Namun, Rikwanto menegaskan kalau tindakan perlindungan ini semata untuk menghindari perselisihan. Dirinya pun menyebut bahwa bukan hanya polisi yang bertindak aktif, tapi juga masyarakat. Perihal penolakan Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain di Sintang, Kalimantan Barat, menurut Rikwanto hal tersebut adalah evaluasi bagi kepolisian terkait keamanan seseorang.

Ketua Dewan Adat Dayak sempat  heran dengan penolakan tersebut.

Belajar dari Penolakan di Sintang, Polri Akan Kawal Tokoh yang Berkunjung ke DaerahJessica Helen Wuysang/ANTARA FOTO

 

Baca Juga: Hati-hati! 10 Kata Ini Bermakna Ganda Ketika Diucapkan di Tempat yang Berbeda

Wajar jika polisi akhirnya berencana membuat perlindungan khusus bagi tokoh yang berkunjung ke daerah. Aksi penolakan seperti itu justru terkadang dilakukan dengan spontanitas. Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sintang, Jefray Edward, kepada JPNN.com, mengaku terkejut. Menurutnya, hal tersebut adalah aksi tiba-tiba. Bahkan, Bupati dan Forkopimda juga kaget ketika mendapat kabar atas aksi terhadap Wasekjen MUI tersebut. Usai mendapat kabar tersebut, terang Jefray, dirinya langsung berkoordinasi dengan DAD Kalbar. Jefray pun berharap tidak ada yang terpancing isu provokatif.

Jefrey menambahkan, apa yang dilakukan para anggotanya hanya sebuah upaya agar organisasi masa yang membawa paham radikal dengan mengatasnamakan agama seperti FPI tidak masuk ke Sintang. Namun, penolakan tidak membuat Tengku menyerah. 13 Januari, dirinya kembali ke Sintang.

Tetap lakukan Tablig Akbar di Sintang.

Belajar dari Penolakan di Sintang, Polri Akan Kawal Tokoh yang Berkunjung ke Daerahtwitter.com/UstadTengku

Meskipun mengalami penolakan, melalui akun Twitternya, @UstadTengku, Tengku mengunggah "petualangannya" di Sintang. Dirinya tetap melakukan Tablig Akbar. Tengku pun mengaku acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 1.000 orang yang terdiri dari Bupati, Danrem, Kapolres sampai Ketua MUI Kalbar sendiri.

Belajar dari Penolakan di Sintang, Polri Akan Kawal Tokoh yang Berkunjung ke Daerahtwitter.com/UstadTengku

 

Belajar dari Penolakan di Sintang, Polri Akan Kawal Tokoh yang Berkunjung ke Daerahtwitter.com/UstadTengku

Semoga persatuan itu tidak pudar oleh provokasi. Hal tersebut pun ditekankan Tengku dalam tiap cuitannya di dunia maya.

Baca Juga: Versi Dewan Adat Dayak, Begini Sebenarnya Kronologi Penolakan Tengku Zulkarnain

Topik:

Berita Terkini Lainnya