Jembatan Tuban Diduga Kelebihan Muatan, Begini Hitungannya

Bahkan, dari posisi jatuh bentangan bisa diketahui penyebabnya.

Surabaya, IDN Times - Pakar kontruksi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Chomaedhi angkat bicara atas kejadian ambruknya Jembatan Widang yang menghubungkan Kabupaten Lamongan dengan Kabupaten Tuban.

Ia menduga, kelebihan muatan menjadi penyebab robohnya jembatan cincin lama yang dibangun tahun 1983 tersebut. Hal itu bisa saja terjadi mengingat saat kejadian terdapat satu dump truck dan dua truk tronton yang melewati jembatan secara bersamaan.

1. Dugaan kuat beban yang melintas sebelum roboh melebih batas maksimum

Jembatan Tuban Diduga Kelebihan Muatan, Begini Hitungannya Dok. IDN Times/Istimewa

Chomaedhi mengatakan sebenarnya sudah ada peraturan yang mengatur besar beban yang diperbolehkan melewati jembatan. Namun, peraturan tersebut mulai berubah mengikuti pembaruan dari pemerintah. Menurutnya, dulu jembatan kelas satu memiliki batas muatan 45 ton. Namun, peraturan tersebut saat ini diubah menjadi 50 ton.

Pada kasus jembatan Widang yang memakan satu korban tersebut, beban total yang mampu ditahan jembatan hanya 45 ton dengan rasio toleransi keamanan 1,5. Atau beban maksimumnya 70 ton. “Satu dump truck dan dua tronton bisa jadi peningkatan bebannya mencapai dua persen, dugaan utamanya kelebihan muatan,” ujarnya, Rabu (18/4).

2. Dikuatkan dengan bukti patahan jembatan

Jembatan Tuban Diduga Kelebihan Muatan, Begini Hitungannya Dok. IDN Times/Istimewa

Argumen tersebut juga dikuatkan dengan posisi robohnya jembatan. Patahan hanya terjadi pada satu bentang jembatan, sedangkan pondasi masih berfungsi dengan baik. “Kalau truk itu lewat secara bergantian, mungkin jembatan masih aman. Tapi kalau lewat secara bersamaan, otomatis jembatan akan collaps,” tambah Chomaedhi.

Baca juga: Jembatan Putus, Jalur Lamongan-Tuban Dialihkan Menuju Jalan Deandels

3. Tidak adanya jembatan timbang jadi salah satu penyebabnya

Jembatan Tuban Diduga Kelebihan Muatan, Begini Hitungannya Dok. IDN Times/Istimewa

Chomaedhi melihat tidak adanya kontrol terhadap beban yang boleh melewati jembatan diduga menjadi salah satu faktor robohnya jembatan. Seperti yang diketahui, di area tersebut tidak ada jembatan timbang yang berguna sebagai kontrol jumlah muatan yang diizinkan. “Jembatan itu sudah lama, jika mengikuti peraturan baru dari pemerintah yang bisa mark up hingga 20 persen tentunya tidak akan kuat,” jelasnya.

Dia juga berpesan agar perbaikan Jembatan Widang nantinya juga memperhatikan berat beban yang diizinkan. Apalagi, saat ini sudah ada teknologi berupa sensor yang bisa dipasang pada titik-titik tertentu sepanjang bentang dan mampu mendeteksi kondisi jembatan. “Peraturan itu harus dipatuhi, jembantan harus benar-benar mengakomodasi peraturan beban kendaraan dan peraturan gempa tentunya,” pungkasnya.

Baca juga: Evakuasi Terkendala, Truk di Jembatan Tuban Belum Bisa Diangkat

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya