3 Pesan Saksi Tragedi Mei 98 Christianto Wibisono untuk Millennial

Kalian tahu gak Tragedi Mei 98?

Jakarta, IDN Times - Peristiwa Mei 1998 mungkin sudah tidak asing lagi bagi generasi millennial awal, namun tidak bagi millennial akhir. Kendati, mereka masih bisa memaknai tragedi yang terjadi pada 20 tahun silam itu. 

Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) sekaligus saksi tragedi Mei 98 Christianto Wibisono memiliki pesan tersendiri bagi generasi millennial, untuk memaknai peristiwa sejarah Indonesia pada Orde Baru itu.

Tragedi Mei 1998 merupakan kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi pada 13-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota, namun juga terjadi di beberapa kota lain. Kerusuhan ini diawali dengan krisis moneter di Asia dan dipicu tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti saat demonstrasi 12 Mei 1998. Tragedi ini diakhiri dengan penurunan jabatan Presiden Soeharto.

1. Jatuh bangun hal biasa dalam hidup

3 Pesan Saksi Tragedi Mei 98 Christianto Wibisono untuk MillennialIDN Times/Kevin Handoko

Wibisono mengatakan hal yang lumrah bagi anak muda merasakan jatuh bangun dalam membangun kehidupan.

"Memang anak muda kadang-kadang masih terbentur. Tapi hal itu tidak apa-apa mengetani jatuh bangun tersebut," ujar analis ekonomi senior itu. 

Baca juga: [WAWANCARA EKSKLUSIF] Sisi Lain di Balik Film Dokumenter Peristiwa 1998

2. Millennial harus tetap semangat

3 Pesan Saksi Tragedi Mei 98 Christianto Wibisono untuk MillennialIDN Times/Kevin Handoko

Anak muda, kata Wibisono, terutama generasi millennial juga dituntut untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupan ini. "Asal semangat idealism untuk membangun Indonesia ke depannya," ucap pendiri mingguan Exspres, cikal bakal majalah Tempo itu. 

3. Millennial harus berpikir positif

3 Pesan Saksi Tragedi Mei 98 Christianto Wibisono untuk MillennialIDN Times/Kevin Handoko

Pria yang pernah menetap di Negeri Paman Sam sejak 11 Juni 1998 hingga September 2006 itu juga berpesan kepada generasi millennial, untuk terus berpikir positif dengan ramalan yang ada.

"Ramalan yang dimaksud di sini mengenai ramalan ekonomi yang memang menunjukkan hal yang positif. Kita harus percaya dengan hal itu, bahwa akan mengalami pertumbuhan. Kalau tidak ada demo-demo, mungkin pertumbuhannya bisa mencapai 7 persen," ujar Wibisono.

Baca juga: [WAWANCARA EKSKLUSIF] Mengenal Usman Hamid, Aktivis 98 yang Merindu Pelukan Ibu

Topik:

Berita Terkini Lainnya